Lyzbeth mendapati dirinya sekamar dengan Lily dan Molly. Dua ibu-ibu badass yang menurutnya sangat menakutkan saat marah.
"Mornings, Anne!" sapa Lily pada Lyzbeth yang baru bangun.
Gadis berambut merah itu terlihat sibuk menata rambutnya saat Lyzbeth keluar dari mandi.
"Sepertinya baru kemarin aku mendapati gadis super-taat-aturan sepertimu berada di asrama di jam malam, Anne. Apa terjadi sesuatu?" tanya Lily tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca.
"Ya, tangga Hogwarts membuat lelucon."
Lyzbeth keluar dari kamarnya dengan keadaan rambut yang basah. Tapi percayalah, dengan ingatan hasil manipulasinya, James yang akan dengan senang hati membantu Diana Lady Potter mengurus rambutnya. Tepat saat Lyzbeth akan keluar dari asrama, teriakan James berhasil memenuhi ruang kreasi.
"My Diamond! Rambutmu!"
James menyusul Lyzbeth dengan langkah tergesa-gesa dan menarik lengan gadis itu ke kamar asramanya, yup! Kamar James! Yang artinya akan ada Sirius, Remus, dan Peter.
"Di mana aku menyimpan handuk keringku, ya?" gumam James bertanya-tanya di mana terakhir kali ia meletakkan handuk.
"James, segera ke aula! Jika kedua temanmu melaporkan kita, Profesor Mcgonagall tidak akan melepaskan kita."
"Apa maksud perkataanmu, my Diamond? Mereka sahabatku, artinya sahabatmu juga!" protes James yang telah menemukan handuk untuk mengeringkan rambut sepupunya.
"I don't think so."
"Anne," rengek James.
"Baiklah, sepupu tersayang. Lakukan sesuka hatimu," ucap Lyzbeth menyerah dengan tingkah James yang kekanakan.
James tertawa senang dan mulai mengeringkan rambut Lyzbeth dengan handuk yang berada ditangannya, menyisir rambut panjang, halus, dan wangi itu dengan hati-hati. Ia iri dengan rambut Diamondnya yang bisa rapi dan lurus, berbeda dengan rambutnya yang berantakan seperti sarang burung. Ngomong-ngomong soal wangi, James baru menyadari jika aroma sepupunya adalah apple.
"Wangimu enak, my Diamond. Membuatku betah menciumnya," kata James, sesekali mengambil rambut Lyzbeth dan menciumnya berulang kali tanpa lelah atau bosan.
"Benarkah? Sewangi apa aromanya?" tanya Sirius antusias. Mendekati Lyzbeth dan ikut mencium aroma wangi dari rambut panjang Lyzbeth.
"Teruskan, dan kita akan melewatkan waktu sarapan," sela Lyzbeth yang risih karena rambutnya menjadi mainan.
"James! Sirius!" panggil Lyzbeth tak nyaman.
Lyzbeth pura-pura terkejut dan memekik kaget saat tangannya tak menemukan tongkat sihir di saku jubahnya. Fyi, Lyzbeth memiliki kebiasaan menaruh tongkat di balik jubah, bukan di kantong jubah. Seperti Luna Lovegood yang meletakkan tongkat di telinga, Lyzbeth juga memiliki keanehannya sendiri. Lagipula, darah yang mengalir di nadinya merupakan sebuah keanehan yang berawal dari kekuatan besar seorang dewa dan monster dari kepercayaan orang Yunani.
"Oh! Tongkatku jatuh entah di mana," cicit Lyzbeth dengan sengaja.
"Mungkin jatuh di kamarmu? Ayo, aku akan menemanimu mencarinya!" saran James seraya menarik Lyzbeth keluar dari kamar Marauders. Lyzbeth menghentikan James tepat di depan pintu kamar.
"Sebaiknya kita ke aula saja."
"Dan tongkatmu?" tanya James khawatir.
"Ini hari sabtu, tidak perlu tongkat sihir. Kita bisa mencarinya nanti, tapi perutmu harus segera diisi makanan," tolak Lyzbeth.
"My Diamond! Kau benar-benar peduli padaku bahkan jika aku memilih Lily dibanding dirimu, aku menyayangimu!"
James memeluk Lyzbeth dari samping dengan kekuatan penuh. Sementara Lyzbeth kebingungan dengan kata-kata James. Memilih? Apa? Kapan? Imajinasi James yang terlalu tinggi atau hasil manipulasinya?
"Terserah!" cibir Lyzbeth.
∞ ※ ∞
"Wah! Wah! Wah! Lihat siapa di sana? Gryffin kecil yang malang dan permata jeleknya,"
Cibiran itu. Lyzbeth kenal dengan suara nyaring itu. Siapa lagi jika bukan Bellatrix Black? Rombongan Marauders plus Lily dan Lyzbeth menatap rombongan Slytherin yang diantaranya adalah Bellatrix Black, Regulus Black, Rudolphus Lestrange, Lucius Malfoy, dan Severus Snape. Lyzbeth memiringkan kepalanya saat sekelebat ingatan muncul tanpa permisi. Mereka telah menjadi Death Eater. Dan salah seorang diantaranya menyesali keanggotaannya sebagai Death Eater. Akan ada waktu di mana satu persatu akan mengalami yang namanya penyesalan. Mungkin Lyzbeth juga akan mengalaminya. Who knows?
"Permata jelek!? Jaga ucapanmu, Black! My Diamond adalah permata tercantik yang pernah ada!" bentak James tak terima.
Sekarang Lyzbeth sedang menjadi Diana Lady Potter: dingin, acuh, pendiam, serius, tidak suka ikut campur, terampil dalam segala hal, penuh pesona, dan hanya peduli pada James Charlus Potter dan menjadi tali kekang yang lebih baik daripada dua prefek Gryffindor: Remus dan Lily.
Namun, mereka yang ada di depannya adalah keluarganya yang sesungguhnya di masa depan; meski hanya satu, sementara yang satunya ada di Azkaban, dan sisanya tak pernah ia anggap keluarga. Oh betapa kejam dirinya, tapi biarlah.
"James," panggil Lyzbeth. Pelan dan tenang. Meminta James untuk tak menimbulkan masalah.
"Diamond! Mereka baru saja menjelek-jelekkan dirimu! Kau dihina! Aku harus membalas mereka!" protes Sirius tak terima.
"Bisakah kita pergi? Tidak ada apapun yang harus dibalas. Ayo ke Hosmeade saja," ajak Lyzbeth menengahi pertengkaran yang selalu terjadi jika kedua kubu: Gryffindor dan Slytherin bertemu.
"Benar! Hari sabtu ini aku ingin berkencan dengan Diamond!" seru Sirius dengan semangat merangkul pundak Lyzbeth.
Lucius entah bagaimana tak suka dengan perilaku Sirius yang seenaknya merangkul Diana. Kebetulan sekali Lyzbeth peka, jadi ia menghempas tangan Sirius dari pundaknya.
"Kau itu berat! Dan aku tak suka dirangkul," ketus Lyzbeth.
Sirius melempar cengiran tak bersalah. James menarik tangan Lily dan Lyzbeth; menjauh dari para Slytherin. Remus dan Sirius mengekor di belakang. Sementara Peter tertinggal jauh. Sebenarnya, Peter sedang memberikan informasi kepada para Slytherin.
"Aku tak jadi ikut! Titip beberapa barang saja," kata Lyzbeth tiba-tiba, melepaskan genggaman James darinya dan menyerahkan perkamen kepada James sebelum pergi.
James, Sirius, Remus, dan Lily membaca isi perkamen yang diberikan oleh Lyzbeth.
1. Coklat, beli beberapa untuk kalian.
2. Beberapa perkamen baru untukku dan James. Dia ceroboh, tapi biarkan.
3. Tinta cepat kering. Sekali lagi, James ceroboh.
4. Beberapa buku, sangat sulit membuat James dan Sirius mau membaca.Mungkin hanya itu, kalian tidak keberatan bukan?
"Oh, tidak. Tentu tidak!" balas ketiga Marauders dan Lily bersamaan.
"Benar-benar memiliki sifat keibuan, kuharap aku bisa sepertinya, sabar menghadapi anak senakal kalian berdua!" komentar Lily.
Remus terseyum, James dan Sirius tertawa mendengarnya, Diana terlalu dewasa untuk James dan Sirius yang seperti anak usia lima tahun. Namun, ia merasa ada yang salah, sisi serigalanya tidak menerima bau Diana, bahkan ia berani bersumpah jika di masa lalu, ia tidak kenal dengan bau Diana. Gadis itu seperti sudah lama di dekatnya, tapi juga baru. Membingungan! Sepertinya Remus harus mencari tau dari Diana sendiri.
"Ayo ke Hosmeade!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady of Witch [H I A T U S]
FanfictionLyzbeth Alberta, Gadis cantik bertampang kalem tapi inner-nya sadis . Seperti itulah pandangan orang-orang terdekatnya. Selama sebelas tahun hidupnya Lyzbeth tak pernah mau merepotkan diri dengan menolong orang lain, ia lakukan apa yang ia suka. Hin...