Langga tersenyum melihat kedatangan dua orang yang sengaja ia undang lebih awal untuk memberi kejutan pada wanitanya, pria itu bersalaman pada kedua orang berbeda usia di depannya.
Sang tamu pria dengan penampilan santainya pun bersuara, "Di mana dia?"
"Dia ada di kamar atas pintu kedua, maaf saya tidak bisa mengantar kami tidak boleh bertemu apalagi acara akan dimulai beberapa jam lagi," balas Langga dengan sopan melupakan bahwasanya dirinya pernah mempunyai masalah dengan salah satu kedua orang itu.
Wanita paruh baya dengan hijab instannya pun mengangguk mengerti, "Kami mengerti nak Alan, terimah kasih ya sudah memberitahu kabar baik ini."
Kedua tamu istimewa itu melangkah bersama menaiki tangga di kediaman megah keluarga Purana, melihat banyaknya orang yang berlalu lalang juga beberapa dekorasi karena akan diadakan acara besar di hari ini.
Sampai di tempat tujuan, sebuah kamar dengan pintu berwarna coklat di depan mereka. Sang pria pun segera mengetuk pintu itu tiga kali.
Suara sahutan terdengar dari dalam, kedua orang berbeda usia itu saling menatap dengan senyum kecil mereka.
Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok wanita cantik yang berdiri mematung melihat siapa yang datang. Begitupun dengan wanita paruh baya di depannya yang sudah berkaca-kaca melihat seseorang yang sangat ia rindukan.
"B-bu Ira..." Wanita paruh baya itu segera memeluk erat Harum dengan tangisan pedihnya.
Harum pun membalas tak kalah erat dengan keadaan yang sama, apalagi saat melihat sosok pria yang berdiri di belakangnya tersenyum manis mampu membuat hati Harum lega.
"Bu Ira masih gak nyangka kamu bisa tumbuh sebaik ini Harum, rasanya dulu kamu masih memakai seragam sekolah. Bu Ira seneng banget, sampai gak bisa bicara apalagi."
Harum tersenyum lebar dan mempererat genggaman tangan Bu Ira yang duduk di sofa dalam kamar yang ia tempati. "Harum lebih seneng dan bahagia dengan kedatangan kalian, maaf Harum gak pernah memberi kabar apapun."
"Iya kamu tega, setidaknya kasih kami kabar. Ibu kesepian Harum setelah kepergian kamu," ungkap Bu Ira menatap sendu wanita cantik di depannya.
"Maaf Bu Ira, Harum benar-benar minta maaf."
Seorang pria yang sejak tadi berdiri bersandar di dinding kamar itu sambil melihat kedua wanita kesayangannya saling merindu segera menghampiri. Mengusap kepala wanita berambut sebahu itu pelan, "Kamu gak usah minta maaf. Kami mengerti Harum, apalagi melihat kamu sudah lebih baik dan menjadi sukses seperti ini rasanya sudah membuat kami bangga."
"Raden...." lirih Harum melihat sesosok pria yang sudah terlihat sangat berubah dengan penampilan santainya. Tapi ia tahu bahwasanya laki-laki ini juga sudah pasti sukses dengan karirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...