Btw sebelum membaca kalian bisa dengerin dan baca terjemahan lagu diatas, biar ada suasana sedih gitu
*****
"Ma?Mama yakin kan dengan cara ini?" tanya Risha kepada wanita di hadapannya yang sedang melap wajahnya dengan air.
"Iya! Ish kamu liat kan barusan aja Langga langsung pamit pulang. Mama yakin dia pasti langsung nemuin tuh gadis buat di caci maki, pasti Langga semakin benci," tungkas Mama Risha.
"Tapi Ma, kalo Harum ceritain yang sebenarnya gimana?"
Mama Risha mendengus kasar melihat ketidakpercayaan anaknya, "Hey Langga juga gak bakal percaya! Kalo kamu mau bikin wanita itu menjauh bukan cara kekerasan atau ancaman. Tapi lewat sebuah tipu muslihat buat dia dibenci dan dibuang sama orang yang dia sayang."
Risha tersenyum kecil, mungkin benar kata Mamanya wanita akan lemah jika seseorang yang dia sayang pergi menjauh.
"Ma?Emang Mama tadi beneran nangis, Risha sampe gak nyangka Mama bakal sehebat itu aktingnya."
Kekehan kecil terdengar dari wanita yang melahirkannya itu, "Akting Mama bagus kan? Itu cuma memainkan perasaan kita aja sih. Oh iya setelah ini kamu harus lebih merhatiin Langga loh. Mama udah capek nyusun rencana ini, sampe nyewa dua orang itu untuk pura-pura nyulik kamu. Mana mereka minta bayaran tinggi lagi, untung akting mereka dapet. Untung juga sih Papa kamu gak curiga Mama ngeluarin uang banyak."
Mama Risha tersenyum lebar setelah membersihkan wajah anaknya.
"Risha gak nyangka Mama bisa selicik ini," canda Risha yang langsung dibalas pelototan tajam oleh Mamnya.
"Makanya kamu juga harus lebih licik dari Mama." Tiba-tiba keduanya tertawa kecil seakan kalimat itu hanyalah candaan yang bisa saja jadi kenyataan. Bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonya, darah Risha benar-benar menurun dari Mamanya.
*****
"HARUM!"
Suara menggelegar Langga di malam hari terdengar bersamaan dengan langkahnya yang langsung memasuki kediaman sederhana itu. Bahkan ia tak memikirkan kesopanan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu.
Baik Harum maupun Via yang sedang nyaman menghabiskan waktu di ruang tamu sama-sama tersentak. Mereka melihat wajah Langga yang memerah menahan amarah.
"Via masuk kamar!" Suara berat itu terdengar menusuk.
Gadis kecil berumur enam tahun itu terlihat bingung baru ia akan menjawab sebelum suara bentakan menyelanya, "KAKAK BILANG MASUK KAMAR!"
Mata Via langsung berkaca-kaca ini pertama kalinya dibentak oleh laki-laki yang selalu menyayanginya.
Harum yang melihat itu menjadi tak terima, "Jangan bentak dia Alan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...