𝐕𝐈 - 𝐕

1.6K 175 11
                                    

Keesokkan harinya, Queen berlarian di dalam kastil, mencari sosok Draco yang tak kunjung dia temukan. Hampir semua tempat sudah ia datangi, namun tak ada Draco di sana.

"Aish... Dimana dia?" Gumam Queen frustasi.

Ah, dia ingat sekarang. Mungkin Draco ada di kamar mandi Myrtle, hanya tempat itu yang belum ia datangi. Dengan cepat Queen menaiki tangga, mengabaikan sapaan dari orang-orang yang berpapasan dengannya.

Brakk...

Queen membuka pintu toilet dengan kasar, membuat Draco yang ada di dalam sana terkejut. Dari pantulan cermin di depannya, Draco dapat melihat kilatan marah pada tatapan perempuan itu.

Setelah menutup pintu, Queen berjalan mendekati kekasihnya dengan emosi yang meluap-luap.

"Muflliato." Ujar Queen agar tidak ada yang dapat mendengar percakapan mereka.

"Apa maksudmu, Draco. Bukankah kita sudah sepakat? Serahkan tentang Dumbledore kepadaku! Aku kan sudah memberitahu rencanaku padamu waktu itu!" Lanjut Queen penuh amarah.

Kemarahan yang dia terima dari Queen semakin membuatnya jenuh, Draco mengacak-acak rambutnya dan mengusap wajahnya kasar.

"Masalahnya sampai kapan kita harus menunggu, Queen? SAMPAI KAPAN?!" Dada Draco bergerak naik turun, ia meluapkan semua yang ada dipikirannya tanpa bisa ia bendung lagi.

"Asal kau tau, Kakekmu itu terus saja mendesakku. Dia terus menanyakan kapan Dumbledore mati. Disamping itu, dia juga ingin vanishing cabinet itu diperbaiki dengan cepat. Aku— AKU TERTEKAN DENGAN SEMUA DESAKAN ITU!"

"Father juga melakukan hal yang sama padaku, Queen. Dia juga terus mendesakku, aku seperti tak diberi waktu. Aku tertekan, Queen... Aku tak sanggup..."

Mendengar keputus asaan Draco, Queen langsung menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. Membiarkan lelaki itu bersandar di bahunya.

"Aku lelah..." Lirih Draco diiringi liquid bening yang mulai menetes dari matanya.

Melihat keadaan kekasihnya yang seperti ini membuat hati Queen sakit, ia ikut tenggelam merasakan apa yang Draco rasakan hingga membuatnya juga meneteskan air mata.

"Seharusnya kau bilang padaku, Drake. Kita bisa mengerjakan bersama agar bisa cepat selesai. Kau tak sendiri, kau punya aku. Jangan pendam semua penderitaanmu sendirian, Drake."

Pelukan Draco bertambah erat, ia sungguh tak ingin perempuan dipelukannya ini pergi. Dunianya benar-benar berpusat pada Queen, ia harap mereka bisa terus bersama sampai tua dan maut yang memisahkan.

Brakk...

Lagi-lagi pintu toilet dibuka dengan kasar, kini nampak Harry dengan amarah yang tercetak jelas di raut wajahnya. Queen dan Draco pun melepaskan pelukan mereka.
"Finite." Gumam Draco.

"Aku mencarimu kemana-mana, Malfoy. Aku tau apa yang kau lalukan padanya, kau memantrai dia kan?" Ujar Harry yang membuat emosi Draco kembali tak teratur.

"Apa maksudmu, Potter?" Tanya Queen pura-pura tidak tau.

"Apa tidak salah kau bertanya padaku? Kau juga pasti tau apa yang telah dia lakukan pada Katie Bell."

Mendengar nama Katie Bell kembali diungkit, amarah Draco yang belum reda kembali memuncak. Dia langsung menyerang Harry, keduanya saling menyerang. Berbagai macam mantra mereka ucapkan, mengabaikan keberadaan Queen yang berada di pojok ruangan.

"CUKUP! BISAKAH KALIAN BERHENTI?!" Teriak Queen yang diabaikan keduanya.

Duel itu terus berlanjut hingga kamar mandi menjadi kacau, air mengucur dari mana-mana membuat lantai menjadi genangan air.

𝐐𝐔𝐄𝐄𝐍𝐂𝐈𝐀 ┆𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤 𝙈𝙖𝙡𝙛𝙤𝙮✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang