TENTANG KELAHIRAN; DAN BUKU KEDUA

55 3 1
                                    

Seneca pernah menulis bahwa hidup ini menjadi begitu pendek karena kita menyia-nyiakan waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seneca pernah menulis bahwa hidup ini menjadi begitu pendek karena kita menyia-nyiakan waktu. Atau aku lebih suka kata-kataku sendiri, hidup ini begitu sangat panjang karena kita terus-menerus melindungi penderitaan-penderitaan kita sendiri. Dan anehnya, mewariskannya.

Dalam perjalananku menyelesaikan buku HAK UNTUK TIDAK DILAHIRKAN, aku menemukan sebuah buku yang entah mengapa, hadir di saat yang tepat. Buku tak terkenal dari David Benatar yang berjudul Better Never To Have Been. Sebuah buku yang memiliki inti bawah lahir di dunia ini sebentuk bahaya. Menyakiti. Atau menyakitkan.

Menjadi ada dan lahir ke dunia itu menyakitkan.

Setiap dari kehidupan yang lahir ke dunia dan hidup akan membutuhkan kehidupan lainnya untuk dimakan. Untuk membuat keberadaanya bertahan dengan cara membunuh, menyakiti, dan membuat segala macam penderitaan ke kehidupan lainya guna melindungi kehidupannya sendiri.

Kelahiran menjadi sangat bermasalah. Begitu juga dengan memiliki anak, memeliharanya, dan mempertahankannya.

Buku itu mencoba untuk menjauhi pernyataan semacam, apakah tidak dilahirkan itu baik atau bukan. Buku itu lebih membicarakan bahwa lahir ke dunia dan menjadi ada itu bermasalah. Karena akan menyakiti kehidupan lainnya untuk bertahan hidup. Atau pada akhirnya, membawa kehidupan ke dalam dunia ini, juga akan menyakiti sosok yang akhirnya lahir dah mengada.

Buku itu sangat menarik karena di era modern semacam ini jarang ada yang serius membicarakannya secara lebih jelas dan begitu terang. Kecuali beberapa penganut child free, yang memilih tidak memiliki anak karena lebih ke alasan psikologis dan ketidakmampuan diri. Bukan ke arah filosofis yang lebih dalam.

Sejauh ini, aku lebih fokus untuk meruntuhkan nilai-nilai yang dibangun para orangtua untuk menipu diri sendiri, anak-anak mereka dan dunia. Juga untuk mempertanyakan kenapa para orangtua memilih melahirkan di saat mereka tahu bahwa mereka sendiri memiliki sejarah hidup yang kacau.

Itu juga akan menjadi sebuah buku yang bisa dibaca oleh anak kecil yang masih bersekolah. Sebuah buku yang akan mempertanyakan kenapa mereka harus dilahirkan di dunia ini dan pada akhirnya, orangtua mereka sendiri kebanyakan tak memiliki jawaban yang baik untuk pertanyaan semacam itu.

Aku sangat menyukai menulis sebuah buku filsafat yang mudah dibaca bahkan oleh anak-anak. Menjadikan pemikiran sulit menjadi jelas dan mudah. Menyederhanakan bahasa menjadi hal yang begitu sangat mudah dipahami.

Buku Better Never To Have Been ditulis dengan cara kebanyakan para filsuf dan intelektual menulis. Terlalu bertele-tele dan berputar-putar. Padahal, bahasa dunia anak-anak dan kebanyakan orang dewasa adalah bahasa yang tak perlu penjelasan detail akan sebuah hal tertentu.

Sebuah bahasa yang tanpa perlu banyak berputar-putar, seseorang sudah akan langsung paham saat membacanya. Itulah cara berfilsafat yang sebagiannya ingin aku raih.

Dalam buku keduaku, aku ingin menulis sebuah tema yang akan membuat banyak anak-anak mulai mempertanyakan orangtua mereka sendiri, menuntut tanggungjawab mereka dan meminta jawaban jujur kenapa mereka dilahirkan di dunia ini tanpa keseriusan sama sekali.

AKU, NIHILISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang