Ada kabar mengenai varian baru yang datang dari Afrika. Seperti biasa, banyak orang meremehkan, membuatnya sebagai candaan, dan bahkan malah mengharapkannya datang.
Menurut berita, varian yang datang dari Afrika ini lebih mematikan dan bahkan bisa menghindar dari deteksi imun. Juga, lebih menular.
Dua tahun lalu, aku sempat membayangkan, apa yang terjadi jika virus Korona menjadi lebih mematikan layaknya virus Ebola? Lebih cepat menular dan lebih mematikan. Apakah masyarakat akan siap?
Tidak. Pola sama akan terjadi. Ketika sebagian besar orang tidak mengalami nasib yang sama dengan mereka yang pernah terinfeksi. Pola meremahkan akan kembali. Agar pola meremehkan tidak begitu mudah diucapkan. Maka virus Korona harus mencapai titik di mana salah satu variannya hampir membunuh sebagian besar dunia. Atau setidaknya, setiap keluarga memiliki keluarga yang meninggal akibat virus dan orang yang disayanginya mati karenanya.
Mari kita bayangkan, jika virus ini tak pernah bisa diselesaikan sampai sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Saat varian baru terus menerus datang dan pergi. Saat dunia medis tak lagi tahu harus berbuat apa dan yang bisa dilakukannya hanya mencegah satu jenis varian dari sekian banyak varian lainnya. Sedangkan mutasi-mutasi baru terus terjadi. Mari kita juga bayangkan, apa yang terjadi jika wabah ini berlangsung selama sepuluh atau dua puluh tahun ke depan? Menjadi kian menular dan sangat mematikan. Apakah kita siap?
Apakah kita juga siap, jika wabah ini akan berlaku nyaris selamanya? Dalam artian, akan terus bermutasi tanpa ada yang tahu kapan akan berakhir.
Apakah kita akan menghadapi wabah abadi di masa kita hidup dan baru berakhir saat kita mati? Apakah kita masih bisa meremehkan dan menjadikannya candaan, saat salah satu varian yang mematikan menyebar di negara kita dan membunuh nyaris seperempat atau setengah populasi yang ada? Dengan keruntuhan ekonomi yang jauh lebih parah dari pada saat ini.
Banyak sekali orang meremehkan kecenderungan akan masa depan yang tak pasti. Kecenderungan akan kemungkinan-kemungkinan baru. Dan tak mau belajar dari kasus yang sebelumnya.
Pada awal Korona merebak. Dari menteri kesehatan, kepala negara, para pejabat sampai orang awam, begitu meremehkan dan publik luas begitu masa bodoh. Setelah dua tahun wabah berlangsung dan masih belum tahu akan berakhir atau tidak. Masyarakat kembali ke pola yang sama. Membangun benteng kebodohan dan sikap abai. Meremehkan dan membuatnya sebagai candaan.
Saat kondisi sedikit membaik, pola yang sama akan terus menerus berulang sampai entah kapan. Korona, mungkin akan bertahan sampai sepuluh tahun ke depan. Sebelum wabah baru muncul lagi. Dan tentunya, akan banyak orang mengeluh karena dipecat dan dirumahkan.
Dalam pola yang kita tahu, bahwa masyarakat dunia akan menjadi abai dan masa bodoh lagi dan lagi. Siapa pun yang sadar diri, harus segera dan cepat membangun pondasi ekonominya dengan begitu kokoh. Benar-benar sangat kokoh. Karena perpaduan antara perubahan iklim, sikap masa bodoh, dan kumpulan manusia yang saling menghina, akan memunculkan masa depan baru yang sangat kita kenal.
Sebuah masyarakat yang gagal memecahkan masalah dengan begitu cepat. Semuanya akan berbelit dan lambat.
Hanya mereka yang cukup kaya, memiliki ekonomi yang kuat, dan mau lekas mempersiapkan diri, yang akan hidup enak di abad yang akan memunculkan begitu banyaknya wabah.
Karena kebodohan baru, akan terus lahir dan berulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/206339626-288-k49721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, NIHILIS
Não Ficçãoapa jadinya, jika hampir semua orang lebih memilih menghindari menyelesaikan persoalan utama kehidupan dan lebih memilih hidup tenang dan kepura-puraan yang disepakati? lalu, kapan akan ada akhir? kapan ulangan akan berhenti?