"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun."
"Jang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌻🌻🌻
"Terimah kasih ya Mas," ucap Harum, setelah melihat orang pengantar paket menjauh ia pun masuk ke dalam duduk di sofa ruang tamunya.
Masih sama.
Tidak ada identitas atau nama pengirim pada paket yang datang setiap bulannya. Dengan perlahan ia membuka bungkus paket hitam itu, dan sebuah amplop coklat di dalamnya. Harum menghela napas pasti isinya bakal sama, beberapa lembar uang yang menurut Harum sangat dibilang cukup untuk kebutuhannya dan Via. Padahal ia sangat berharap setidaknya si pengirim memberitahukan identitasnya lewat apapun.
Harum menghela napas kasar, ia duduk bersandar sambil menerawang peristiwa tiga tahun lalu.
Dengan tekad yang kuat ia segera memutar kunci dan membuka pintu itu sekali sentak. Di saat itulah semua pikiran buruknya menghilang. "Kamu siapa?"
Harum bingung saat melihat anak kecil menangis di depan rumahnya dengan tersedu-sedu. Saat anak itu mendongak melihat Harum membuat tangisannya semakin kencang.
"Hikss....hikss....Unda.....hhikss."
Dalam tangisan itu Harum mendengar beberapa kali anak itu memanggil kata unda mungkin saja yang dimaksud adalah Bundanya. Dengan hati-hati ia mendekati bocah yang masih sangat kecil berkisar tiga tahun.
"Adek kenapa? Bunda adek kemana?" Harum saat itu juga masih bingung cara mendekati anak kecil apalagi selama ini dia hanya anak tunggal satu-satunya.
Bocah tadi hanya menggelengkan kepalanya dengan tangisan yang tak kunjung reda.
Harum mengalihkan pandangan pada kotak berwarna merah muda di sebelah anak itu. "Ini punya kamu?" Bocah itu kembali menengok, ia mengangguk kecil masih dengan air mata yang mengalir.
Karena rasa penasaran Harum pun membukanya, terdapat sebuah surat dan beberapa lembar uang.
Maaf, maaf sebelumnya jika perbuatan saya sangat tidak baik meninggalkan anak saya di sini tiba-tiba. Tapi saya minta tolong dan sangat berharap kepada kamu untuk menjaga anak ini sampai waktunya tiba saya akan kembali lagi. Jaga dia ya baik-baik, Namanya Vianka Faris panggil saja dia Via. Via lahir tanggal satu Januari dan dia sangat suka makan, dia anak kecil yang sangat penurut saya yakin kamu perlahan-lahan akan bisa mengenalnya dengan baik. Untuk masalah finansial, saya akan kirimkan beberapa uang untuk kebutuhan kalian setiap bulannya. Maaf sekali lagi saya tidak berani bertemu dengan kamu. Saya sangat berterimah kasih tolong jaga anak saya.
Harum bingung harus berbuat apa pada saat itu, apakah ia mampu menerima permintaan surat ini yang entah dari siapa. Apalagi Harum masih remaja apa ia sanggup memiliki satu tanggung jawab?
Bahkan pernah terbesit di pikirannya untuk melaporkan Via kepada ketua RT, tetapi entah mengapa ia merasa tak tega bukankah dengan memberikan Via kepada orang lain menjadikan Harum sebagai orang yang tak bertanggung jawab.