Aku teringat dengan kalimat yang ditulis oleh Schopenhauer, "untuk apa kebosanan jika sudah merasakan kekosongan hidup?"
Untuk apa? Untuk berkeluh kesah dan cerewet terhadap dunia. Seperti diriku ini. Dan buku yang baru saja selesai dicetak, Dunia Yang Membosankan.
Buku yang mungkin hanya akan dibeli kurang dari sepuluh atau dua puluh ekslempar. Buku yang tak populer. Sama halnya dengan yang dialami Schopenhauer semasa hidup. Atau apa yang pernah terjadi dengan Nietzsche.
Ah, ketidakpopuleran mereka selama hidup berlaku juga dengan diriku.
"Kita selalu hanya dalam persekutuan dengan diri kita sendiri," tulis Nietzsche dalam The Gay Science.
Aku rasa itu benar, dan sangat layak. Hidup demi diri sendiri. Untuk diri sendiri. Egoisme yang begitu sangat dekat dengan ketidakpedulian.
Apakah kelak aku akan populer? Bisa jadi. Tapi iya. Hanya saja tidak hari ini. Setidaknya aku sudah menyelesaikan beberapa tahap gangguan intelektualku. Menerbitkan buku yang agak layak. Dan setelah itu, fokus ke dunia lainnya.
Sebagai makhluk yang tak populer. Aku ingin menikmati egoisme dan individualisme hidup yang menyenangkan.
Hidup dan mati hanya untuk diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, NIHILIS
Non-Fictionapa jadinya, jika hampir semua orang lebih memilih menghindari menyelesaikan persoalan utama kehidupan dan lebih memilih hidup tenang dan kepura-puraan yang disepakati? lalu, kapan akan ada akhir? kapan ulangan akan berhenti?