Part 5

4.9K 82 5
                                    

Ken memindahkan mobilnya ke tempat yang kosong. Disana Zefa hanya menunggu dengan wajah datar. Setelah mobil di pindahkan Zefa berjalan menuju mobilnya. Rendra sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.

"Saya sudah melakukan hal yang kamu minta, tapi saya tidak mendengar ucapan terimakasih dari bibir kamu." Ucap Ken. Zefa menghentikkan langkahnya, kemudian berbalik menatap wajah Ken.

"Thanks." Singkat Zefa.

Ken mendekat pada tubuh Zefa, mengingat kejadian sebelumnya Zefa sudah mengantisipasi dirinya agar hal itu tidak kembali terulang. Ken menatap wajah Zefa sebentar.

"Saya terima ucapan terimakasih kamu. Tapi, saya rasa itu tidak cukup." Ujar Ken. Kerutan di dahi Zefa pun muncul.

"Maksud lo?" Tanya Zefa bingung.

"Kamu akan tau jawabannya nanti." Balas Ken, kemudian berbalik dan pergi kembali ke ruangannya.

"Idih gaje." Lirih Zefa. Tidak mau memikirkan kata-kata Ken, Zefa pun segera mengendarai mobilnya untuk sampai ke rumah.

Di samping Zefa, Rendra tengah memejamkan matanya. Ia tengah tertidur dengan tenang, dengkuran-dengkuran halus terdengar ke telinga Zefa. Zefa hanya memutar bola matanya malas. Dasar pria rese, pikirnya.

Mobil Zefa terus melaju, gemercik hujan menghiasi jalanan. Orang-orang yang berada di luar, mereka berbondong-bondong kembali ke rumah mereka. Bagi mereka, hujan adalah cuaca yang cocok untuk tidur dan bersantai. Maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan.

Zefa menghentikkan mobilnya tepat di sebuah warung kecil dengan atap dari daun kelapa. Warungnya nampak sepi hanya terdapat satu orang yaitu penjaga warung. Tak banyak makanan yang di jual, hanya ada beberapa roti dan snack anak sekolah yang terpajang disana.

"Pak biasa, tiga botol." Ujar Zefa.

Bapak itu mengangguk, seperti sudah tau apa yang di maksud oleh Zefa. kemudian mengambil tiga botol Amer dengan merek kawa-kawa yang di sembunyikan di sebuah keranjang yang disimpan di tempat paling pojok.

"Sama rokok yang biasa juga pak, satu bungkus aja." Tambah Zefa.

Ia merogoh uang di saku seragamnya, kemudian memberikan uang itu pada penjaga warung. Setelah itu Zefa kembali masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil, Zefa membuka botol alkohol yang baru saja dia beli lalu menenggaknya. Rendra yang tengah tertidur mencium sesuatu yang tidak ia sukai. Rendra mengerjap-ngerjapkan matanya, ia berusaha mencium aroma itu lebih jelas. Ia berharap itu hanyalah mimpi. Saat Rendra membuka mata dan mendapati alkohol di tangan Zefa, ia segera mengambilnya paksa. Zefa seketika langsung melihat ke arah Rendra dengan tatapan tidak suka.

"Ngapain sih lo! Ganggu aja." Zefa berusaha mengambil botol itu kembali dengan tangan kirinya. namun tidak bisa.

"Rendra kembalikan!" Tegas Zefa menajamkan matanya.

Rendra tak bergeming, ia tetap tidak ingin menyerahkan botol itu.

"Kita masih dijalan Fa, jangan membahayakan diri kita berdua. Kamu bisa minum, tapi jangan disini di rumah aja atau di Club. Aku masih pengen hidup Fa." Ucap Rendra.

"Gue gak bakal mabok! Gue bisa bawa lo selamat sampai tujuan." Ujar Zefa berusaha kembali mengambil botol alkoholnya.

"Aku gak percaya Fa, pokoknya jangan  dulu minum sebelum sampai ke rumah!" Ucap Rendra penuh penekanan.

Zefa menghembuskan nafas kasar, tatapannya kini fokus ke depan. Ia menginjak pedal gas dengan kuat. Wajah ketakutan Rendra kini semakin mendominasi, Rendra segera memegang hand grip dengan kencang. Akibat dari kecepatan mobil yang Zefa kendarai, alkohol yang di pegang Rendra pun tumpah mengenai seragam sekolahnya.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang