Triwizard 3

369 62 18
                                    

Oh, tolong ingatkan Lyzbeth kenapa ia belum merusak tugas ketiga. Karena sekarang ia ingin melepaskan Fiendfyre ke jajaran dinding tanaman yang membentuk labirin menyesatkan.

Oh, benar. Karena keluarganya sangat menyebalkan. Kenapa juga hatinya jadi selembut tanah rawa-rawa? Mendokusei na....

Lyzbeth berlari ke dalam labirin setelah Harry dan Victor. Ia memegang tongkat cadangannya dengan sangat hati-hati. Tongkat Slythenee-nya menghilang entah di mana yang ia tau kenapa karena bangkai Cassie juga menghilang.

Ia melihat seorang gadis berambut pirang seperti Draco dengan panjang sebahu seperti Pansy. Apa ia baru saja membayangkan anak Draco dan Pansy? Tapi kenapa wajah gadis itu terlihat seperti wajahnya dengan pengecualian jidat jenong tanpa tato bulan sabit?

"Kau hanyalah darah buruk!"

Apa?

"Gadis menyedihkan yang hanya tau mempermalukan keluarga Malfoy!"

Apa yang baru saja terjadi?

Lyzbeth menatap gadis itu dengan heran. Tidak, hanya ada empat peserta. Gadis itu juga memakai gaun muggle dan bukannya jubah penyihir.

Itu....

"RIDDIKULUS!!" teriak Lyzbeth.

Gadis itu terkena mantra yang membuat ia berubah menjadi patung Medusa. Lyzbeth berlari menuju salah satu lorong setelah tau apa yang ia lawan hanyalah hama dunia sihir.

"Point me!" Tongkat Lyzbeth menunjuk arah di belakangnya. Meh.

Lyzbeth memutar arah, berlari ke setiap lorong dan berputar-putar di labirin karena Lyzbeth mengharapkan jalan yang tidak ada penunggunya sedikit pun tapi lupa menyebutkan tentang piala.

Ia melihat Harry sedang membantu Victor yang kerasukan. Ia juga melihat tubuh Fleur dilalap sulur dari salah satu tembok labirin. Sambil bersandar di tanaman pagar, Lyzbeth sedang berpikir untuk melewati rute Harry atau rutenya sendiri. Jika ia membantu Harry seperti yang dilakukan Harry terhadap Cedric yang diserang Victor dengan Crucio, mungkin Harry akan senang hati berbagi piala tapi ia yang akan kerepotan. Jadi, ayo tunggu Harry mengalahkan Victor saja.

Lyzbeth menunggu. Masih menunggu. Sampai a few moments later lewat.

Tapi kenapa Harry masih melakukan therapy no jutsu!!! Ayolah! Ini bukan buku sebelah!

"Persetan! Stupefy!!"

Victor terjengkang ke belakang karena kerasnya dorongan mantra Lyzbeth. Harry menoleh ke arah Lyzbeth dengan tatapan bersyukur.

"Lily! Terima kasih karena membantu. Aku senang kau selamat!"

Selamat? Dari apa?

"Ayo pergi dan mendapatkan piala! Aku tak mau di sini semalaman!" ajak Lyzbeth.

"Kita akan mencarinya bersama?" tanya Harry bingung. Apakah para peserta boleh bekerja sama? Tapi mengingat tugas kedua, sepertinya tidak ada larangan bagi peserta untuk saling membantu.

"Tentu saja- ah! Laba-laba!!"

Lyzbeth diserang laba-laba jahat yang mendiami salah satu lorong labirin. Sepakan kaki laba-laba membuat Lyzbeth terbang sejauh mata memandang, terlempar melewati beberapa tembok labirin entah ke mana. Harry menggunakan tongkatnya untuk menemukan Lyzbeth daripada membalaskan dendam Lyzbeth terhadap laba-laba raksasa itu.

Sebuah kebetulan yang bukan sekedar kebetulan. Lyzbeth terdampar di tengah-tengah labirin yang berisikan piala Triwizard yang jelek dan kuno.

"Laba-laba sialan!" kutuk Lyzbeth. Ia beruntung tubuhnya tak menabrak piala atau nasibnya akan wassalam bahkan sebelum Tuhan memutuskan untuk campur. Atau mungkin memang itu yang Tuhan rencanakan tetapi gagal karena kemalangan Lyzbeth masih re-stock.

Tak lama setelah Lyzbeth lelah berkata kasar dan memutuskan untuk berdiri, Harry datang menyusulnya. Yah, semoga saja keberuntungan Potter yang legendaris tidak hangus saat dibutuhkan.

Atau Lyzbeth akan berpura-pura mati, lagi. Lagipula menjadi almarhum cukup menyenangkan andai kata lawannya bukan Kakanda, karena Lyzbeth mulai merasa bersalah karena menipu jelmaan malaikat Tuhan di bumi itu. Namun, jika hasilnya membuatnya puas, ia tak akan menolak andai kata harus melakukannya lagi. He :)

"Potter...." panggil Lyzbeth. Mengalihkan pandangannya ke Harry.

"Ada apa?" tanya Harry gugup. Pasalnya nada yang digunakan Lyzbeth sangat aneh dan terasing.

"Ayo ambil piala itu bersama-sama, ne?" kata Lyzbeth disertai senyum manis yang malah terlihat mengerikan karena kedua kelopak matanya yang menutup. Mirip saiko ala manga yang pernah Harry lihat di salah satu buku komik yang ia pinjam dari Lyzbeth.

"Tapi kau yang datang lebih dulu, Lils," tolak Harry. Hm, sangat berjiwa sportivitas, sangat gentleman, sangat goblok. Rasanya Lyzbeth mau muntah tapi ogah cari kantong muntah dan jelas bukan tanah. Karena Harry sangat loyal hanya jika mereka bukan dari Slytherin, Gryffindor sialan!

"Memang benar, Harry. Tapi siapa yang bilang aku ingin menang? Lagipula mau aku yang mengambil piala sialan itu atau kamu, jelas Hogwarts yang diuntungkan."

Lyzbeth bertepuk tangan tiga kali.

"So, ayo pergi! Karena seperti kata Mermaid man-"

"Mermaid apa?" tanya Harry tetapi diacuhkan Lyzbeth.

"Tetaplah di jalan setan!!" kata Lyzbeth dengan semangat yang menggebu-gebu. Saatnya melihat kebangkitan Tom!

Harry mulai merasa jika Lyzbeth mulai gila karena dipaksa mengikuti turnamen. Padahal Lyzbeth sudah gila jauh sebelum gadis itu mengenal Nara Shikaku.

Akhirnya Lyzbeth dan Harry menyentuh piala bersama-sama yang membuat mereka berdua tersedot ke kalian-tau-ke-mana. Dua manusia beda gender itu terjatuh di tanah di mana nisan-nisan elegan bertaburan seperti bunga di musim gugur. Sementara mereka linglung, piala Triwizard terpental jauh ke masa lalu, eh, menjauh sejauh-jauhnya dari jangkauan dua anak Adam dan Hawa.

"Lily!" teriak Harry saat mendapati temannya terbaring lemas tak jauh dari posisinya.

"Berisik!" bentak Lyzbeth.

"Kau tak apa-apa?" tanya Harry khawatir.

"Apa menurutmu jatuh dari langit pasca tersedot portkey termasuk definisi baik? Tidak. Tolong cari pialanya, bisa saja mereka portkey dua arah."

Harry menyanggupi permintaan/perintah secara sepihak dari Lyzbeth. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling kuburan tapi tak menemukan piala yang ia cari karena jarak pandangnya yang super duper terbatas.

"Aku tak bisa menemukannya dimana pun."

Lyzbeth berdecak kesal. Andai saja dia tak kehilangan tongkat, lagi. Semua itu salah laba-laba yang tiba-tiba menendangnya. Apa semua laba-laba suka menendang? Dasar serangga menyedihkan!

"Harry Potter!!"

Lyzbeth dan Harry menoleh ke sumber suara. Di sana jauh dari mereka, berdiri makhluk rendahan bernama Wormtail. Pria itu terlihat menggendong bungkusan yang Lyzbeth ogah akui sebagai sahabat lintas waktunya.

"Wormtail!!" teriak Harry marah.

Haduh aduh. Ia belum tau bagaimana cacing tua itu bisa bebas, bukannya ia mau tau, tapi rasanya ingin ia habisi sekarang juga!

"Bunuh cadangannya~~"

Eep! Suaranya sangat jelek! Ewh!

Wormtail melontarkan mantra mematikan pada Lyzbeth. Lyzbeth berkedip dua kali sebelum menghindar ke samping. Cahaya hijau mematikan itu melesat melewatinya. Untung saja sebagian besar mantra tidak punya radar panas.

Harry menatap Lyzbeth dengan takjub.

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang