36. Ayah Di mana?

340 11 0
                                    

Dinginnya suasana pagi apalagi matahari yang belum sepenuhnya muncul karena langit masih setengah gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinginnya suasana pagi apalagi matahari yang belum sepenuhnya muncul karena langit masih setengah gelap. Harum sudah siap setelah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, rencananya di hari minggu ini dia akan pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan bulanannya.

Seperti biasa dengan Via di gendongannya yang masih tertidur lelap, tak berani membangunkan, Harum memilih menitipkan Via kepada Bu Ira.

Setelah sampai di depan pintu rumah Bu Ira, Harum mengetuk pintu pelan karena ia tahu Bu Ira juga selalu bangun pagi setiap harinya jadi dia tak akan merasa terganggu.

Pintu itu terbuka menampilkan wanita paruh baya yang terlihat segar, "Sini biar Ibu taruh Via dulu di kamar, Ibu mau nitip sesuatu sama kamu," perkataan lirih Bu Ira membuat Harum menganggukkan kepalanya mengerti, gadis itu tetap di tempatnya sembari menunggu Bu Ira kembali.

Entah mengapa pikirannya tiba-tiba tertuju pada Raden, sepertinya pria itu marah dan kecewa kepadanya setelah pengakuan Harum tadi malam.

Tak lama Bu Ira kembali datang, "Ini Harum daftar belanjaan Bu Ira ya. Kalo ada Raden Ibu pasti ikut kamu biar Raden yang jaga Via sementara."

Harum terdiam tak mengerti maksud ucapan Bu Ira, dia berpikiran Raden pergi kemana pagi-pagi begini. "Emang Ra-radennya kemana Bu?"

"Kan dia.... . Loh bukannya Raden udah pamit ke kamu? Dia bilang gitu tadi malam."

Harum semakin dibuat diam tak berkuitit.

Pamit? Bahkan Raden tak mau berbicara kepada Harum sejak tadi malam.

Entah mengapa Harum menjadi tak nyaman, dia tak mungkin membicarakan permasalahan mereka. Dengan terpaksa Harum melanjutkan kebohiongan yang diawali Raden, "Ah iya maksud Harum Raden gak bilang alasan dia pamit kenapa?"

Bu Ira terlihat menghela napas kasar, "Ibu juga sebenarnya masih bingung, dia bilang mau kembali ke luar kota, kampusnya ada kepentingan mendadak dia sangat dibutuhkan di sana. Padahal Raden bilang sendiri jadwal dia kembali masih satu minggu lagi, terus tadi malam tiba-tiba datang kasih kabar kayak gitu, dia berangkatnya jam empat pagi baru aja. Padahal Ibu masih mau nemenin dia....." Perkataan Bu Ira tak lagi Harum dengar, yang ia tahu Raden langsung pergi setelah kejadian tadi malam.

Harum menjadi sangat merasa bersalah ia tahu Raden pasti pergi karena kecewa yang laki-laki itu dapatkan, tak hanya itu hatinya juga sakit sebegitu tak inginnya Raden bertemu hanya untuk pamit.

"Harum?"

Gadis itu tersentak karena panggilan Bu Ira, "Bu Ira yang sabar ya,sebentar lagi Raden wisuda kan pasti dia akan kembali pulang kesini. Bu, Harum pergi dulu ya takutnya angkotnya udah jalan." Harum pun berbalik pergi dengan tangan saling meremas.

*****

Sepanjang perjalanan yang dilakukan Harum hanya menatap jendela angkot menampakkan pengendara yang berlalu lalang. Otaknya masih terus tertuju pada Raden, jika boleh Harum memilih lebih baik ia membalas perasaan Raden jika Hatinya mau. Tetapi apa mau di kata jika sang pencipta lah yang bisa membolak-balikkan perasaan manusia.

SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang