Berdiri diam di gang kecil buntu dengan hanya ditemani kardus-kardus tak terpakai di sekitarnya, gadis itu bersandar pada tembok dengan pandangan kosong.
Harum,entah mengapa tujuannya setelah pulang sekolah tadi berakhir di tempat ini. Harum merasa ia butuh pengalihan lain saat setelah kejadian yang ia alami di sekolah tadi.
Meskipun rasanya masih berat membiarkan Langga tidak tahu dengan apa yang sebenarnya, tapi dirinya juga tidak bisa terus-terusan memohon pada orang yang sangat keras kepala. Biarlah semuanya berjalan sesuai garis takdir.
"Kamu?"
Harum tersadar, ia menegakkan tubuhnya melihat seorang pria dengan penampilan acaknya seperti biasa.
"Waktu yang saya berikan masih lama, kenapa kamu_"
"Saya tahu Om Adi. Tapi, saya rasa saya gak bisa sabar menunggu. Saya juga sudah siap dengan kondisi saya, saya akan menerima dan mendengar semua penjelasan anda," sela Harum dengan tatapan matanya yang seakan memancarkan keyakinan, "Saya juga tidak akan pergi dari tempat ini, jika Om Adi masih belum mengizinkan saya mengetahuinya."
Seseorang dengan penampilan bak orang gila itu hanya menghembuskan napas kasar, laki-laki itu melangkah menyingkirkan beberapa kardus dan membuka salah pintu di sana.
Duduk di tempat yang sama saat pertama kali ia datang, Harum berusaha tenang meskipun jantungnya semakin berdetak kencang seakan takut mendengar hal yang buruk.
"Kamu yakin Harum?" Om Adi memastikan sekali lagi pada anak gadis temannya ini.
"Saya yakin Om."
"Oke, kalau begitu mana yang ingin kamu dengar dulu? Keberadaan Ayahmu atau pekerjaan Ayah kamu?"
Harum terdiam, ia sedikit bingung kenapa dengan pekerjaan Ayahnya sampai harus dipertanyakan meskipun selama ini ia tak pernah tahu Ayahnya sebagai apa di negeri orang.
"Keberadaan Ayah saya Om." Akhirnya Harum memilih opsi yang pertama dengan tegas.
Di sana Om Adi hanya mengangguk dengan hembusan napas yang memberat, "Ayah kamu...sudah meninggal."
Kalimat itu masih belum dicerna baik oleh Harum, gadis itu tak bereaksi apa-apa hanya diam seakan kalimat yang diucapkan oleh Om Adi hanya lewat melalui telinganya.
"Dia meninggal hampir tiga tahun yang lalu."
Tiba-tiba seakan ada yang menusuk jantung Harum keras, gadis itu masih berusaha yakin bahwasanya kalimat itu bohong.
"O-om sa-saya gak percaya, pa-asti Om ber_"
"Saya gak akan bercanda soal nyawa, kenyataanya memang Ayah kamu sudah pergi menghadap sang kuasa."
Badan Harum terlihat lemas, napasnya tersengal seakan tak teratur, gadis itu memegangi kepalanya erat sebelum akhirnya kegelapan langsung menyelimutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...