"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun."
"Jang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua gadis berdiri saling berhadapan di taman belakang sekolah tidak ada siapapun di sana kecuali mereka seakan kondisi pun ikut mendukung. Keduanya sama-sama diam, Risha dengan tatapan menantangnya sedangkan Harum seakan melihat orang di depannya begitu licik.
"Kenapa lo manggil gue ke sini?" tanya Risha karena ia heran dengan tatapan Harum seakan merendahkannya.
"Oh atau lo udah nyerah sama Alang? Ya jelas lah. Lo cuma selingan pasti akan ditinggalkan, akhirnya dia balik ke gue juga kan." Risha berdecih sinis dengan senyum miringnya.
Tiba-tiba suara kekehan kecil dari Harum membuat Risha semakin heran.
"Aku?Kamu yang harusnya ditinggalkan Risha. Licik dan munafik, bisa-bisanya Alan dibodohi sama kamu."
Risha mendadak terdiam, kepalan tangan di sisi tubuhnya seakan menandakan ada sesuatu yang tak baik. "Apa maksud lo!?" bentak Risha.
Harum maju selangkah lebih dekat dengan lawannya, "Risha cinta pertama Alan? Oh ya? Jangan mengaku-mengaku hak dan posisi orang lain, jelas-jelas kamu bukan seseorang yang Alan cari kan!"
Kedua mata Risha melebar, rasanya jantung Risha berdetak kencang.
Apa mungkin dia tahu yang sebenarnya?
"Kenapa? Kamu pasti tau siapa Risha yang sebenarnya Alan cari kan? Kamu mau tahu siapa dia? AKU! Harum putri GERISHA!" ungkap Harum dengan menekan kata 'Aku' dan nama belakangnya agar Risha bisa mendengar lebih jelas.
Terbukti reaksi gadis itu mendadak mengeluarkan keringat di cuaca yang sejuk ini, bahkan terlihat samar-samar kedua kakinya gemetar.
"Kamu mengaku-ngaku menjadi orang lain, dengan gelang itu kamu juga memanfaatkannya! Risha,kamu bukan hanya membohongi seorang Langga kamu juga membohongi kedua orangtuanya. Dengan mudahnya kamu bilang kamu hilang ingatan? Selicik itu kamu Risha?"
"CUKUP!" teriak Risha berusaha menutupi kedua telinganya dari cecaran Harum.
Beberapa detik dalam keheningan, tiba-tiba Risha langsung memegang erat kedua lengan Harum sampai gadis itu merintih. "Ini semua gak akan terjadi kalau bukan Alang sendiri yang memulai! Asal lo tahu, Alang sendiri lah yang ngejar gue. Bukankah itu membuktikan Alang memang terpikat sama gue."
Harum menahan sakit pada kedua lengannya tak gentar dirinya menatap Risha tajam, "Bukan karena terpikat, tapi karena nama kamu sama dengan nama yang dia cari. Itu karena dia berpikir kamu adalah Risha cinta pertamanya bukan sebagai Rishala Rai Anindya. Dia melihat kamu sebagai diriku bukan dirimu yang sebenarnya! Tetapi takdir sepertinya tetap mempertemukan kami, bahkan Alan sendiri langsung terikat denganku meskipun dia mengenalku sebagai orang lain bukan Risha."
Pegangan Risha mengendur sedikit hatinya tersentil jika apa yang gadis di depannya ucapkan benar adanya.
"Bukankah lebih baik kamu beritahu yang sebenarnya atau kamu mau aku yang mengungkapkannya?" ujar Harum ingin melihat sampai mana Risha bisa menyembunyikan hal sebesar ini?
"Hahaha. Apa? Lo mau ngungkap yang sebenarnya sama Alang? Emang dia percaya?Apa lo punya buktinya?Bahkan akhir-akhir ini dia selalu ngabisin waktu sama gue." Risha berusaha terlihat berani meskipun relung hatinya juga merasa takut jika sesuatu akan terjadi pada hubungannya.
Sedangkan Harum tersenyum kecil, "Memang aku gak punya bukti apapun. Tapi bukankah kamu sendiri bilang pada Alan bahwa hilang ingatan. Gimana jika aku menceritakan hal yang pernah kami alami, bukankah itu sangat mungkin terjadi membuat kepercayaan Alan goyah. Tenang, aku akan beri waktu untuk kamu mengungkapkan sendiri, aku juga menghargai hubungan kamu sama Alan sebagai yang pertama."
Setelah mengatakan itu Harum berlalu pergi dengan hati yang lega, ternyata menjadi kuat membutuhkan banyak tenanga. Tak menyangka Harum sudah bisa menentang dan melawan sesuatu yang tak adil bagi dirinya.
Bu putrimu bukan orang yang lemah lagi ,aku sudah kembali seperti dulu. Batin Harum berjalan tegas sambil menatap langit di atas.
Risha sudah terduduk lemas di tempatnya, badannya semakin bergetar takut menunjukkan reaksi yang berlebihan tapi memang begitulah seorang Risha. Jika ketakutan akan sesuatu tubuhnya akan menggigil dan melampiaskan pada sekitarnya.
"ARGH! GAK! Alang gak boleh tahu! Di-dia harus dibenci! Harum lo harusnya dibenci!"
*****
Langga sedang menikmati makan malam beserta kedua orang tuanya, keluarga Purana bukan termasuk keluarga yang ketat. Mereka bahkan membebaskan obrolan di sela makan agar semakin hangat dan dekat.
Seperti saat ini wanita satu-satunya di keluarga Purana yang selalu ceria dan menebarkan aura positif selalu menceritakan sesuatu yang dialaminya dalam sehari. Baik suami dan anak laki-lakinya menjadi pendengar yang baik.
"Eh Mas? Kamu tau kemarin aku bawa anak gadis ke rumah dia baik banget ternyata dia satu sekolah sama Langga. Kamu pasti kaget pertama kali lihat dia, dia itu sekilas hampir mirip sama Risha."
Sang kepala keluarga mengangguk setelah menelan kunyahan makanan, "Masa sih?"
"Iya apalagi Mama ngerasa bicara sama dia buat Mama inget Risha waktu kecil."
Lain halnya dengan Langga sejak tadi hanya diam sambil makan, tak berniat menanggapi.
"Risha waktu kecil ya? Denger itu buat Mas jadi inget sama Paman Bibi Risha di desa," sahut Purana.
"Iya Mas bener, aku masih gak nyangka mereka ternyata Paman dan Bibinya. Padahal sekilas muka Risha jelas mirip banget sama Ibunya," ekspresi Mama Langga menatap kosong ke depan seakan bisa menerawang masa lalunya.
Dret! Dret!
Getaran ponsel terdengar jelas di tengah-tengah mereka, pasangan suami istri itu kompak menengok Langga. Sang Putra pun terdiam, tangannya merogoh saku di mana benda itu berbunyi.
Langga mengernyit heran saat melihat nama sang penelpon, "Langga mau angkat telpon dulu sebentar." Bergegas langkahnya menjauhi ruang makan.
"Halo Tan?"
"Langga hikss..."
Tubuh Langga menegang saat mendengar Mama dari kekasihnya menangis, ia merasa ada seusuatu yang buruk. "Tante kenapa?"
"Ri-risha hikss dia gak pulang dari tadi, Risha hilang hikss..."
Laki-laki itu memejamkan matanya erat, "Tante tenang dulu bisa jelasin kenapa? Bukannya tadi Risha sendiri minta dijemput Tante."
"Hikss tadi Tante sudah ke sekolahnya, tapi dia gak ada di sana. Tan-tante tanya sama temennya juga gak tau, Tante cari ke rumah temannya juga gak ada. Tante nyuruh asisten Tante cariin dia, ta-tapi sampe sekarang masih gak ada kabar."
"Sial!" umpat lirih Langga bahkan ia tak perduli telfonnya masih tersambung.
Kenapa Langga bisa teledor tak ikut menemani Risha waktu menunggu jemputannya. "Tante saya mohon tenang dulu, saya segera kesana sekarang." Langga mematikan sambungan telfon dan bergegas menuju kamar mengambil kunci mobilnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.