Chapter 33

767 126 5
                                    

Dengan kekuasaan ayahnya, Lyzbeth mampu meluluhkan hati Profesor Snape untuk mengizinkannya memakai lab dan beberapa bahan ramuan yang dia butuhkan. Lyzbeth berjibaku dengan ramuan yang pembuatannya sangat rumit dan tidak ada di buku mana pun. Lyzbeth sedang berkreasi dengan ramuan, mencampurkan bahan, memotong bahan, atau mengaduk ramuan dengan asal. Terakhir, Lyzbeth menarik buku harian Tom Riddle dan membuangnya ke dalam kuali. Isi kuali menggelegak, warnanya yang semerah darah mengeluarkan buih-buih seputih salju sebelum akhirnya kembali tenang dan buku harian itu menghilang.

"Fyuh! Untung masih sempat, jika tidak, kasihan Tom. Dia beruntung aku bisa menyelamatkan jiwa yang dia letakkan di buku ini. Sayang sekali cara ini hanya bisa dilakukan sekali."

Lyzbeth menyulap cairan di dalam kuali, memasukkan ramuan merah yang asapnya beracun bagi penyihir ke dalam botol kaca yang telah diberi pesona agar muat banyak. Gadis Malfoy itu membuka jurnal komunikasi dengan Tom dan meminta untuk menemukan artefak keempat pendiri Hogwarts, tidak menjadikannya hocrux, dan mengirimkannya pada Lyzbeth dengan tahun dan tempat yang sudah mereka sepakati. Dengan ini keberadaan Diana la Belial dan Diana Lady Potter kembali dihidupkan oleh Lyzbeth untuk membayangi beradaan Diana Lucius Malfoy dan mengamankan Tom dari membuat hocrux lain selain dirinya. Itu pun jika Tom tidak lagi mempercayai ramalan Trelawney Sybil.

Lyzbeth keluar dari ruang lab Profesor Snape tanpa meninggalkan jejak mencurigakan, seolah Lyzbeth tidak pernah ada di sana sebelumnya.

"Kau tak membuat ramuan sama sekali setelah sekian lama?" tanya Profesor Snape jengkel.

"Aku membuatnya, kok."

Lyzbeth menunjukkan botol kaca jernih yang di dalamnya terdapat cairan merah. Profesor Snape menatap cairan di dalam botol dengan raut wajah yang aneh.

"Ramuan apa itu?" tanya Profesor Snape penasaran.

"Uh, hanya hal sederhana yang menyatukan jiwa," jawab Lyzbeth tak yakin.

"Jiwa manusia?"

"Iya, jiwa manusia, jiwa temanku. Aku harus mengirim ramuan ini kepadanya."

"Dia yang kau maksud, apa dia bersekolah di sini, di Hogwarts?" tanya Profesor Snape.

Lyzbeth menggeleng.

"Sudah lama sekali sejak aku melihatnya di sini," jawab Lyzbeth.

Profesor Snape menatap Lyzbeth curiga. Pasalnya, sudah lama sekali sejak Hogwarts mengeluarkan muridnya, sekitar lima puluh tahun lebih. Dia curiga jika Lyzbeth tengah berbohong. Gadis tengik berotak kosong itu berani membohongi ahli Legilimency sepertinya? Betapa beraninya! Lyzbeth menaikkan sebelah alisnya pasca melihat reaksi Profesor Snape. Pria gagal move on itu berani berpikir yang iya-iya tentang dirinya. Betapa lancangnya! Lyzbeth memainkan peran gadis lugu dan berpamitan dengan Profesor Snape untuk pergi ke menara burung hantu. Namun, Lyzbeth tak pergi ke sana. Lyzbeth kembali ke asrama dan masuk ke dalam kamar untuk istirahat.

Draco sedang bersantai dengan Daphne di depan perapian dengan secangkir coklat panas dan kue kering yang lezat.

"Menurutmu, Dray, di mana keberadaan Sirius saat ini?" tanya Daphne.

Draco meminum coklat panasnya sebelum menjawab pertanyaan Daphne. Matanya tertuju pada kobaran api yang menjilat-jilat di udara. Kobaran api itu terpantul di mata grey Draco.

"Mungkin ada di Hogsmeade. Tahun itu Sirius masuk koran daily, bukan? Dan lokasinya dekat Hogsmeade."

Daphne mengangguk. Gadis itu menghabiskan coklat panasnya sebelum berpamitan untuk pergi ke kamar. Draco mengangguk mengiyakan.

"Kau juga harus istirahat, Dray."

∞ ※ ∞

Keesokan harinya.

Daphne yang telah berpakaian rapi membangunkan Lyzbeth yang tumben sekali tidur di kamar yang sebenarnya. Gadis bungsu Malfoy itu terlihat nyenyak sekali tidurnya.

"Lils, cepat bangun!"

"Dragon, biarkan aku tidur lebih lama...."

"Lily,"

"Dragon, aku lelah."

"Hei, namaku Daphne, bukan Dragon!"

Lyzbeth terbangun dari tidurnya.

"Maaf, Daph! Kukira aku sedang di rumah," sesal Lyzbeth.

"Ya sudah, mau kutunggu di ruang bersama atau di aula?" tanya Daphne.

"Tunggu saja di kelas. Hari ini pelajaran Profesor Lupin, bukan?" tanya Lyzbeth.

"Kau tak mau sarapan?" tanya Daphen, mengernyitkan dahinya.

"Hm, hm. Aku lupa di mana tongkatku," jawab Lyzbeth.

"Dasar."

Daphne meninggalkan Lyzbeth seorang diri di kamar.

Lyzbeth yang sebelumnya terlihat linglung karena dibangunkan paksa oleh Daphne kini berubah menjadi segar dan mata yang sebelumnya tertutup kini terbuka dengan sorot kejam.

"Peter Pettigrew, tunggu balasan dari keponakan perempuan dari pria yang kau jebak duabelas tahun yang lalu."

Wujud Lyzbeth pun luruh ditelan kabut asap hitam. Ruang kamar pun kosong tanpa penghuni. Lyzbeth kembali muncul di depan aula dan pergi kebarisan siswa Slytherin.

"Kupikir kau tak mau sarapan, Lils?" tanya Daphne. Tak kaget melihat Miss Plin-Plan muncul di aula besar setelah sebelumnya mereka janjian untuk bertemu di kelas Profesor Lupin.

"Hari ini burung hantu akan mengirimkan surat dan paket, bukan? Aku berharap temanku akan memberikan apa yang aku minta tempo hari," jawab Lyzbeth santai.

"Pria atau wanita?" tanya Draco.

"Pria dong, teman wanitaku di sini hanya ada tiga, Daphne, Pansy, dan muggleborn itu."

"Kau masih menganggap gadis Griffin itu teman?" tanya Pansy tak suka.

"Iya, dia."

"Tapi Granger itu mengerikan!" pekik Pansy.

Hanya Lyzbeth dan Daphne yang mengeluarkan tawa kecil. Theo dan Blaise memilih untuk tak ikut campur. Sedangkan Draco menatap Pansy dengan tatapan ganas.

"Dragon menyukai semak." kata Lyzbeth santai.

"...."

Ribuan burung hantu pun memasuki aula besar, membawa barang masing-masing di cakar mungil mereka. Burung hantu hitam muncul terakhir dan membawa kotak berwarna hijau dengan pita perak. Menjatuhkan kotak tersebut ke pangkuan Lyzbeth. Sementara burung hantu tersebut bertengger di bahu kiri Lyzbeth.

"Wow, dia benar-benar memanjakkan aku sebanyak ini," kata Lyzbeth memuji pria yang memenuhi permintaannya. Di dalam kotak terdapat tiga benda yang konon dijadikan hocrux oleh Lord Voldemort. Burung hantu itu bahkan diberikan kepada Lyzbeth dengan rendah hati oleh Tom.

"Kuberi nama Lucina saja." kata Lyzbeth, menuai kernyitan dahi dari teman-temannya.

'Bisakah aku berharap Tom telah 'waras'?'

Lyzbeth menarik secarik perkamen dari dalam kotak.

"Jadi seperti itu efeknya," bisik Lyzbeth pasca membaca surat dari Tom yang memberitahunya tentang keanehan yang terjadi tubuhnya tapi tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh atau sihirnya sama sekali.

"Diana Malfoy! Benda apa lagi itu!" bentak Draco yang tak sengaja melihat benda-benda di dalam kotak.

Lyzbeth menatap Draco. Tahun ini akan menjadi tahun Draco Membentak, Lyzbeth tak suka hal itu. Lyzbeth menutup kotaknya dengan tenang.

"Draco terlalu paranoid, benda ini adalah mainan dari temanku."

"Aku tak percaya, Lily. Berikan padaku!"

Draco merebut kotak hijau itu dari pangkuan Lyzbeth. Lucina berniat mematuk tangan Draco, sayangnya Lyzbeth keburu membekap paruh hitam Lucina dengan erat.

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang