Apa yang bisa dilakukan oleh depresi terhadap seorang manusia? Terlebih bagi orang yang mengidap bipolar, gangguan kecemasan, kebosanan kronis, dan juga gangguan intelektual? Semua hal yang aku alami selama berpuluh tahun.
Mungkin, aku adalah salah satu contoh nyata bagaimana seorang manusia berjuang mati-matian untuk tetap hidup, bertahan, dan tidak mati di usia mudanya. Padahal, sewaktu aku masih agak muda, aku selalu terpikat dengan kata-kata Soe Hok Gie, "Berbahagialah mereka yang mati muda."
Aku memiliki impian aneh, aneh bagi kebanyakan orang, bahwa aku ingin mati sewaktu aku masih cukup muda setelah menyelesaikan apa yang ingin aku selesaikan: gagasan-gagasanku.
Sayangnya, keinginan itu tak pernah terwujud. Sekarang, aku menua dengan kondisi mengalami kecemasan nyaris setiap hari dan tak lagi tahu bagaimana menjalankan hidup dengan lebih normal.
"Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan," sekali lagi seperti yang dikatakan Gie. Mungkin, orang sepertiku, seharusnya tidak dilahirkan.
Tapi, baiklah, aku harus menghadapi kenyataanku saat ini. Di sinilah aku sekarang. Berusaha memulihkan diri. Berusaha untuk, dalam satu hari saja, aku tidak mengalami kecemasan parah yang membuatku tak bisa melakukan apa-apa.
Berusaha, dalam keadaan seburuk apa pun, aku masih tetap membaca di kafe, menikmati kesenian, menulis, melakukan perjalanan, atau melakukan hal-hal yang aku suka daripada terjatuh dalam depresi yang benar-benar nyaris tak berguna.
Depresi yang elegan. Begitulah aku selalu menyebutkan. Melakukan suatu hal yang positif atau baik untuk pikiranku di saat aku tak baik-baik saja. Walau sekarang ini, hanya tidurlah yang benar-benar bisa meredakan kecemasanku.
Apa yang masih bisa aku lakukan di saat kondisiku memburuk dan kian memburuk? Tubuhku semakin sakit. Mulai kelebihan berat badan. Mulai tak menikmati berada di ruang publik yang biasa aku nikmati. Dan semakin hari, berhubungan dengan orang lain membuat perasaanku mudah terluka dan malah menambah beban kecemasan.
Aku harus menyelamatkan diriku sendiri karena saat aku meminta orang lain untuk menyelamatkanku, selalu saja mereka tak pernah serius untuk melakukannya.
Yang bisa aku lakukan sekarang dan di masa depan yang dekat adalah menyelesaikan rumah. Menuntaskan masalah keuanganku. Mencoba memulihkan lagi gairah untuk mencari uang dan bekerja. Perlahan-lahan mencoba menghindari banyak hal yang mungkin membuatku menjadi lebih tak stabil.
Di masa aku hidup, ada banyak orang yang mungkin mengalami kondisi emosional yang sangat menyakitkan, yang mirip seperti yang aku alami saat ini. Dan sepertinya, banyak anak remaja yang belum tahu dunia dan anak kecil yang belum tumbuh dewasa dan mereka yang masih bayi atau yang sedang coba dipikirkan oleh calon orang tua mereka masing-masing. Mereka akan mengalami apa yang hari ini aku alami.
Dan kelak, mereka akan tahu kenapa aku menulis banyak hal yang hari ini dianggap menjengkelkan. Tulisan-tulisanku hanya akan menyentuh perasaan orang-orang yang mengalami hidup yang berantakan dan penuh dengan ketidakjelasan.
Tahun ini, jika aku bisa menyelesaikan satu saja gagasanku dalam bentuk sebuah buku. Itu sudah lebih dari cukup.
Apa aku masih hidup di akhir tahun ini? Siapa yang tahu. Yang jelas, bertahan satu hari saja dalam kondisi emosional semacam ini, rasanya benar-benar sangat mengerikan.
Kondisiku yang semacam ini, membuat aku tak percaya diri mengenai masa depan. Menjadi suami yang baik. Bisa menikah. Atau hanya sekedar bisa bekerja dengan layak dan mempertahankan penghasilan yang cukup stabil.
Ah, terkadang, atau malah sering. Aku merasa menjadi laki-laki yang tak berguna. Tapi beginilah kehidupan. Apa yang aku alami ini, harus aku jalani atau kelak, berani menghentikannya dengan paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, NIHILIS
No Ficciónapa jadinya, jika hampir semua orang lebih memilih menghindari menyelesaikan persoalan utama kehidupan dan lebih memilih hidup tenang dan kepura-puraan yang disepakati? lalu, kapan akan ada akhir? kapan ulangan akan berhenti?