[END]

5.9K 241 81
                                    

huhu selesai gengsಥ‿ಥ
jangan lupa vote dan koment yang banyak, part akhir loh ini
happy reading♡➹

huhu selesai gengsಥ‿ಥjangan lupa vote dan koment yang banyak, part akhir loh inihappy reading♡➹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan hati Aldrich malam ini benar-benar sangat kacau. Perasaan buruknya terhadap Aliesha belum juga hilang, firasatnya mengatakan Aliesha akan pergi jauh meninggalkan nya sendirian di sini. Sesudah bertemu Aliesha tadi, Aldrich masih terpikirkan perempuan itu, pikiran, hati dan perasaannya tertuju pada Aliesha.

Di jalan malam kota yang ramai ini Aldrich melajukan motor nya. Di tengah kebisingan kendaraan yang melintas hanya suara Aliesha yang terdengar. Mengabaikan semua pengendara yang terganggu, Aldrich mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Bagaikan di arena balap, lelaki itu membelok-belokkan motor seenaknya.

Anggota Olethros di buat kaget dengan kedatangan Aldrich yang mengerem mendadak motornya setelah mengebut tadi, menciptakan suara gesekan antara aspal dan ban motor yang lumayan kencang.

Melewati anggota Olethros yang duduk di depan markas Aldrich masuk begitu saja. Melemparkan helm dengan harga mahal itu, membuat mereka yang berada di dalam juga tersentak. Seketika hawa di ruang tengah markas menjadi panas karena energi emosi Aldrich.

"Kenapa lo Al?" tanya Madava.

Tanpa menjawab pertanyaan Madava Aldrich langsung berjalan menuruni tangga menuju ruangan bawah tanah. Tanpa harus bertanya lagi mereka bisa mengerti kalau saat ini Aldrich sedang emosi, entah karena apa. Tapi mereka hanya bisa diam menyaksikannya, tanpa mau bertanya.

"PMS apa si Al?" celetuk Madava.

"Cobaan Bang Al kayaknya banyak banget ya?" sahut Kevin.

"Kalau sedikit namanya cobain Vin," balas Fadgham.

Sampai di ruang bawah tanah yang kedap suara Aldrich langsung meluapkan amarahnya, karena di sinilah Aldrich bisa teriak sekencang apapun tanpa terdengar, bisa menangis tanpa terdengar. Di ruang bawah tanah ini Aldrich melempar semua barang rongsok di sana sambil berteriak kencang.

Setelah puas Aldrich kini terduduk di lantai kotor ruangan itu. Duduk seraya menyenderkan tubuh pada dinding, Aldrich mengacak rambutnya frustasi. Dengan napas yang masih memburu Aldrich memejamkan mata sambil mengkerut keningnya, menetralisir jantungnya yang masih berdegup kencang karena emosi.

"Lo gak boleh lemah Al, lo udah janji sama Axelle," ucapnya.

Sekuat tenaga Aldrich menahan air matanya sejak di hadapan Aliesha tadi. Tapi Aldrich tetaplah lelaki lemah yang berpura-pura kuat, detik itu juga di ruangan yang temaram Aldrich menitihkan air matanya. Di ruangan sepi ini Aldrich menangis seorang diri, tanpa ada yang menemani dan mendengarkan.

"Maafin gue Xelle ... Gue lemah ... "

Cukup sudah Aldrich berpura-pura kuat selama beberapa ini. Tahun ini menjadi tahun paling menyakitkan bagi Aldrich. Masalahnya dengan Aliesha belum selesai, ia harus kehilangan sahabat kecilnya, mungkin terdengar seperti hanya dua masalah, tapi Aldrich kehilangan dua orang yang ia sayang dalam satu waktu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aldrich(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang