33. Lara dan Amarah

312 14 0
                                    

"Hati-hati ya Via, jangan lari-lari lagi di sekolah," peringat Harum pada bocah kecil yang terlihat menggemaskan dengan seragam dan rambut dikuncir dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati-hati ya Via, jangan lari-lari lagi di sekolah," peringat Harum pada bocah kecil yang terlihat menggemaskan dengan seragam dan rambut dikuncir dua.

"Iya Ami."

"Via!" suara teriakan dari jauh terdengar, kedua orang berbeda usia itu pun menoleh melihat seorang anak laki-laki berlari mendekat. Harum mengenyit heran, saat melihat anak yang diperkirakannya merupakan kakak kelas Via dilihat dari postur tubuhnya yang agak tinggi.

"Kak Mavi," seru Via.

"Kamu dianterin siapa?" Anak laki-laki yang terlihat keren padahal usianya masih sangat muda terlihat sangat akrab dengan Via.

"Ini Aminya Via."

Harum masih diam, entah mengapa ia merasa firasat yang berbeda diantara keduanya. Anak laki-laki tersebut pun menoleh menatap gadis berseragam SMA, dengan sopan santun yang selalu orang tuanya ajarkan selalu menyalami orang yang lebih tua. "Saya Mavi Kak."

Harum tertegun, hatinya tersentuh melihatnya. "Kelas berapa Mavi?"

Mavi pun terenyum sambil menjawab, "Kelas lima SD Kak."

Harum mengangguk sengan senyum manisnya, setelahnya ia menyuruh mereka segera masuk dan saat itulah dirinya merasa Mavi sangat berbeda. Laki-laki itu bahkan menggandenga tangan Via di sepanjang jalan, padahal Aminya Via jelas-jelas masih disini.

"Astaga dasar anak-anak." Ia pun melanjutkan langkah untuk mencari angkot menuju SMA-nya.

Tapi di sepanjang perjalanan merasa diikuti seseorang dibelakang, bulu kuduknya berdiri padahal hari masih pagi.

Suara langkah kaki di belakangnya terdengar sangat jelas.

Karena rasa penasarannya sudah menumpuk, dengan seketika ia berbalik dan saat itulah dirinya merasa lega.

Ternyata orang itu adalah laki-laki dengan gangguan jiwa yang sudah Harum temui dua kali. Kali ini tidak ada rasa takut dalam diri Harum, gadis itu perlahan mendekati pria dengan penampilan lusuh itu. "Bapak kenapa?Mau sesuatu?" tanya Risha.

Laki-laki di depannya diam beberapa detik sampai tangannya memperagakan seperti orang makan, "Ma-kan..."

Harum pun mengerti, apalagi dengan keadannya yang begini. Gadis itu beralih pada tas punggungnya, mengeluarkan bekal dan botol minuman yang selalu ia bawa. "Duduk dulu di sana yuk pak," ajak Harum sambil menuju pada bangku yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Laki-laki itu pun mengikuti langkah gadis di depannya, segera Harum menyodorkan kedua barang yana dipegangya tadi setelah mereka duduk.

Dengan tergesa laki-laki itu menerima dan membuka kasar kotak berisi makanan bekal Harum. Tak ada rasa jijik maupun ilfil dalam diri Harum, yang ada ia merasa tersentuh aplagi melihat cara makan pria itu yang sangat cepat seperti tidak makan berhari-hari.

SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang