ISLAM: AGAMA YANG TAK INGIN AKU BICARAKAN

41 5 0
                                    

Bagaimana rasanya hidup di sebuah negara mayoritas Muslim yang para pemikirnya sangat sedikit, orang-orang yang berpengetahuan luasnya terlalu jarang, mereka yang bijaksana dan mau terbuka dalam kemungkinan-kemungkinan pikiran lain jumlahnya terlampau kecil, mereka yang suka membaca buku serius tak terlalu banyak, hidup di negara dengan peringkat membaca dan tangga akademik yang rendah, dan orang-orang yang bisa dikategorikan jujur dan tidak korup jumlahnya sangatlah terbatas dan negara korup yang dipimpin oleh mayoritas orang Islam. Yang tersisa adalah mereka yang dianggap munafik dan hidup suka-suka dan merasa telah melakukan sesuatu yang benar menurut pandangannya sendiri.

Buat apa terlibat dengan hal-hal yang berbau perdebatan dan diskusi mengenai Islam jika mereka sendiri tak mampu bersepakat dan menyelesaikan konflik dan masalah internal mereka sendiri selama beradab-abad lamanya. Untuk apa membicarakan Islam jika orang-orang Islam sendiri nyaris gagal menjelaskan diri mereka sendiri dan gagal dalam mempertahankan diri mereka sendiri sebagai pribadi yang cerdas, terbuka, bijaksana, dan terpelajar?

Jumlah orang Islam yang sangat jujur, baik, dan tidak korup jumlahnya sudah sangat sedikit hari ini. Dan mereka yang kebanyakan, mereka setiap hari sedang berjuang menuju neraka lewat internet, media sosial, dan gadget mereka masing-masing. Jumlahnya adalah mayoritas.

Setiap hari, saat orang Islam membuka media sosial mereka dan berkomentar ke status orang lain. Seringkali dengan kejam, brutal, menghina, menuduh, memfitnah, dan melukai perasaan orang tanpa segan. Mereka tengah meniti satu langkah menuju neraka.

Media sosial adalah neraka baru bagi umat Islam. Suatu alat atau media penghubung layaknya jalan bebas hambatan menuju neraka yang mereka benci. Tiket sempurna untuk membuat banyak dari mereka berdosa nyaris setiap harinya.

Entah berapa banyak jumlah dosa yang mereka unduh saat mereka mulai membuka media sosial. Membenci orang di sana sini. Berkomentar bengis terhadap orang tak dikenal. Menikmati konten yang tak semestinya setiap hari. Merasa iri hati, tinggi hati, dan marah terhadap segala hal yang tak cocok.

Dosa terberat orang Islam modern yang hari ini hidup di masaku adalah mereka yang terlalu sibuk hidup di media sosialnya masing-masing. Mengumbar lekuk tubuh yang dilarang oleh agamanya. Mengumbar kebiasaan yang dibenci oleh agamanya. Melakukan hal-hal yang dianggap dosa besar oleh agamanya tapi dilakukan dan disebarluaskan untuk tujuan dikenal atau mencari dukungan moral agar perilaku semacam itu diterima.

Ya, media sosial adalah tiket ke neraka yang tak banyak orang Islam itu sendiri sadari. Atau mereka sadar dan melindungi diri dengan kesadaran palsu bahwa yang terpenting mereka tetap beragama dan percaya.

Kenapa Tuhan orang Islam menyetujui umat manusia untuk mengembangkan teknologi dan menemukan internet dan media sosial jika mayoritas dari umatnya malah terjerumus untuk menikmati dosa setiap harinya lewat konten, status, dan komentar mereka setiap hari? Dosa yang sangat terlampau mudah, terkadang tak disadari, dan gampang menjadi candu.

Kenapa Tuhan mengijinkan suatu masa di mana umatnya menjadi kecanduan terhadap dosa yang mudah dilakukan daripada para pendahulu mereka?

Seburuk itukah Umat Islam yang hidup di abad ini sehingga dikutuk untuk berbuat dosa nyaris setiap harinya hanya untuk tidak gila dan bertahan hidup?

Dari abad ke 7 hingga akhir abad ke dua puluh. Orang-orang Islam terbatasi dalam menikmati berbagai dosa dan juga melakukan dosa yang mudah. Mereka terbatasi oleh sistem komunikasi yang terbatas dan teknologi yang juga terbatas. Dosa mereka hanya sesekali didapatkan saat saling bertemu dengan sesama tetangga atau kenalan saat di pasar. Saat mereka menggosip di warung atau saat berkumpul di acara pernikahan dan lain sebagainya. Saat mereka berkonflik dengan tetangga, teman, atau saudara dan orangtua sendiri. Hal-hal semacam itu pun terbatas di lingkungan rumah, desa, atau di lingkup pertemanan yang kecil. Atau saat mereka selingkuh dengan tetangga atau rekan kerja sendiri, yang jika bisa dihitung dalam sejarah hidup masing-masing orang. Kemungkinan berselingkuh dan bersinggungan dengan orang lain masihlah sangatlah terbatas.

AKU, NIHILISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang