Chapter 57

332 17 3
                                    

Pagi-pagi buta dan bahkan gnome belum beraktivitas. Di dapur di mana semua orang mulai sarapan. Alvina menatap marah Harry dan Lyzbeth. Kedua remaja itu menatap lantai kayu yang reot dan tidak menarik.

"Kalian sudah sangat keterlaluan. Jika kalian pikir lelucon kue kacang kemarin tidak berbahaya, kalian salah besar! Apa kalian tidak tau Severus alergi kacang?"

Harry menatap Lyzbeth, "Penyihir punya alergi?"

"Mungkin darah muggle," jawab Lyzbeth tak acuh.

"Bagaimana jika alergi Severus sangat serius dan menyebabkan kematian?"

"Tidakkah penyihir punya obat alergi?" tanya Harry bingung.

"Tidak, Harry. Penyihir tidak memiliki obat untuk alergi muggle. Jika bukan karena Nona Granger, mungkin kita akan kesulitan menemukan obat alergi muggle."

"Dan semua ini karena kecerobohan kalian."

"Aku minta maaf...?" kata Lyzbeth pelan.

"Apa itu tanda tanya yang aku dengar barusan, Nona Muda?" tanya Alvina kesal.

"Aku minta maaf! Yang kami lakukan kemarin sudah keterlaluan, maafkan kami. Kami tidak tau akibat dari lelucon kami adalah akhir dari hidup seorang pria tua kumuh berminyak berhidung bengkok yang sarkastik."

"LYZBETH ALBERTA BLACK!!" teriak Alvina murka.

Lyzbeth menatap Alvina kaget. Bagaimana bisa ibu dari The Choise One, The Boy Who Lived, dan julukan-julukan lainnya yang menjemukan bisa tau nama lahirnya. Ini adalah keajaiban dunia pertama, iya dunia Lyzbeth tepatnya.

Setiap insan yang bernafas di dapur terpaku menatap Alvina dan Lyzbeth. Mereka ingin kejelasan atas nama si penyihir cilik itu yang terucap oleh bibir merah seksi Alvina Balders.

"Bagaimana ... Mumma, ini ... Mumma tau?" tanya Lyzbeth panik. manik matanya bergetar tak tentu arah.

Alvina bersedekap dada. Wanita yang terlihat berkepala dua itu menatap putri yang bukan putrinya dengan tatapan marah.

"Jangan mempermainkan hidup seseorang seolah bermain layang-layang. Lulu, Sev tak melakukan apapun untuk menyakitimu. Dia bahkan enggan berurusan denganmu, jangan ganggu Sev."

"Tapi Marauders melakukannya! Tujuh tahun lamanya! Kenapa kita tidak boleh, tapi mereka tidak apa-apa? Mumma, ini tidak adil! Kami hanya- itu hanya kue kacang!" elak Lyzbeth, gadis itu mengalihkan perhatian semua orang kepada tragedi pembully-an Severus Snape yang malang oleh The Marauders.

"Mereka berbeda!" bentak Alvina.

Okay. Sepertinya gagal, permisa.

"Tapi- tapi ... Harry!" Lyzbeth menyikut rusuk Harry dengan keras. Gadis itu malas melanjutkan perkara, biarlah Harry menggantikannya. Ha ha.

Harry yang tiba-tiba harus membela diri tergagap panik tatkala Alvina mengalihkan tatapannya dari Lyzbeth kepada dirinya. Dengan panik Harry menjelaskan kejelasan yang tak jelas.

Tak ada satu pun manusia di sana yang memperhatikan ekspresi Severus yang muram. Mengingat wajah Severus setiap hari, tidak heran tidak ada yang peduli dengan perasaan profesor muda itu. Lagi pun, bahkan jika mereka tau, tidak ada yang akan peduli dengan perasaan pria berwajah masam itu.

"Ada apa ini?" tanya sebuah suara dari luar. Terlihat Dumbledore berjalan masuk mencuri cahaya suar.

Lyzbeth yang melihat semua orang berlomba-lomba menjilat pantat kotor Dumbledore mendapat wangsit cara melarikan diri. Gadis itu menarik Harry yang sibuk menatap waspada Dumbledore. Harry terperanjat kaget saat diseret paksa bak domba potong.

"Lily-"

"Ssttt ... Harry, diamlah."

Dalam diam Lyzbeth menyelubungi dirinya dan Harry dalam kabut ilusi. Samar-samar Harry melihat ujung rambut Lyzbeth berubah warna.

∞ ※ ∞

Harry menatap pria yang menjabat sebagai ayah baptisnya. Sirius datang dengan proposal pengadopsian remaja. Di temani Remus, Sirius dengan kepala dingin bertanya kepada Harry apakah pria muda yang dibebaskan secara paksa setelah turnamen Triwizard itu mau tinggal bersama Sirius, "dan Remus," tambah Remus kalem.

"Dan Remus, tentu saja. Mana mungkin kami melupakan Remus kami yang berkepala dingin di antara kepala2 panas ini?" ulang Sirius dengan godaan ringan di dalam kata-katanya.

Harry nyengir. Namun, saat ia akan membalas YA, perusuh dunia akhirat muncul dan menghancurkan tatanan takdir yang Lyzbeth coba singkirkan dari pandangannya. PELECEHAN ANAK!! Yah, tandai itu dalam kapital dan tebal.

"Harry, jika kau tidak keberatan, ada sesuatu yang ingin kukatakan soal pilihan kita tidak selalu membawa kebahagiaan, Harry. Kadang kala, kita harus merendah untuk mendapatkan ketinggian. Terkadang, kita harus melepaskan kebahagiaan kita untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih besar. Jadi, anakku. Alangkah baiknya jika kita tidak mengungkit hal pengapdosian ini lagi. Karena bangsal darah tidak bekerja pada Sirius, kita tidak bisa mengambil risiko sebesar itu. Harry akan tetap tinggal bersama keluarga muggle-nya."

Wah, asu.

Lyzbeth yang melihat semua drama di ruang tamu hanya bisa terdiam. Sepertinya rencana Buat Harry Bahagia harus mengorbankan beberapa nyawa, dan bukan sebuah kebetulan jika Dumbledore dan Molly Weasley dan putra bungsunya termasuk salah di antara mereka yang harus mati. Tapi singkirkan dulu daftar acak itu, sekarang Lyzbeth harus pergi ke suatu tempat di mana takdir seorang pria harus ia ubah secara paksa melawan mereka yang menyebut diri sebagai Mama Fate dan putrinya Destiny.

Lyzbeth berlari menuruni tangga. Gaun tua yang ditemukan Kreachers melambai berayun-ayun mengikuti setiap langkahnya.

"Selamat siang, kalian semua!" sapa Lyzbeth dalam keceriaan palsu. Senyumnya yang manis mengembang lebar sebanyak senyum chesire terkembang.

"Lily, gaun itu...?" tanya Sirius kehabisan kata-kata.

"Aku tau! Kreachers menemukan gaun ini di lemari Paman Regulus. Bayangkan itu? Paman Regulus menyimpan gaun merah, pasti punya Gryffindor paling cantik yang ditaksir Paman Regulus! Aku ingin tau siapa nama pemilik gaun ini. Untuk menyimpan gaun ini, Paman Regulus pasti sangat mencintainya!!" oceh Lyzbeth penuh semangat.

Remus dan Sirius saling melempar tatapan. Kala itu mereka berada di tahun ketujuh dan sedang berada di aula untuk sarapan. Peter tersandung kakinya sendiri lalu jus labu yang dipegang tumpah ke arah Regulus. Wajah marah bercampur malu Regulus masih terbayang jelas dalam ingatan mereka. Saat orang-orang mulai tertawa, Peter meminta maaf dengan panik. Remus terdiam di tempatnya, James yang berdiri kaget bersama Lily, dan Sirius yang tertawa melihat Regulus menjadi bahan tertawaan.

Regulus menatap kakaknya dalam diam, jenis diam yang membuat hati nurani Sirius sakit. Karena rasa bersalah, Sirius berniat memperbaiki pakaian Regulus. Naasnya, transfigurasi bukanlah kekuatan Sirius. Pakaian basah Regulus berubah menjadi gaun merah mewah dengan aksen untaian benang emas yang menyulam singa emas di bagian rok. Regulus terlihat tercekik melihat apa yang ia kenakan jauh dari kata pantas. Para Perampok tertawa melihat kegagalan Sirius. Sayang sekali hasil dari kejenakaan Sirius adalah kebencian Regulus yang semakin dalam terhadapnya.

"Lulu, apa-apaan ini?!" teriak seseorang yang kini dikenal sebagai Rigellus Balder.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang