Chapter 7

1.8K 251 5
                                    

Profesor Slughorn menatap gadis yang mengenakan seragam Slytherin itu dan memintanya untuk masuk dan mengikuti pelajarannya. Lyzbeth tersenyum kikuk dan menuruti perkataannya. Ia duduk di samping Tom Riddle dengan sengaja.

"Oh, aku harus menemui profesor Dumbledore," keluh Lyzbeth dengan suara pelan. Tapi cukup keras untuk bisa didengar Tom Riddle.

Profesor Slughorn menjelaskan jika ia akan memulai ujian ramuan Draught of Living Dead dan yang berhasil menyelesaikannya secara sempurna akan mendapatkan sebotol ramuan Felix Felicia. Lyzbeth langsung gelagapan, ia salah mengambil tahun ajaran. Namun, setelah semua, kini ia memiliki tahun yang sama dengan Tom Riddle. Dan bukankah ia pernah membaca sebuah artikel dalam Potterhead tentang pembuatan ramuan itu? Instruksinya juga dapat ditemui di halaman 10 Pembuatan Ramuan Anvanced Potion Making.

"Apa kau pureblood?" tanya Tom.

Lyzbeth megap-megap seperti ikan kekurangan air. Kali pertama bertemu dan pertanyaan yang Tom Riddle ajukan cukup menyinggung harga dirinya. Well, ia tak peduli tentang slogan darah murni sebenarnya. Darah ya darah, mau tercampur tanah atau lumpur, namanya tetap darah.

"Bukan," bantah Lyzbeth dengan senyum manis.

Tom menunggu jawaban dengan tak sabar.

"Aku Mudblood," kata Lyzbeth dengan wajah datar.

Ekspresi Tom berubah, tersirat rasa jijik, benci, dan dendam di wajahnya. Lyzbeth meliriknya acuh dan memilih untuk mulai membuat Tegukan-Hidup-Bagai-Mati dengan partner Tom Riddle. Terpaksa.

"Kau tau? Tak sopan menanyakan hal seperti itu. Harusnya kau menanyakan namaku atau asramaku di pertemuan pertama kita," kata Lyzbeth yang sudah pasti tak diperhatikan Tom Riddle yang sibuk menuang asphodel ke dalam wormwood.

"Namaku Diana de Belial. Aku seorang Slytherin. Sihirku memiliki inti Dark dan aku suka ular. Aku hidup dengan seorang Muggle yang tak pernah mengatakan asal-usulku dan menganggapku putri kandungnya. Dan aku—" celoteh Lyzbeth riang dengan tangan yang cekatan memilih bahan ramuan sesuai instruksi dari buku.

"Aku pureblood," lanjut Lyzbeth yang membuat Tom menatapnya.

"Kau berbohong padaku," kata Tom geram.

Seandainya tak ada Profesor Slughorn atau mereka tak berada di kelas, mungkin Tom tak akan segan memberikan pelajaran pada Lyzbeth. Rasa kesalnya meningkat pesat karena kacang sopophorous-nya tak kunjung bisa dipotong.

"Itulah aku." kata Lyzbeth yang tanpa memikirkan reaksi Tom memilih untuk mengaduk ramuan tujuh kali berlawanan jarum jam.

Geli dengan tingkah frustasi Tom dan murid lain yang sama frustasinya, Lyzbeth mengambil alih kacang sopophorous dan menggeprek kacang kisut itu hingga cairannya keluar dan memasukkan cairan itu ke dalam kuali.

Tom menatap Lyzbeth tak percaya. Gadis itu tau bagaimana cara mengambil cairan kacang kisut tanpa perlu bersusah payah.

Pembuatan ramuan Draught of Living Death sudah selesai dan warnanya telah berubah menjadi sewarna lilac dan pada akhirnya, jernih seperti air. Benar-benar sudah sempurna.

"Astaga! Semudah itu membuat ramuan. Memang benar, kami para Slytherin handal di bidang ramuan dan Gryffindor handal di bidang Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam," celoteh Lyzbeth.

Keduanya pun mendapatkan Felix Felicia dari Profesor Slughorn. Lyzbeth tak tertarik dengan ramuan itu, karena ia tak perlu ramuan keberuntungan untuk menjadi beruntung. Jadi ia biarkan Tom yang menyimpannya.

"Profesor Slughorn, saya ingin menemui Profesor Dippet. Bisakah anda mengantar saya?" pinta Lyzbeth.

Profesor Slughorn mengangguk setuju.

∞ ※ ∞

Saat acara makan malam, Profesor Dippet menjelaskan jika ada murid baru di tahun keenam. Pindahan dari Mahoutokoro, Jepang.

"Diana de Belial!"

Lyzbeth maju dengan enggan. Rasanya menyebalkan saat ia harus memakai Topi Seleksi di saat ia tau di asrama mana ia akan ditempatkan.

"Lady Slytherin, Greetings...." kata Topi Seleksi yang mengejutkan semua orang, terutama Tom Riddle.

"Greetings too...." balas Lyzbeth kaku.

"Slytherin!"

Lyzbeth melepas Topi Seleksi dan menghampiri Tom Riddle.

"Hai, Tom, senang dengan kabar barusan?" sapa Lyzbeth yang mengambil tempat duduk di samping Tom dan mengambil piring serta mengisinya dengan tiga tumpuk pancake dengan siraman sirup maple.

"Kau keturunan Slytherin?" tanya Tom penasaran.

Lyzbeth menyuap pancake pada Tom agar pria itu diam.

"Kalau kau bertanya apakah aku memiliki darah ular, aku memilikinya."

Tom mengunyah dalam diam. Cukup syok karena tiba-tiba disuapi Lyzbeth. Rasanya seperti memiliki keluarga saat bersama Belial. Dan itu tidak baik untuk rencananya.

"Setelah ini ikutlah denganku," ajak Tom setelah menelan habis pancake.

"Sure," balas Lyzbeth menyetujui. Paling-paling Tom akan mengajaknya ke toilet perempuan di mana Myrtle Merana tewas.

"I see...." bisik Lyzbeth menyadari sesuatu.

"Ada apa?" tanya Tom.

Lyzbeth mengalihkan pandangannya pada Tom dan menggeleng cepat dengan senyum manis yang menyilaukan mata. Tom menyipit curiga. Menghindari pertanyaan, Lyzbeth kembali menyuapi Tom dan tertawa kecil karenanya.

Keduanya pergi dari Aula Besar. Tom mengajak Lyzbeth ke kamar mandi perempuan di lantai tiga.

"Kau bisa bahasa Parseltongue?" tanya Tom.

Lyzbeth menatap Tom Riddle sangsi. Gelengan pelan ia berikan sebagai jawaban. Mana mau ia buka kartu. Bisa-bisa ia jadi korban pertama Tom alih-alih Myrtle.

"Tidak," kata Lyzbeth nyengir.

"Buka!" kata Tom dalam bahasa Parseltongue di depan salah satu wastafel yang kemudian hilang meninggalkan pipa besar yang menganga.

"Wow! Aku belum pernah melewati pintu itu. Apa kita akan masuk ke sana?" tanya Lyzbeth antusias.

"Ya," jawab Tom misterius. Dengan sengaja ia mendorong Lyzbeth memasuki pipa itu dan turut terjun ke dalam pipa.

Keduanya terus berjalan hingga mendapati dinding kokoh yang terdapat pahatan dua ekor ular yang saling membelit, mata mereka terbuat dari zamrud besar yang berkilau indah.

"Buka!" kata Tom mendesis rendah.

Kedua ular itu memisahkan diri. Dindingnya menggeser hingga lenyap. Tom menyuruh Lyzbeth mengikutinya. Sampai pada pilar terakhir di mana terdapat patung Salazar Slytherin yang menjulang setinggi kamar. Wajahnya yang mirip monyet memaksa Lyzbeth menahan tawa.

"Bicaralah padaku, Slytherin yang terhebat dari Empat Sekawan Hogwarts."

Lyzbeth mengalihkan tatapannya pada mulut patung Salazar yang semakin lama semakin lebar hingga memperlihatkan lubang besar sekali. Sepertinya dari sana tempat keluar Basilisk. Diam-diam Lyzbeth menyiapkan Tongkat Slythenee-nya di balik jubah. Dari dalam mulut itu keluarlah Basilisk. Persis dugaan Lyzbeth yang memang sudah pernah melihatnya lewat buku-buku dan film-film Harry Potter.

Sisiknya berwarna hijau terang, sangat berbisa, melebihi besarnya pohon Ek dan panjang sekali. Masih sama seperti yang ia lihat sebelum ini. Basilisk itu mendekati mereka.

"Bunuh gadis itu!" titah Tom pada Basilisk.

Lyzbeth mendesah pasrah dengan kelakuan Tom. Tangan kanannya yang kosong melambai pada Basilisk.

"Halo Cassie!" sapa Lyzbeth riang.

Siapa menduga Lyzbeth bisa menundukkan Basilisk?

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang