Lyzbeth menghilang dari Hospital Wings. Madam Pomfrey bertanya kepada Profesor Snape; mengingat Profesor Snape adalah orang terakhir yang berinteraksi dengan Lyzbeth. Belum ada yang tau jika Lyzbeth tidak ada di Hogwarts kecuali mereka berdua dan Dumbledore pastinya.
"Profesor, apakah Anda tau ke mana Ms. Malfoy pergi?" tanya Madam Pomfrey cemas.
"Tidak."
"Semalam aku mendengar sedikit keributan, apa yang terjadi, Profesor?"
"Tidak terjadi apapun. "
"Hhhh ... Profesor Snape, tolong cari Ms. Malfoy. Kesehatannya belum pulih dan—"
Bayangan hitam jatuh di antara kaki Profesor Snape. Membuat Madam Pomfrey tak jadi melanjutkan ucapannya. Sesuatu itu adalah....
"Ms. Malfoy, kemana saja dirimu? Kamu masih harus beristirahat di sini, Nona Muda."
Lyzbeth kepayahan menatap Madam Pomfrey. Tubuhnya terasa remuk redam karena Dewa-Dewa sialan yang menjadikan raganya sebagai wadah kekuatan mereka. Benar-benar sialan!
"Hhh ... Hhhh ... To—long."
Dan Lyzbeth pun jatuh pingsan setelahnya.
Flashback: ON
Seorang pria mengangkat tubuh Lyzbeth dari brankar dan membawanya pergi. Membawanya terbang dengan sayap Yang terhubung dengan kedua sepatu Dan helmnya. Dia adalah Hermes: Dewa pengirim pesan. Hermes membawa Lyzbeth ke istana para dewa di Puncak Olimpus.
"Zeus, aku sudah membawa gadis itu."
Hermes membaringkan tubuh mungil Lyzbeth di depan Zeus dan para dewa utama lainnya yang kini memiliki ukuran kolosal. Poseidon membangunkan Lyzbeth dengan cara mengguyur gadis itu dengan air.
"Ughh...." lenguh Lyzbeth yang merasa tak nyaman dengan posisi tidurnya. Kerjapan matanya begitu innocent di mata para dewa.
"Di mana aku? Kenapa semua benda benda di sekitarku seperti membesar?" gumam Lyzbeth seraya bangun dari tidurnya.
"Hei, Girl! Siapa namamu?" tanya Dewi Athena mencoba mencairkan suasana.
"Uhm … Lyzbeth—ah, not. My name is Diana Malfoy."
"Malfoy's Girl, berdirilah!" perintah Zeus.
Lyzbeth berdiri dengan keadaan linglung. Ia masih tak paham dengan apa yang terjadi kepadanya. Di mana ia dan siapa mereka, Lyzbeth tak memikirkan itu, karena otak dan tubuhnya terlalu lelah dan ia dipaksa sadar oleh orang-orang raksasa dengan pakaian ala Yunani kuno itu.
"Hm? So big and big ... Who you are?" tanya Lyzbeth bingung.
"Kami dewa utama di Olimpus," jawab Poseidon mewakili para saudaranya.
"Ohh … Bukan aku yang mencuri petir," kata Lyzbeth.
Para dewa menatap Lyzbeth aneh. Jadi teringat dengan peristiwa beberapa tahun yang lalu di mana Percy Jackson di tuduh menjadi pencuri petir Zeus yang nyatanya di curi oleh salah satu putra Hermes.
"Kami tidak memanggilmu karena aku kehilangan petir. Kami memanggilmu mengenai kekuatan para dewa yang telah dan belum kamu terima."
"Oh my God! Benar juga, semua ini karena keempat makhluk mitologi Yunani yang muncul beberapa bulan lalu—"
"Dua tahun lebih, sebenarnya," sela Poseidon.
"What ever," balas Lyzbeth tak peduli.
"Jadi, memberi atau mengambil?" tanya Lyzbeth yang mulai kembali ke karakternya yang asli.
"Apa?" tanya Athena.
"Ah—aku paham maksudmu. Kami di sini untuk memberimu pilihan, mengambil atau mengembalikan?" tanya Hades.
Lyzbeth berpikir panjang. Sesekali menatap keempat dewa utama satu per satu yang berakhir dengan rasa sakit di leher. Ia berjalan mondar-mandir sambil berkacak pinggang, menggerutu kecil, menimbang keuntungan dan kerugian yang akan ia dapatkan, melihat dari sisi terang dan sisi gelap. Lyzbeth menatap keempat dewa dengan tatapan tak yakin.
"Aku mengambil dan kalian memberi. Jika tidak sesuai dengan kebutuhan, aku akan mengembalikan dan kalian tidak boleh protes. Aku tidak mau terhubung dengan perang antar dewa dan demigod. Jangan campuri dunia sihir jika hasilnya hanya akan merepotkan diriku. Jika sudah selesai, kirim aku kembali ke Hospital Wings. Deal?" tawar Lyzbeth secara sepihak. Meninggalkan para dewa yang hanya bisa terdiam melihat kelakuannya.
Para dewa setuju, mereka—selain Poseidon—memberikan separuh kekuatan secara bersama-sama dan Lyzbeth hanya diam menerima semua kekuatan yang sesungguhnya sanggup menghancurkan raganya jika ia tak kuat menahan semua rasa sakit yang ia derita selama menerima transferan kekuatan. Jika hanya satu-dua atau satu persatu seperti Ekhdina dan Tiga Gorgon, ia tak masalah. Namun, ini empat dewa utama melakukannya secara bersamaan. Andai ia pernah terkena kutukan Avada Kedavra, mungkin akan ia samakan rasa sakit yang ia derita dengan—
'Kutukan itu tak menimbulkan rasa sakit, bodohnya aku!' umpat Lyzbeth dalam hati.
Flashback: OFF
∞ ※ ∞
Narcissa menatap anak gadisnya dengan cemas. Baru kemarin Lyzbeth mengirim surat dan sudah tiga kali putrinya mendapat kemalangan di tempat yang sama, Hogwarts.
"Putriku yang malang," bisik Narcissa.
"Narcissa, kemasi barang-barang Lily. Kita akan memindahkan Lily ke Mahoutokoro. Putriku tidak cocok berada di sini," kata Lucius angkuh.
"Father akan memisahkan aku dan Lily? No way, Father!" protes Draco tak terima harus berpisah dengan adiknya. Adik yang baru ia ketahui eksistensinya setelah sebelas tahun berlalu.
"Dengar, Draco. Semua ini untuk kebaikan adikmu, atau kamu rela melihat adikmu menderita di bawah atap Hogwarts?" tanya Lucius.
Draco menatap Lyzbeth yang kini terbaring lemah di brankar Hospital Wings. Wajahnya yang damai membuat Draco merasa kasihan. Harusnya Harry Potter yang berada di posisi Lyzbeth, mengingat anak itu dan kawan-kawannya sering menantang bahaya hanya untuk omong kosong yang bernama kedamaian dunia sihir.
"Ya, Father. Kau benar, aku tak cukup kuat untuk melindungi adikku sendiri, aku terlalu lemah di Hogwats karena pria tua kebanggaan dunia sihir itu memihak Harry Potter sang penyelamat dunia sihir," kata Draco muram.
"Hei, tidak seperti itu, Son. Kau bisa diandalkan untuk melindungi Lily, tapi tidak saat kamu tidak bersamanya," kata Narcissa mencoba menghibur putranya dengan kata-kata dan pelukan ringan.
"Lily, bangunlah dan aku tak akan membiarkanmu jauh dariku, ayolah."
"Bahkan saat tidur dan saat ke kamar mandi?"
Draco menatap asal suara itu dengan raut wajah bahagia. Lucius dan Narcissa menatap Lyzbeth tenang, sangat berbahaya mengungkapkan isi hatimu di kandang musuh. Lain dengan Draco yang memang mengekspos kepeduliannya terhadap Lyzbeth di depan semua orang. Mengingat sudah lama sekali Draco ingin seorang adik yang bisa menemaninya bermain dan sebagainya.
"Lily!" panggil Draco.
"Hai, Drag!" sapa Lyzbeth kalem.
"Lily, Madam Pomfrey dan Severus memberitahu kami jika semalam kamu tak meminun ramuan Merica dan kabur dari Hospital Wings, ke mana saja kamu, sayang?" tanya Narcissa mengintrogasi Lyzbeth dengan wajah garang, tapi tak bisa menyembunyikan kecemasan di balik matanya.
"Oh, hehehe…."
"Diana Malfoy, jawab pertanyaan ibumu!" tegas Lucius.
"Aku tidak tau," dusta Lyzbeth tak mau memberitahu keluarganya.
"Lils, kamu tau betapa cemasnya kami, bukan?" keluh Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady of Witch [H I A T U S]
FanfictionLyzbeth Alberta, Gadis cantik bertampang kalem tapi inner-nya sadis . Seperti itulah pandangan orang-orang terdekatnya. Selama sebelas tahun hidupnya Lyzbeth tak pernah mau merepotkan diri dengan menolong orang lain, ia lakukan apa yang ia suka. Hin...