Chapter 4

2.7K 318 3
                                    

"Oh, yeah ... Aku akan sangat merindukan kamarku ini." desah Lyzbeth puas melihat-lihat interior kamarnya yang penuh dengan atribut Slytherin dan Quidditch. Dan tentunya warna keempat dinding itu serba hijau tua dengan pintu kamar berwarna perak.

"Baiklah. Saatnya beres-beres! Ambil yang penting-penting saja, mungkin."

Lyzbeth mentransfigurasi boneka singa super besarnya menjadi koper hijau tua khas dunianya saat ini dengan lambang Slytherin ditengahnya dan memantrainya dengan mantra perluasan tak terdeteksi. Semua buku-buku penting ia bawa—kecuali satu set lengkap novel Harry Potter—, perhiasan khas dunia sihir, beberapa pakaian yang berhubungan dengan film Harry Potter, satu pigura baru yang berisi foto dirinya yang sedang dipeluk oleh Mommy-nya.

Memanfaatkan waktu yang tersisa. Lyzbeth mengambil satu stel pakaian Muggle dan memakainya dengan penuh euforia dan menyimpan seragamnya ke dalam koper.

"Aku akan merindukan sentuhanmu, Mom...." ujar Lyzbeth seraya menulis notes untuk ibu angkatnya.

Moms....

Terima kasih telah merawatku.
Tapi aku harus pergi.

Yours,
Lyzbeth Alberta.

Tanpa membuang waktu lagi, Lyzbeth menciptakan portal yang akan membawanya pergi ke Hogwarts. Tepatnya di kamar mandi perempuan yang tak terpakai karena dihantui oleh Myrtle Merana. Tempat yang ia kunjungi setelah ber-apparate dari kantor Profesor Snape.

"I Love you, Moms...." kata Lyzbeth parau sebelum menghilang ditelan portal waktu dan kembali muncul di dalam kamar mandi Hogwarts.

"Malam Myrtle!" sapa Lyzbeth sebelum keluar dari kamar mandi dengan menyeret kopernya.

Di atas menara Astronomi. Lyzbeth menyalin semua informasi yang ia catat di buku Muggle-nya. Tak terlewat setitik-koma pun, bahkan typo pun tak ada. Namun, Lyzbeth menghabiskan empat perkamen, tiga botol tinta, dan dua pena bulu. Padahal tulisan Lyzbeth tergolong mungilnyaris tak dapat dibaca saking kecilnya.

"Saatnya meletakan empat kertas laknat ini ke atas meja Snivellus," keluh Lyzbeth yang kemudian terkekeh kecil karena julukannya untuk Profesor Snape. Benar-benar lucu dan menghibur.

Pagi hari ini. Di Hogwarts sedang terjadi pertengkaran hebat antara Slytherin dengan Gryffindor yang diwakili oleh Draco Malfoy, Pansy Parkinson, Theodore Nott, dan Blaise Zabini yang melawan Harry Potter, Ronald Weasley, dan Hermione Grangger. Empat lawan tiga. Di depan pintu kelas ramuan Profesor Snape.

"Katakan di mana Lyzbeth!" bentak Pansy dengan mata melotot.

"Sudah kukatakan padamu, Lyzbeth tak bersama kami!" seru Ron kesal.

Draco berniat mengacungkan tongkatnya saat sudut matanya melihat siluet Profesor Snape sedang berjalan menuju kelas ramuan.

"Profesor Snape datang," bisik Draco pada ketiga temannya.

"Ada apa ini?" tanya Profesor Snape dengan nada monoton tetapi tatapan matanya tajam terhunus pada satu titik. Harry James Potter dan kawan-kawannya.

"Potong lima angka dari Gryffindor karena membuat keributan."

"Masing-masing anak," lanjut Profesor Snape sebelum masuk ke dalam kelas ramuan diikuti Draco dan ketiga temannya.

"Lima belas point dari Gryffindor terbuang percuma oleh Snape!" geram Ron.

Ketiganya memutuskan untuk masuk ke dalam kelas ramuan dan kembali mendapat masalah dari Kepala Asrama Slytherin yang juga merupakan Master Potion termuda di Hogwarts.

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang