Setelahnya istirahat, kelas dilanjutkan dengan kelas PTIH. Seperti biasanya, Slytherin dan Gryffindor akan menjadi teman sekelas.
Di depan sana, Profesor Lupin berdiri di samping sebuah lemari kayu yang terkunci. Lemari itu mengundang rasa penasaran para murid.
"Menarik, bukan? Apakah ada yang ingin menebak apa yang ada di dalamnya?" Tanya Profesor Lupin membuat Queen mengankat tangannya.
"Apa itu boggart, Sir?"
"Ya, kau benar Miss Peverell. Bisakah kau jelaskan seperti apa itu boggart?"
"Tidak ada yang tau, boggart adalah perubah bentuk. Ia berbentuk apapun yang paling di takuti oleh orang tertentu."
"Ya, Miss Peverell. Sangat menakutkan bukan? Tapi untungnya ada sebuah mantra sederhana untuk menangkis boggart."
"Ayo latihan sekarang, tanpa tongkat. Ulangi perkataanku. Riddikulus!" Ujar Profesor Lupin memberikan contoh sebelum di ikuti muridnya.
"Riddikulus!"
"Bagus sekali. Sedikit lebih keras dan sangat jelas. Dengar, Riddikulus!"
"Riddikulus!"
"Kelas ini konyol." Ejek Draco.
"Ku rasa kelas ini menyenangkan." Ujar Queen diabaikan Draco.
"Hey, kau marah padaku Drake?"
"Tidak,"
"Tapi kau mengabaikanku."
"Tidak,"
"Oh, baiklah. Terserah padamu, mungkin kau tidak butuh pelukanku lagi. Itu bagus."
Draco ingin menyangkal ucapan Queen, tapi sayang sekali untuk saat ini gengsinya lebih dominan. Ia ingin Queen menyadari kesalahannya sendiri.
"Aku ingin siswa terpintar disini untuk memberikan contoh." Ujar Profesor Lupin.
Sontak semuanya menoleh ke arah belakang, melihat Queen berdiri di belakang.
"Oh, jadi kau Miss Peverell? Ayo kesini."
"Jadi, apa yang membuatmu takut?" Tanya Profesor Lupin saat Queen sudah berada didepannya.
"Entahlah, Sir. Aku bahkan tidak pernah ketakutan selama ini."
"Benarkah? Baiklah kau akan mencobanya, dan kita akan menemukan apa ketakutanmu."
Profesor Lupin membuka lemarinya, boggart langsung keluar dan mulai merubah-rubah bentuknya tapi berakhir dengan sebuah asap hitam.
"Riddikulus!" Ujar Queen membuat asap itu berubah menjadi Lockhart Gilderoy yang memakai kostum ballet.
"See, Profesor? Aku tidak tau apa ketakutanku."
Queen melangkah cepat membelah kerumunan yang ada dan berjalan keluar. Draco memutuskan untuk mengikutinya, sepertinya ada yang tak beres disini.
"Hmm.. Baiklah kita lanjutkan saja kelasnya, mungkin kau bisa maju Neville?"
Queen melangkahkan kakinya menuju kamar mandi perempuan, ia menumpukan kedua tangannya di wastafel. Menatap cermin dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, ia pun memilih membasuh mukanya berharap kegelisahannya hilang.
"Queen, are you okey?"
"Kau lihat sendiri bagaimana keadaanku, Drake. Pantaskah aku dikatakan baik-baik saja?"
"Okey, kau sedang tidak baik-baik saja. Kau bisa ceritakan semuanya padaku, love."
"Aku tidak tau bagaimana hidupku. Kau lihat sendiri tadi, boggart milikku tidak dapat di pastikan begitu pun masa depanku. Saat kelas ramalan, teh milikku juga tak dapat diartikan. Semuanya masih abu-abu. Bertanda apakah ini, Drake?"
Draco melihat Queen akan menangispun langsung memeluknya. Seketika air mata Queen tak dapat dibendung lagi dan pecah di pelukan Draco, Draco mengusap punggungnya pelan agar kembali tenang.
"Sudah tenang, hmm?"
"Ya, thanks."
"Urwel, love."
"Drake, kenapa kau tadi mengabaikanku?" Tanya Queen mendongakkan wajahnya, posisi mereka masih saling berpelukkan sekarang.
"Hanya kesal mengingat saat di aula, Potter terlihat seperti memelukmu dari belakang."
"Ouh, kau cemburu hmm?" Queen melemparkan senyum meledeknya pada Draco.
"Tidak,"
"Ayolah, akui saja."
"Ku bilang tidak ya tidak."
"Kau tidak mau mengaku hmm? Cih, pecundang."
"Aish.. Baiklah, aku mengaku. Aku cemburu. Puas?"
"Hahaha, sangat puas." Queen mencubit kedua pipi Draco dengan gemas.
Pipi Draco yang semulanya merah karena malu kini bertambah merah, cubitan Queen semakin lama semakin keras.
"Aish.. Sakit, love."
"Eh, maaf. Salahkan saja dirimu, kenapa kau begitu menggemaskan."
"Cih, dasar perempuan. Selalu saja ingin benar." Gerutu Draco mengundang kekehan kecil dari perempuan Peverell itu.
Tangan Draco teralih untuk merapihkan rambut hitam Queen, mengusapnya dengan lembut. Di selipkannya untaian rambut yang menutupi wajah gadisnya ke telinga.
Perlakuan pangeran Slytherin itu membuat Queen menahan nafasnya, jantungnya berdegup kencang, dan perlahan rona merah mulai menjalar ke pipinya. Sial, Draco meresahkan.
Tangan Draco mengusap pipi Queen hingga pipi gadisnya menjadi semakin memerah. Ia lalu berkata.
"Ingat Queen, kau milikku dan aku milikmu."
"Ah, kisah cinta remaja." Ujar seseorang.
Keduanya menoleh ke arah sumber suara, terlihat disana Moaning Myrtle duduk di jendela berbentuk lingkaran.
"Kalian manis sekali, seperti kisah Romeo dan Juliet."
"Ck. Kau mengganggu sekali." Sinis Draco.
"Drake, jangan kasar."
"Ouh, sepertinya pacarmu marah aku menganggu kalian Queen. Baiklah, aku pergi. Kalian bisa melakukan hal apapun disini, lebih dari ciuman mungkin? Hihihi." Ujar Myrtle lalu memasuki sebuah closet.
"Myrtle!" Tegur Queen.
Mereka pun terdiam dalam posisi yang sama, tidak berubah sama sekali. Hanya saja, kepala Draco yang tadi dibahu Queen kini berada diatas kepala.
"Ku rasa saran hantu itu bisa dicoba, love." Ujar Draco memecah keheningan.
"Drake!"
Queen melepas pelukan mereka, mencubit pinggang Draco dengan ganas sebelum meninggalkannya di toilet.
"Hahaha. Kau terlihat manis dengan pipi merahmu, love!" Teriak Draco yang masih bisa didengar oleh Queen, ia berjalan sembari menutupi kedua pipinya.
"Draco sialan, awas saja nanti." Batin Queen.
◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈
Hai, maaf ya baru update hehe
Btw sebentar lagi aku bakal ada PAS, UPRAK, sama US. Jadi bakal lama banget updatenya, aku mau izin ngilang siapa tau nanti ada yang nyari yee kaann👀 /pede bgt busett
Tenang, sebelum ngilang aku bakal selesaiin up tahun ketiga😗
Jangan lupa vote, kali ini aku minta 100 aja deh. Pasti bisa ya kan?😋
Spam next disini! 🔥
Spam Draco disini! 🐉
Spam Queencia disini! 👑
Owkeyy see you di part selanjutnya hehe, bubay~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐐𝐔𝐄𝐄𝐍𝐂𝐈𝐀 ┆𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤 𝙈𝙖𝙡𝙛𝙤𝙮✔
Fanfiction✎ᝰ┆ about this stories. [END] ⚠️ - 𝔨𝔢𝔢𝔭 𝔥𝔞𝔩𝔞𝔩 𝔰𝔦𝔰𝔱𝔢𝔯, 𝔯𝔢𝔞𝔡𝔢𝔯𝔰 𝔡𝔦𝔟𝔞𝔴𝔞𝔥 𝔲𝔪𝔲𝔯 𝔡𝔦𝔪𝔬𝔥𝔬𝔫 𝔲𝔫𝔱𝔲𝔨 𝔪𝔢𝔫𝔢𝔭𝔦. 𝕼𝖚𝖊𝖊𝖓𝖈𝖎𝖆 𝕬𝖈𝖊𝖑𝖙𝖆 𝕻𝖊𝖛𝖊𝖗𝖊𝖑𝖑, 𝖔𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖑𝖆𝖎𝖓 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖊𝖈𝖆𝖕𝖓𝖞𝖆 𝖘𝖊𝖇𝖆𝖌...