Chapter 56

226 21 2
                                    

"Kau yakin dengan ini?" tanya Adrian sangsi dengan apa yang direncanakan dua sekutu barunya plus satu kutu tambahan. Secara teknis dan harfiah hanya ada satu sekutu dan satu kutu, tapi siapa yang peduli pada jumlah?

Wednesday mendapat peran Pocahontas yang menawan- bukan peran sebenarnya, tapi gadis yang dipaksa memakai terusan coklat itu benar-benar memiliki niat menawan semua orang. Ditetapkan Pugsley sebagai kalkun yang sehat dari pada Aland yang terlihat kurus dan sakit-sakitan. Aland, Adrian, dan satu kutu tanpa nama mendapat peran sebagai pohon dengan wajah, tangan, dan kaki. Dua pembina yang aneh jika kalian bertanya pada Aland.

"Oh lihat, si gadis pirang peternak itu mulai bernyanyi. Ayo bergerak!" desak Aland mulai bergerak.

"Tunggu sebentar!" bantah Wednesday sambil menahan lengan atas Aland.

"Menunggu apa?" tanya Aland tak sabar.

Wednesday menunjuk bangku penonton, tepatnya bangku tempat Mr. and Mrs. Addams duduk. Terlihat sepasang suami istri yang bersemangat menunjukkan keberadaan mereka agar terlihat oleh kedua putra mereka yang sangat membanggakan itu. Terpilih menjadi salah satu tokoh dalam teater yang luar biasa, siapa yang bisa bosan dengan itu?

'Me,' batin Lyzbeth dari antah berantah tapi tidak di sana. Hanya suaranya saja yang sampai ke telinga tapi tidak dengan wujudnya. Aland dan Adrian bergidik ngeri. Entah apa yang saudari mereka tidak bisa lakukan, mereka berdua tidak mau tau.

"Oh! Ayah dan Ibu datang!" bisik Adrian menahan rasa senang yang membuncah di hatinya. Senang rasanya mendapat perhatian dari orang tua yang jarang berada di rumah.

"Ya, mereka. Tapi lihatlah kita? Pohon-pohon malang yang hanya tau bergoyang ke kiri atau ke kanan seperti pohon asli yang tertiup angin. Aku malu sekali. Harusnya aku menjadi pangeran!" erang Aland tak kuasa menahan derita.

"Tidak ada peran pangeran di cerita ini," kata Wednesday.

"Setidaknya Lulu memilih saat ini untuk tidak menunjukkan rambut pirangnya," kata Adrian menenangkan saudaranya. Ia tau sekali saudarinya itu seperti apa.

Aland menepuk kostum kayu yang ia kenakan. Sangat kaku dan coklat tanpa hijau, pohon mati dengan lubang sebagai wajah, sangat biasa, sangat-sangat biasa.

Wednesday menatap Aland. Gadis pemurung itu berpikir jika Aland menyimpan sesuatu yang menjengkelkan. Tapi karena bukan urusannya, Wednesday tak akan melakukan apa-apa.

Dua pembina yang bersembunyi di kolong tertentu sangat antusias mengarahkan jalan cerita. Tiba saat pertemuan antara dua kubu di mana gadis peternak versus gadis pedalaman. Awalnya berjalan lancar seperti cerita penjajahan zaman dulu, tapi ending ceritanya tidak seperti itu. Para Origin alias rombongan Wednesday melakukan perlawanan. Entah keajaiban seperti apa yang baru saja terjadi, tapi Wednesday berhasil mengikat salah satu gadis peternak seperti babi guling dengan api sungguhan yang entah dari mana asalnya.

"Gadis itu mengingatkanku pada saat Lulu bermain dengan kita dulu," bisik Aland sedikit takut.

"Tapi yang ini lebih kejam, Al. Setidaknya Lulu tak menggunakan manusia sebagai cadangan makanan," balas Adrian.

Yah, pentas teater berakhir dengan keadilan bagi yang memperjuangkannya. Melawan penjajah bukanlah sikap pemberontakan, tapi perjuangan dengan darah dan air mata mempertahankan tanah air. Seandainya dua pembina itu tidak memilih Wednesday di setiap kesempatan.

Alvina sedikit kesulitan menahan suaminya yang tak henti tertawa.

∞ ※ ∞

"Paman Reggie akan baik-baik saja 'kan?" tanya Lyzberth khawatir. Gadis itu memilin ujung gaun kuning yang ia kenakan.

Sirius menahan bahu Lyzbeth dan membawa gadis itu duduk di sofa terdekat yang bisa ditemukan di kamarnya.

"Jangan khawatir, Poppy akan segera datang."

Remus yang memilih untuk duduk di samping ranjang menatap wajah Rigel lekat-lekat. Pria yang pingsan bak putri tidur itu memiliki aroma samar yang familiar. Ingin sekali ia sentuh wajah pria itu. Tangan Remus sejengkal jarak dari wajah, tapi si pemilik wajah keburu membuka mata. Mungkin sikap waspada yang ia latih selama ini membuahkan hasil.

"Lupin,"

Suasana canggung menjadi semakin canggung karena panggilan itu.

Lyzbeth dan Sirius yang melihat Rigel bangun dari pingsan tidak segera mendekati pria itu. Itu karena mereka bisa merasakan atmosfer bumi yang berubah.

"Kalian tau, sebaiknya aku dan Lily mencari makanan," kata Sirius.

Lyzbeth yang tiba-tiba disebut hanya bisa menatap bingung pada Sirius. Tapi pria yang lebih tua tak ambil pusing dengan pandangan keponakannya yang sarat makna. Ia membopong Lyzbeth seperti karung kentang lalu melarikan diri dari kamarnya sendiri.

Dalam perjalanan menuruni tangga, mereka berpapasan dengan Harry dkk.

"Ada apa dengan Lily?" tanya Harry bingung.

Sirius tertawa dua kali sambil menampar bokong Lyzbeth.

"Ah! Pelecehan!!" teriak Lyzbeth kaget.

"Diamlah nak, atau aku akan menjualmu kepada Snivellus yang berminyak."

Ron dan Harry menahan tawa mendengar lelucon Sirius yang tidak lucu sama sekali.

Di kamar Sirius. Rigel bangun dari posisi tidurnya dibantu Remus. Pria itu menatap pria dengan bekas luka yang membantunya dengan tatapan rumit.

"Rigel, aku tau ini aneh tapi aku merasa aromamu sangat familiar bagiku."

Rigel menegang pasca mendengar kata-kata Remus yang mungkin akan membongkar penyamarannya.

"Mungkin. Bukankah Agapios juga berbau sepertiku?" tanya Rigel dengan wajah datar mencoba mengalihkan pembicaraan.

Remus membenarkan posisi duduknya sebelum kembali menatap lekat Rigel.

"Ya, bau Agapios dan Alvina juga familiar, dan baumu juga. Itu seperti aroma yang terjebak di masa lalu," kata Remus menjelaskan.

"Aroma masa lalu? Apa kau bercanda?? Itu tidak mungkin," sangkal Rigel dengan gugup. Telapak tangannya mulai berkeringat deras di balik selimut merah yang menyakitkan mata.

Remus terdiam lama sebelum membalas, "Aneh sekali aromamu mirip dengan Sirius, 'kan?"

Rigel menegang. Punggungnya benar-benar kaku seperti papan baja. Jika ketahuan, jika terbongkar, jika kebenaran atas kebohongan mereka terkuak ... Entah apa yang akan Lyzbeth lakukan pada mereka. Rigel memejamkan matanya.

Kriett....

"Paman Reggie, aku membawa susu almond dan kukis coklat!"

Lyzbeth menerobos masuk tanpa ketukan, salam, atau sapa. Sangat tidak sopan. Gadis yang kini memakai gaun merah itu masuk tanpa membawa apa-apa seperti yang ia klaim dalam kata-kata.

"Dan aku mendapatkan asisten setelah mengorbankan gaun kuning jelek itu!"

Di belakang Lyzbeth muncul Harry yang kesusahan membawa nampan besar berisi dua mug besar susu almond dan sepiring penuh kukis coklat buatan sendiri. Tentu saja bukan buatan Lyzbeth.

"Letakkan di meja, Harry. Kita memiliki jadwal yang penuh. Satu untuk Paman Reggie dan Remus, check! Sekarang cari Severus Snape dan racuni dia dengan kacang!! Chop chop, nak! Waktu kita terbatas."

Rigel dan Remus menatap Harry kasihan.

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang