Chapter 38

699 108 2
                                    

Regulus kedatangan tamu tak diundang di awal bulan. Warnanya merah darah dan hitam pekat. Dua penyihir yang dikatakan Lyzbeth sebagai keluarga barunya. Regulus memuka pintu dan mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Kau pasti Rigel, Lulu sudah menjelaskan semuanya, kau tak perlu kaku saat bersama kami. Persaingan asrama cuma mainan anak-anak di masa lalu," kata Agapios.

"Keponakanku berkata jika kau sama sepertiku, apa maksudnya?" tanya Regulus penasaran.

"Well," kata Agapios seraya menatap istrinya.

"Di Inggris, kami dikenal sebagai James dan Lily Potter," lanjut Agapios.

"Impossible!" bantah Regulus tak percaya.

"Yah, kami tau, kami juga tak percaya pada awalnya. Lulu menjelaskan segalanya kepada kami, minus untukmu karena sepertinya Lulu tengah diburu waktu. Jadi Lulu meminta kami untuk menjelaskan apa yang ingin kau ketahui, jika kami tidak tau jawabannya, Lulu yang akan menjawab saat memiliki waktu luang."

Di Hogwarts, di Danau Hitam. Lyzbeth sedang memainkan batu kristal saat Draco dan Profesor Snape mendekatinya.

"Wow! Apa itu kristal asli, Lils?" tanya Draco yang langsung merebut mainan adiknya. Lyzbeth hanya menatapnya datar, yakin deh, Draco tidak tau benda apa yang ia bolak-balik dengan rasa kagum.

"Di dalamnya terdapat semburat jingga, apa ini hasil tranfigurasi—eh?"

Kristal jingga yang dipegang Draco tergelincir ke bawah. Menyebabkan tiga manusia terperosok ke lubang dimensi yang tercipta di bawah mereka.

Ketiganya mendarat dengan selamat, anggun, dan elegan. Mereka terdampar di depan rumah yang sebenarnya masih dilindungi Fidellius charm. Rumah yang nantinya akan menjadi saksi dibantainya Tom oleh kebodohannya sendiri.

"Kau memikirkan apa, eh, Dragon?" ejek Lyzbeth, bersedekap dada dan tak peduli dengan pemandangan di sekitarnya.

"Tidak," sangkal Draco.

Profesor Snape berniat mengucapkan mantra Tempus, tapi Lyzbeth telah mendahului niatnya.

"Tigapuluh Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Sehari sebelum Tom mendatangi rumah Potter."

Lyzbeth mendatangi rumah Potter dan mengetuk pintu tiga kali. Rumah di buka oleh wanita berambut merah. Profesor Snape dan Draco merutuki kelancangan Lyzbeth. Mereka adalah penyusup, apa yang dipikirkan Lyzbeth, sih!

"Halo, Mrs. Potter, besok Tom akan membunuhmu."

"Apa?" tanya Lily tak mengerti.

"Seseorang akan menyelamatkan kalian di malam Hallowen. Dia gadis bersurai platina sepertiku dengan warna merah di ujung rambut," bisik Lyzbeth yang hanya akan didengar oleh Lily.

"Kau dari masa depan?" bisik Lily kaget.

"Eh, ya? Ya, kami, aku dan saudaraku dan Profesor Snape. Uh, sepertinya efek dari main-main dengan waktu."

Lyzbeth menatap tubuhnya yang tranparan dengan tatapan polos. Di belakangnya, Profesor Snape dan Draco juga mengalami hal yang sama.

"Bye, Lily!"

"Katakan pada Remus jika Pettigrew menggantikan Sirius!"

Ketiga penjelajah waktu itu pun menghilang di depan Lily Potter. Lily menutup pintu dengan keras. Meneriakkan nama suaminya dengan panik.

Lyzbeth dan dua ekor ularnya mendarat di depan seorang anak kecil yang tampan. Dua Malfoy kecil menatap anak itu dan Profesor Snape secara bergantian.

"SEVERUS SNAPE KECIL??!" teriak keduanya kaget.

Lyzbeth mendatangi Severus kecil.

"Hai, kau pasti Severus muda."

Sayang sekali Severus muda menatap Lyzbeth seperti orang aneh.

'Kalau aku aneh, artinya kau juga aneh, dasar aneh!' gerutu Lyzbeth.

"Sev, kenapa kau tampak menggemaskan saat kecil?" bisik Draco pada Profesor Snape.

"Diamlah!" hardik Profesor Snape.

"Uh, kau sangat menggemaskan! Aku jadi ingin mencubit pipimu, Sev!" seru Lyzbeth gemas.

"Jangan coba-coba!!" bentak dua Sev.

Lyzbeth dan Draco menahan tawa mereka.

∞ ※ ∞

Setelah bersikeras dan berjuang menahan malu serta rasa malas dan kantuk yang menyerang, Lyzbeth akhirnya berhasil meluluhkan hati Severus muda. Kini keduanya bisa dianggap teman, meski sikap Lyzbeth lebih mirip ibu muda. Lyzbeth membantu Severus mempelajari mantra yang belum dia kuasai.

"Sebaiknya kita pergi dari sini! Masa lalu akan kacau karenamu, Lu!" bentak Profesor Snape.

Severus muda hanya menatap Profesor Snape tanpa berkomentar apapun. Draco memikirkan alasan mereka hilang dan muncul di masa lalu, sesuatu tentang sihir pembalik waktu, sesuatu yang cara kerjanya seperti Time Turner. Sesuatu, bola kristal yang jatuh, Draco menjatuhkannya dan mereka berakhir di sini, di masa lalu. Draco berpikir jika kristal jingga itu adalah penyebab kemalangan mereka. Dengan penuh semangat, ia mencari kristal jingga di sekitarnya, mungkin jatuh beberapa meter dari mereka. Tapi Draco tak menemukan barang yang dia cari. Sementara Profesor Snape terus saja menekankan pentingnya kepergian mereka bertiga dari masa lalunya.

"Profesor, di masa ini, adalah masa di mana Draco ada tapi aku tidak ada."

"Apa maksudmu?" tanya dua Severus. Yang muda penasaran dan yang tua penuh kecurigaan.

Lyzbeth menatap Profesor Snape.

"Aku tidak ada, apa kurang jelas? Di dunia ini Draco adalah anak tunggal. Dunia ini hanyalah another universe, versi lain dari dunia kita."

Lyzbeth menoleh ke tempat Draco. Menghiraukan dua pria yang kesulitan mencerna penjelasannya.

"Dragon! Kristal yang kau cari sudah hancur. Itu alasan kita menghilang dan muncul di masa lalu, kemudian menghilang lagi hanya untuk tiba di masa lalu dari masa lalu yang kita datangi tadi. Uh, aku pusing!"

Tubuh ketiganya kembali memudar. Lyzbeth menatap Severus muda dan membuatnya seperti baru saja mendapat mimpi tentang tiga orang asing yang menyenangkan. Mereka jatuh di waktu lampau, di mana Hogwarts belum ada. Ketiga Slytherin itu berdiri di depan kastil milik Slytherin, kastil suram yang di masa depan akan dikenal sebagai Hogwarts.

"Kita di mana?" tanya Draco takut.

"Ini Hogwarts!" kata Profesor Snape tak yakin.

Kedua pria itu menatap Lyzbeth. Gadis itu menampilkan ekspresi bingung sebagai balasan. Profesor Snape memalingkan muka, tau sekali jika muridnya itu tak akan menjawab.

"Kau pasti tau sesuatu!" tuduh Draco.

"Kita berada di masa di mana Salazar Slytherin dan ketiga temannya baru memikirkan konsep sekolah untuk penyihir." jelas Lyzbeth dengan malas dan tempo lambat.

"Apa katamu?" tanya Draco dan Profesor Snape kaget.

"Ada pria tua jelek yang kesepian lalu mencari teman hidup yang sama jeleknya. Tamat."

Draco mencubit pipi Lyzbeth karena gemas. Profesor Snape mendengkus tak suka atas balasan Lyzbeth. Lyzbeth mengaduh kesakitan. Perjalanan waktu yang mereka lalui sangat berantakan, dia sendiri bahkan tidak punya waktu untuk merilekskan otak dan tubuhnya. Entah bisikan dari mana, Draco dan Profesor Snape malah penasaran dengan kastil di depan mereka dan memasukinya, meninggalkan Lyzbeth sendirian di depan kastil seperti anak terbuang. Padahal Lyzbeth sudah siap melempar mantra yang akan membawa mereka ke masa depan, tapi kedua pria rusuh itu malah membuat ulah.

"Damn it!"

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang