Chapter 55

234 19 1
                                    

Aland dan Adrian mati kebosanan. Tidak benar-benar mati, hanya nyaris benar-benar mati. Kedua orang tua mereka dengan kejam membuang dua saudara kembar beda rupa itu ke perkemahan musim panas tertentu di Amerika. Keduanya berkenalan dengan sepasang saudara dan saudari kandung yang dipenuhi aura suram. Kedua saudara dan saudari itu juga dibuang ke perkemahan oleh orangtua mereka atas bujukan pengasuh mereka yang kejam.

"Orang tua kami dibujuk oleh saudari kami, benar-benar kejam! Aku tidak tau dari mana Lulu mendengar perkemahan aneh ini," omel Aland.

"Apa saudarimu pernah mencoba untuk memenggal kepalamu?" tanya saudara kecil yang diketahui bernama Pugsley Addams.

Aland dan Adrian saling bertatapan, melemparkan telepati antar saudara kembar.

"Tidak," kata Aland memandang Pugsley aneh.

"Pernah menggergaji tangga?" tanya sulung Addams, Wednesday Addams.

"Tidak. Itu milik perusakan properti. Mom akan marah," jawab Adrian datar.

"Bagaimana dengan memenggal boneka? Kakakku punya banyak boneka Maria Antoniette."

"Tidak. Semua boneka kami dari kain, akan menyusahkan jika bulu angsa bertebaran di dalam rumah."

Aland memandang Wednesday dalam diam. Gadis cuek ini memiliki aura hitam yang kental. Caranya menghadapi dunia membuat Aland teringat akan saudarinya pada pertemuan pertama mereka.

Aland menggelengkan kepalanya, menghilangkan gangguan yang memaksanya mengalami kilas balik pertemuan itu. Sayangnya Adrian tak seberuntung itu. Beruntung keberuntungan Aland bisa ditularkan melalui sentuhan. Pria muda itu menyenggol rusuk Adrian dengan sangat pelan. Sangat-sangat pelan sampai nyaris tak terasa di kulit lembut Adrian.

"Bagaimana kalian bisa hidup bersama? Bukahkah salah satu dari kalian harus mati karena sudah ada anak laki-laki dalam keluarga?" tanya Pugsley bingung.

"Tidak mungkin!" sangkal Aland bingung.

"Itu jahat sekali," lanjut Adrian tak percaya.

Terdengar suara peluit yang meracuni pendengaran mereka berempat. Setiap peluit terdengar, mereka diharuskan berkumpul di lapangan.

"Kau tau apa? Kupikir aku akan meledakkan tempat ini," kata aland setelah dua detik berpikir.

"Pihak Amerika tidak akan melepaskan kita, bahkan jika kita masih di bawah umur," kata Adrian.

Aland menatap adiknya takjub. Biasanya Adrian lebih suka menjadi bunga dinding dari pada menunjukkan batang hidungnya di muka umum.

"Tunggu sebentar. Kau setuju dengan rencanaku?" tanya Aland tercengang selama beberapa detik.

"Itu rencana?" tanya Adrian bingung.

"Apa? Tentu saja!" bentak Aland.

Di lapangan, dua pembina pramuka memberikan pengumuman tentang pentas yang akan diadakan dan memilih orang-orang kulit putih yang memiliki kesamaan semangat pramuka dengan mereka berdua.

"Kau ingin aku jadi apa?" tanya Aland tersinggung.

"Yah, kita selalu membutuhkan kalkun, jadi... ."

"Aku ingin peran pemburu pramuka sialan sepertimu! Kakakku akan menonton acara aneh ini dan kalian ingin aku berperan sebagai kalkun?!" bentak Aland.

"Kau berada di luar karakter, tau?" bisik Adrian.

"Diamlah!" balas Aland tanpa menggerakkan bibirnya.

"Kau tau apa? Malam ini kamu, Aland Black, akan menginap di pondok."

"Hei, itu tidak adil." Adrian membela saudara kembarnya. Berada di perkemahan udik ini saja sudah sangat keterlaluan, bisa-bisanya mereka memaksa Aland menjadi santapan utama pesta.

"Benarkah? Kau berpikir aku tidak adil? Kalau begitu kalian berdua akan menginap di pondok sampai kalian menyesali perbuatan kalian hari ini."

"Kau figur orang dewasa yang mengerikan! Aku tak percaya Lulu membuang kami ke sini."

∞ ※ ∞

"Kau ingin bertemu denganku, Paman Reggie?" tanya Lyzbeth dari ruangan yang berbeda dengan Rigel Balder.

"Biasakah kau mendekat, Lulu? Apakah tidak ada yang mengajari sopan santun?" tegur Rigel.

"Tebak?" canda Lyzbeth sambil mendekati paman dalam nama dan darah.

"Ayo pergi ke dapur," ajak Rigel yang langsung merangkul bahu Lyzbeth setelah gadis itu berada pada jarak lengannya.

Kedua paman dan keponakan itu berjalan beriringan dalam suasana hening tanpa satu pun basa-basi yang keluar dari mulut masing-masing.

Kebetulan di dapur ada Remus Lupin dan Sirius Black di temani Harry Potter dan dua pengikutnya yang setia dengan rekam jejak pengkhianatan di beberapa kesempatan yang tercatat oleh waktu.

"Apa yang sedang kalian lakukan di dapur?" tanya Rigel setelah melirik meja dapur yang bersih dari segalanya kecuali debu dan kuman.

"Kami sedang mendiskusikan soal guru PTIH yang baru. Sirius dan Remus bilang mereka kenalan lama."

"Benarkah? Siapa menurutmu?" tanya Rigel tertarik.

Lyzbeth melepas rangkulan Rigel. Gadis itu mendekati kabinet karena penasaran dengan isinya. Tapi setelah sampai di depan kabinet, gadis itu hanya diam terpaku di depan pintu kabinet.

"Kau siapa?" tanya Ron bingung.

Rigel mengadopsi sikap tertusuk pedang di jantungnya. Sikap dramatis yang ia tiru dari kakaknya.

"Namaku Reggie- maksudku Rigel Balder, tapi Lulu selalu memanggilku Paman Reggie."

"Kau memiliki nama belakang yang sama dengan Profesor Balder dan Nyonya Balder!" seru Hermione yang langsung tersipu di bawah bukunya karena bersikap tak sopan.

"Yah, Agapios adalah kakakku."

Bersamaan dengan Hermione yang membuka mulut, Lyzbeth memilih waktu ini untuk membuka pintu kabinet. Terlihat gumpalan kabut solid yang menggeliat seperti ingin memakan segalanya. Gumpalan itu terbang menuju Lyzbeth dan bersiap menerkam gadis malang itu.

"Riddikulus!!" teriak Remus. Gumpalan itu berjalan menuju Remus dalam bentuk bulan purnama mungil yang menggemaskan. Jelas mantra Remus tidak berguna. Aneh.

"Riddikulus!" bentak Rigel. Bulan purnama itu berubah menjadi inferi yang menakutkan.

Sayangnya hanya Remus dan Rigel yang terlihat memiliki tongkat di tangan mereka. Sirius mulai menyesal menolak membeli tongkat kedua. Ia pikir membeli tongkat lain itu salah. Dan bahkan Sirius bingung dari mana pikiran seperti itu muncul setiap kali orang-orang terdekatnya (hanya Remus dan Lily the Second) menawarkan tongkat baru.

"Apakah kalian membawa tongkat?" tanya Lyzbeth pada trio angsa emas.

"Ada di kamar."

"Di kamarku."

"Aku menyimpannya di koperku. Bagaimana Boggart itu membalikkan tujuan mantra yang sebenarnya? Ini tidak mungkin terjadi. Profesor Lupin tidak akan membuat kesalahan dalam casting mantra yang dia sendiri ajarkan pada kami. Kecuali itu bukan Boggart yang sama dengan spesies umumnya."

"Mungkin," jawab Harry dan Ron.

Lyzbeth menarik sebatang ranting dari balik lengan sweaternya yang berbulu hijau. Sebuah ranting yang memiliki nama beken tongkat sihir setelah pengerjaan yang penuh darah dan keringat yang memiliki harga murah.

"Immobulus!!" teriak Lyzbeth pada inferi mengerikan itu.

Inferi itu membeku dalam segala hal kecuali waktu. Lyzbeth heran mantra itu berhasil padahal jelas mantra penangkalnya tidak menghasilkan apa-apa selain rasa takut. Apakah ada faktor tertentu yang membuat kontra kutukan yang ada menghasilkan sihir yang sebaliknya?

Remus menangkap Rigel yang limbung ke arahnya. Matanya menatap perwujudan inferi itu dalam-dalam.

Lady of Witch [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang