Akhir tahun, dalam acara makan malam di aula besar, Dumbledore memberi nilai tambahan pada Gryffindor karena keberanian Neville: 10 poin, kecerdasan Hermione: 50 poin, permainan catur paling memukau dari Ron: 50, dan tentu saja, Harry Potter sang pahlawan yang menyelamatkan batu bertuah: 50 poin. Namun, 160 poin tambahan untuk Gryffindor nyatanya tak bisa mengalahkan poin Slytherin karena Lyzbeth dan Draco tak akan membiarkan asramanya kalah. Kedua Malfoy muda itu lagi-lagi mengubah kisah asli novel Harry Potter. Ah, dan Draco? Sayangnya Lyzbeth belum mendapat jawaban atas semua pertanyaan yang ada di benaknya. Sebenarnya hanya satu: bagaimana mungkin?
'Yeah! Rasakan itu, Gryffindork!! Balasan untuk tahun pertamaku!!' batin Draco puas.
'Fixed!! Jiwa Draco pasti berasal dari masa depan! Fucking rebirth, pantas Draco bertanya siapa aku di pertemuan pertama kami. Jika dia Draco dari dunia ini, dia pasti tau siapa aku karena Lucius dan Narcissa tidak mungkin tidak menceritakan tentang diriku. Kecuali keduanya menyembunyikan kebenaran tentangku. Astaga! Dunia seperti apa ini?' batin Lyzbeth kebingungan dengan perkiraannya.
"Lils? Hei, What's happens?" tanya Draco khawatir.
Lyzbeth tersadar dari lamunannya dan acara makan malam sudah selesai. Gadis itu menatap Draco dan tersenyum kecil.
"Ayo kembali ke asrama!" ajak Lyzbeth dengan semangat. Bahkan sengaja merangkul lengan kiri Draco dengan mesra.
Keduanya beriringan keluar dari aula besar dan berpapasan dengan empat Slytherin lainnya di lorong menuju asrama Slytherin: Theo, Blaise, Pansy, dan Daphne.
'Draco tetaplah Malfoy dan aku juga Malfoy. Tak ada alasan untuk menjauhinya, dia tetaplah saudaraku, kakak kembarku. Lagi pula keberadaanku seharusnya tak ada, bukan?'
"Hei, Dragon. Saat liburan nanti, ayo ciptakan petualangan untuk kita sendiri, ayo jadikan Malfoy Manor sebagai markas rahasia kita, ayo buat ️inner circle kita sendiri! Ayo—"
"Whoa, Lily! Apa sejak kau bergaul dengan Weasel itu membuatmu jadi banyak bicara?" ejek Draco.
Lyzbeth menembak Draco dengan tatapan rumit dan membalas ejekan pria itu dengan satu tinjuan kecil.
"Draco benar, Lils. Mendengarmu bicara sebanyak itu adalah kemustahilan," ejek Pansy.
"Oh, diamlah!" hardik Lyzbeth.
"Jangan ganggu Lily saat dia sedang kesal, atau kau akan berubah menjadi marmut," sela Blaise.
"Pureblood!" seru Theo menyerukan kata kunci asrama.
Lukisan bergeser dan kemudian terbuka. Saat mereka mencapai ruang kreasi, banyak anak-anak asrama—dengan kondisi berantakan—yang sepertinya sengaja menunggu mereka, karena salah seorang gadis yang berada di tingkat 3 menghampiri Lyzbeth dan Draco yang kebetulan berada di barisan paling depan.
"Hei, Diana Malfoy! Apa semua ini ulahmu?! Apa kau yang memasang mantra jebakan di pintu masuk asrama?!" tuduh gadis itu.
"Ya." jawab Lyzbeth kalem.
"Kau!!" geram gadis itu.
Diam-diam Lyzbeth beradu tinju dengan Theo dan Blaise, karena yang sebenarnya tak seperti yang terlihat. Karena mereka bertiga: Lyzbeth, Theo, dan Blaise telah memastikan segalanya sebelum keluar asrama, dan mereka selalu memastikan jika di antara mereka harus ada yang keluar paling terakhir.
'Kastil Hogwarts suka bercanda dan pria tua itu suka sekali ikut campur.' batin Lyzbeth.
'Untung masih sempat.' batin Blaise lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady of Witch [H I A T U S]
FanfictionLyzbeth Alberta, Gadis cantik bertampang kalem tapi inner-nya sadis . Seperti itulah pandangan orang-orang terdekatnya. Selama sebelas tahun hidupnya Lyzbeth tak pernah mau merepotkan diri dengan menolong orang lain, ia lakukan apa yang ia suka. Hin...