Chapter 54

251 28 6
                                    

Draco melewati lorong rumah persembunyiannya. Tidak hanya Lyzbeth, putra pertama dan satu-satunya putra dari keluarga darah murni Malfoy itu juga mempunyai tempat persembunyiannya yang juga merangkap sebagai markas The Great Draconight yang berarti naga malam yang hebat. Bukannya dia narsis, itu ibunya bukan dia. Draco menyugar rambutnya dengan percaya diri.

"Hei, Daph! Apa kau tau ke mana Lily menghilang?" tanya Draco cemas.

Daphne yang berpapasan dengan Draco itu hanya mengendikkan bahu, merusak ajaran tata krama dari guru tata kramanya.

"Jangan mengendikkan bahu!" tegur Draco.

"Salahkan adikmu yang menginfeksiku," kata Daphne acuh.

"Adikku bukan virus. Either way, bagaimana dengan rencanamu untuk anak-anak di ruang B?" tanya Draco.

"Bayi-bayi serigala itu sangat gaduh! Aku tak habis pikir bagaimana kau menemukan mereka dalam jumlah banyak."

"Hei, kita membutuhkan serigala hitam, ingat?" canda Draco.

"Permainan kata yang buruk, Draco."

"Setidaknya kau harus tertawa, Daph!"

"Draco, ada hal penting yang harus kukatakan. Ini mengenai Lily, aku tau dia ada di mana."

Draco terkejut. Pria muda yang terlahir kembali itu menarik sahabat seper-rebirth-annya ke dalam kantor. Tak lupa ia memasang mantra perlindungan dan anti pencurian. Draco juga memasang mantra peredam ruangan.

"Apa kau tau di mana Lily berada?" tanya Draco meminta pengulangan.

"Iya. Ayahku baru saja berbicara dengan ibuku jika Dark Lord akan menikahi Lily tetapi gagal karena Lily keburu kabur! Dan kau tak akan percaya ini, Draco. Kau! Punya! Satu! Kembaran! LAGI!!!"

Draco meninju dinding terdekat.

"SIALAN!! ORANG TUA SIALAN! SAUDARA SIALAN!"

"Bagaimana bisa mereka melakukan hal keji seperti itu kepada Lily? Bukankah Lily juga putri mereka?"

"Aku tak tau Draco, tapi gadis ini tiba-tiba muncul di udara setahun yang lalu! Namanya Abigail Sandra Maverich, yang diubah ayahmu menjadi Abigail Lucien Malfoy!"

"Lucien? Bukankah itu salah satu nama tengah Lily?" kata Draco bertanya-tanya kenapa gadis baru itu mendapat nama tengah yang sama dengan adik tersayangnya.

"Katakan, Dragon. Apa tertulis Diana Lyzbeth Alberta Lucien Malfoy seperti yang Father katakan tentang namaku?"

"Lily pernah memberitahuku sekali, tapi aku melupakannya. Jika saat itu aku menanggapinya lebih jauh, mungkin hasilnya akan berbeda," sesal Draco.

"Artinya kertas itu tidak sah. Namaku bukan itu, tau."

"Apa tidak ada yang tau masalah ini? Melihat yang sekelas Lily saja bisa tau, ayahmu jelas tak berniat menyembunyikannya."

"Tidak juga, Lily pernah memberitahu Harry bahwa nama itu tidak sah."

"Ada satu orang lagi, mungkin dua."

"Siapa?" tanya Daphne ingin tau.

"Potter dan Granger."

Wajah Daphne berubah pias. Jika dua dari trio mengetahuinya, maka yang ketiga pun mengetahuinya. Memiliki Weasley tukang cemburu di bawah hidung benar-benar bau! Daphne berharap Lyzbeth tak mengubah Weaselboy itu menjadi benar-benar weasel.

Daphne menatap Draco.

"Bukankah pamanmu ada di pihak Light? Jika kita memberitahunya tentang Lily, mungkin memberitahu Sirius Black akan meringankan pencarian kita," saran Daphne.

"Itu mungkin berhasil jika bukan karena Sirius selalu menjadi anjing gembala Domba-dore."

BRAKKK!!!

"Siapa yang bilang aku anjing pengembala domba? Aku menuntutmu untuk menarik kembali kata-katamu!"

Draco dan Daphne menatap penyusup yang berhasil mematahkan mantranya.

"Sirius Black/Remus Lupin!"

"Halo anak-anak," sapa Remus.

∞ ※ ∞

"Sepertinya semua anggota Orde sudah berkumpul. Aku memiliki pengumuman penting. Kita mendapatkan anggota baru dari Amerika, Tuan Regalio Balder."

Tuan Regalio berdiri dari kursinya.

"Terima kasih, Albus. Tapi namaku Rigellus Balder, Regalio terdengar aneh, aku tidak tau dari mana kau mendapatkannya, mendengarnya dari seseorang?"

Dumbledore tersenyum tipis. "Ya, aku mendengar kakakmu mengatakan siapa namamu, jadi aku memberanikan diriku memperkenalkanmu di depan anggota Orde."

"Eggsie?" panggil Rigellus pada pria yang menyembunyikan badannya di balik meja.

"Hei, Reggie. Kita sepakat untuk melupakan nama pendek itu," cicit Agapios.

"Dan begitu juga kau. Berhenti membuat nama baru untukku, tolong!"

"Tapi Rigellus sangat aneh. Hei, Snape. Sebagai pemilik nama yang sama anehnya, kau harus setuju. Aku benar 'kan?" kata Agapios mengalihkan pembicaraan sekaligus mengambil kesempatan mengejek Severus.

"Jangan membawa namaku dalam kesusahanmu, Balder. Namaku lebih bagus dari namamu, ugly-eggsie!" ejek Severus.

"Kau! Snivellus hijau berlendir!" umpat Agapios.

"Sayang, cukup!" tegur Alvina.

Suasana yang awalnya panas bak berendam di bara api kini seperti tersiram berton-ton balok es Muggle. Yah, bukannya mereka tau rasanya tertimpa balok seperti apa.

Dumbledore berusaha mengarahkan atensi pengikutnya ke topik pembicaraan yang ia inginkan. Pria tua itu membahas sepak terjang Death Eater, dari yang terang-terangan, sembunyi-sembunyi, yang tersirat maupun yang tersurat, sampai duga dan praduga yang terlintas di benaknya.

"Di mana Sirius dan Remus?" tanya Alvina setelah rapat selesai.

"Aku tidak tau," jawab Severus.

Agapios, Alvina, dan Severus, plus Rigellus sedang bersembunyi di perpustakaan Black yang tak lagi terjamah tangan kotor manusia.

"Mungkin mereka sedang ada urusan rahasia yang memiliki nama Lilulu di dalamnya, mungkin saja 'kan?" kata Rigellus menawarkan jawaban.

Tiga pasang mata menatap Rigellus sangsi. Yang di tatap hanya bersandar pada bangku yang tersedia di sana sambil memainkan rubik kaca berwarna biru cerah. Jika suami kedua Lyzbeth ada di sana, pria itu akan meneriakkan kata yang berawal dari T dan di akhiri dengan huruf T. Dan jika Lyzbeth ada di sana bersama suami keduanya, gadis yang bukan lagi gadis itu akan berkata, "Terserah." dengan wajah datar.

"Apa yang ada di tanganmu?" tanya Severus penasaran. Pasalnya, benda kotak berkotak-kotak biru itu tidak mungkin berasal dari rumah Black mengingat kotak itu tidak memiliki syarat untuk bisa berada di dalam rumah yang bernuansa gotik dan bukannya nyentrik.

Regalius mengangkat rubik di tangannya. Rubik biru itu memiliki pendar cahaya yang sangat lembut, jika bukan karena suasana perpustakaan yang temaran, cahaya itu tak akan terlihat dengan mata telanjang.

"Milik Lil'Lulu. Aku mengambilnya saat gadis itu berlibur di rumah tahun lalu," kata Regalius tanpa rasa bersalah karena telah mencuri. Ups, maaf, maksudnya merawat barang terlantar tanpa izin si pemilik objek benda.

Kriett....

Ah, suara pintu berderit mengalihkan perhatian mereka bertiga. Di tengah-tengah pintu, sesosok anak muda yang memegang daun pintu dengan gugup menatap tiga penghuni awal perpustakaan.

"Maaf, kukira tidak ada yang memakai perpustakaan ini. Hermione bilang Profesor Dumbledore melarang mereka mendekati atau bahkan memasuki perpustakaan karena terdapat banyak sekali buku-buku jahat."

"Oh, Harry. Tidak ada buku yang jahat," kata Alvina gemas dengan penjelasan putranya yang polos bin naif.

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang