Part 64

375 22 11
                                    

Zio duduk di sofa dengan tatapan lurus ke depan. Pria itu tengah menatap Zefa yang belum juga sadar. Zio memukul-mukul kepala dengan kepalan tangannya.

"Kamu gak becus, Zio! Gak becus!" Rutuk Zio.

Kejadian bagaimana Zefa jatuh masih menari-nari di otaknya. Seandainya ia lebih cepat menarik lengan Zefa mungkin hal itu tidak akan terjadi. Mungkin janin yang berada di kandungan Zefa masih tertolong.

"Ken... Ken... Ken..."

Zio langsung menghampiri Zefa saat gadis itu mulai sadar dan mulai memanggil nama Ken.

"Kamu sudah sadar?"

Zefa membuka matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya yang mengenai indera penglihatannya.

"K-ken dimana? Dia belum kembali. Apa lo gak bilang soal kondisi gue?" Tanya Zefa

"Pak Ken tadi datang kesini. Saat dia datang kamu belum sadar."

"Sekarang dia dimana?"

"Eee dia, dia sedang pergi untuk membeli kopi." Bohong Zio. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya.

Zefa mengangguk lemah. Zefa tiba-tiba meringis saat perutnya terasa sakit. Perlahan ia mulai mendudukkan tubuhnya dengan dibantu oleh Zio.

"Kenapa? Apa perutmu terasa sakit?" Tanya Zio. Tangan pria itu terulur dan memegang perut Zefa. Tatapan keduanya saling beradu beberapa detik, sampai akhirnya Zefa tersadar dan memutus kontak mata terlebih dahulu.

"Iyah sakit. Ini bayi gue baik-baik aja kan? Dia gak kenapa-napa?"

Zio melepaskan tangannya dari perut Zefa. Ia hanya diam dan menunduk dalam. Zio tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Zefa. Rasanya lidahnya seperti kelu untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

"Jawab Zio! Bayi yang ada di perut gue baik-baik aja kan?!"

Zio mengambil kursi lalu duduk. Ia memegang jemari Zefa dan menatap dalam manik mata Zefa.

"Dokter mengatakan kalau kamu ke- keguguran." Lirih Zio.

Zefa membulatkan matanya dengan sempurna kemudian menggeleng dengan cepat.

"Lo pasti bohong! Ini pasti gak bener!"

"Saya sudah mengatakan yang sebenarnya."

Tubuh Zefa berguncang hebat, air matanya sudah luruh. Kabar ini adalah kabar terburuk yang pernah ia dengar. Zio langsung membawa tubuh Zefa ke pelukannya.

"Maafkan saya, ini gara-gara saya kamu jadi kehilangan calon bayi kamu, Fa."

Zefa mengusap air matanya lalu menggeleng.

"Ini jelas kesalahan gue. Lo gak salah Zio, gue aja yang sok jagoan dan ngerasa bisa. Sampai pada akhirnya gue jatuh karena kesalahan gue sendiri dan gue malah mencelakai calon bayi gue."

"Tidak jangan menyalahkan diri kamu sendiri." Ucap Zio.

Terdengar suara pintu dibuka dari luar, Zio langsung melepaskan pelukannya lalu berdiri dari tempat duduknya. Disana Ken diam mematung menyaksikan adegan di depannya. Tentu saja Zefa dan Zio terkejut.

"Saya harap anda tidak salah paham. Saya hanya berusaha menenangkan Zefa." Ucap Zio.

"Santai saja. Saya tidak akan membuat pikiran saya bertindak bodoh. Saya paham dengan keadaan ini." Ujar Ken.

Zio mengangguk lalu menjauh.

"Ken..." Panggil Zefa dengan suara lirih. Rasanya Zefa ingin segera pergi ke pelukan Ken.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang