KENYATAAN PARA PEMIKIR; PIKIRAN YANG DEWASA. PERASAAN YANG RAPUH

56 7 2
                                    

Ganjalan terbesar para pemikir hari ini adalah perasaan mereka yang sangat rentan, rapuh, dan banyak menyimpan trauma masa lalu yang belum tersembuhkan. Juga, keinginan-keinginan yang tak terselesaikan yang berujung kecewa. Masalah-masalah psikologis yang tak terselesaikan ini, seringkali keluar dalam bentuk egoisme, kesombongan, sikap angkuh, sangat anti kritik, atau hal yang banyak terjadi dan telah menjadi fakta bersama tapi jarang didiskusikan secara luas adalah kenyataan bahwa pikiran mereka begitu terbuka menerima kritik dan sangat dewasa. Tapi perasaan mereka tidak.

Perasaan mereka sangat tidak dewasa dan mudah sekali meringkuk dalam ketakutan, kemarahan, sakit, kecemasan tinggi, dan akhirnya sikap permusuhan.

Mereka bisa berpikir dengan baik, terbuka, dan begitu sangat dewasa. Bisa berdebat dengan siapa saja. Mengakui kesalahan dan menerima masukan orang lain dengan lapang dada. Bahkan mereka tak segan jika mengakui kesalahan yang pernah dibuatnya di depan publik luas. Dan bahkan mau memberikan ulasan jujur, berupa sanjungan terhadap karya, kepada pemikir lain yang tak disukainya.

Mereka bisa membaca tulisan, buku dan menelaaah pemikiran siapa pun. Pikiran mereka benar-benar seolah bebas. Tak ada banyak beban ikatan ideologis dan beban ikatan terhadap nyaris apa pun. Jika jelek ya jelek. Jika baik ya baik. Banyak di antara mereka malah kadang sangat jujur terhadap diri sendiri dan tak segan untuk mengkritik kelemahan sendiri. Hanya saja, perasaan mereka rapuh. Tak selesai. Terlalu banyak penyakit di dalamnya. Terlalu banyak harapan yang tak terwujud. Dan sebagian besar dari mereka, menjadi begitu sangat buruk jika disinggung, entah sengaja atau tidak, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan harapan-harapan besar mereka yang gagal.

Beberapa orang yang masuk dalam jenis pemikir itu, beberapa di antaranya tak lagi bisa bijaksana saat berurusan dengan orang awam, orang yang susah diberi penjelasan, mereka yang beda pendapat secara ekstrem, tak lagi bisa memberi ruang bagi gaya berpikir dan menulis orang lain, mudah tersinggung saat ada orang yang meremehkan gagasannya, tak lagi bisa dikritik karena akan membuatnya cemas dan marah, atau yang paling halus dan harusnya tidak terjadi. Pikirannya bisa menerima kritik dan cacian apa pun. Tapi perasaannya tidak bisa. Yang seringkali membuat gejala gangguan psikologisnya kambuh seperti menjadi cemas berlebih, ketakutan, perasaan marah tak terkontrol, merasa diabaikan dan tak dimengerti yang agak ekstrem, dan beberapa di antaranya membuat benteng pertahanan dengan diam dan tak menampakan diri lagi.

Ia sadar diri kalau pikirannya ada yang salah atau tulisannya memang buruk. Ia menerima semua itu. Ia sangat tahu betul. Tapi, anehnya, perasaannya tidak bisa menerimanya.

Inilah kenyataan atau fakta umum yang hari ini terjadi di kalangan para pemikir, yang terdiri dari para intelektual, sastrawan, penyair, filsuf, akademisi, negarawan dan banyak lainnya. Jika sisi perasaan atau emosi yang tak terselesaikan itu mengendap terlalu lama, tak terpuaskan, dan sangat begitu kecewa dengan dunia ini. Satu sentilan kecil saja, akan membuat seseorang itu lepas kendali. Begitu marah. Begitu sombong. Begitu menghujat dan meremehkan. Dan semua yang berkaitan dengan harapan terbesarnya yang gagal, akan termuntahkan dengan menghina, mengutuki, mencaci maki, merendahkan, dan menganggap buruk siapa pun yang tiba-tiba membangkitkan ingatan akan harapan-harapannya yang gagal.

Harapan itu bisa macam-macam. Bisa saja harapan karena ingin dikenal, ingin diakui, ingin dibaca dan dimengerti, ingin makmur, ingin didukung, atau keinginan untuk diterima dalam lingkaran luas yang ia geluti. Jika banyak dari harapan itu gagal, maka, kelak akan menjadi ledakan-ledakan emosional yang buruk. Jika ia tak mau menerima kenyataan dan berdamai dengan harapan-harapannya sendiri.

Banyak sekali para pemikir yang tak bisa menutupi ketidakdewasaan perasaan mereka. Dari para politikus sampai cendikiawan. Dari para penyair sampai sastrawan muda dan tua. Banyak dari mereka memiliki masalah-masalah perasaan atau emosional yang tak terselesaikan. Sehingga begitu sangat mudah dilihat saat mereka tengah berdebat di layar kaca, tengah berdiskusi, atau saat mereka tengah berpolemik.

AKU, NIHILISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang