Part 55

381 54 7
                                    

Mobil Ken sudah memasuki parkiran sekolah. Sepertinya kedatangan mereka yang terakhir karena semua murid sudah tidak nampak di luar dan sudah memasuki kelasnya masing-masing.

"Turunlah lebih dulu! Untuk meminimalisir kecurigaan orang-orang terhadap hubungan kita." Ucap Ken.

Zefa terdiam, ia terlihat bingung.

"Peralatan sekolah kamu, baik tas dan isinya sudah berada di dalam kelas. Zio sudah membawanya. Tidak perlu khawatir."

Zefa menoleh dan mengangguk. Kemudian gadis itu bergegas keluar dari mobil. Sebelum pergi meninggalkan parkiran, Zefa menatap manik mata Ken lama. Keduanya saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya Zefa memutus kontak mata lebih dulu dan pergi ke kelasnya.

"Kehamilan membuatnya menjadi lebih sensitif." Monolog Ken menggeleng pelan.

Dari kejauhan Gavin melihat kedatangan Zefa. Tanpa menunggu lama, pria itu langsung menghampiri Zefa dengan senyum mengembang.

"Selamat pagi menjelang siang, Fa." Sapanya.

Zefa melirik sebentar.

"Pagi." Jawabnya tanpa menghentikan langkahnya.

"Kamu dari mana aja? Tadi aku cuma lihat tas kamu. Aku khawatir soalnya yang bawa tas kamu pak Zio. Takut kamu kenapa-napa, Fa." Ucap Gavin. Zefa tersenyum miring.

"Gue baik. Lo bisa lihat keadaan gue sekarang." Ujar Zefa.

"Syukurlah."

Gavin merangkul pundak Zefa, membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

"Don't touch me, Vin! Lo udah punya pacar, jaga batasan!" Ucap Zefa. Mendengar ucapan Zefa, Gavin langsung melepaskan tangannya dari pundak gadis itu.

Ia tak percaya jika Zefa akan mengatakan itu. Biasanya dia yang lebih dulu menyentuh Gavin, tapi sekarang saat Gavin hanya merangkulnya, Zefa mengatakan untuk menjaga batasan.

"Tapi kan aku cuma rangkul kamu kayak teman-teman pada umumnya?"

"Menurut lo begitu, tapi gimana kalau pacar lo liat? Apa pandangan dia sama kayak lo?"

Gavin hanya diam. Benar apa yang dikatakan Zefa, Lea akhir-akhir ini sering cemburu pada Zefa tanpa alasan. Wanita itu seringkali membuat Gavin stress, Lea seringkali cemburu namun saat mereka sedang berdua, Lea tidak pernah memperlakukannya seperti seorang pacar.

"Kita harus mulai menjaga jarak dari sekarang. Bersikaplah sewajarnya. Hidup gue tenang, begitupun lo juga." Ucap Zefa. Ia melangkahkan kakinya dan meninggalkan Gavin yang berdiri seperti patung disana.

Zefa memasuki kelasnya, suara riuh seketika berubah hening ketika mendapati Zefa disana. Zefa duduk di bangkunya dengan ekspresi dingin. Semua teman sekelasnya hanya saling menatap. Jika sudah memperlihatkan ekspresi seperti itu, pasti ada yang salah. Mereka memilih duduk di bangkunya masing-masing dan membuka handphonenya. Mereka tidak ingin mengganggu Zefa. Mereka tidak ingin menjadi sasaran empuk kemarahan Zefa. Lebih baik diam dan berada di zona aman.

"Reni!" Panggil Zefa.

Seorang wanita yang namanya di panggil berusaha memastikan apakah benar Zefa memanggilnya.

"A-aku?" Cicitnya.

"Di kelas ini nama Reni cuma kamu!" Ujar Zefa.

Reni mengangguk dan berjalan pelan menghampiri Zefa. Ia gugup dan hanya bisa meremas jemarinya.

"A-ada a-apa, Fa?"

"Duduk disini, hari ini lo harus sebangku sama gue!"

"I-iyah." Reni mengangguk. Ia mengambil tasnya dan duduk tepat di samping bangku Zefa. Zefa melirik wanita itu dengan ekor matanya, ia duduk tepat di ujung samping bangku dan memberikan banyak jarak pada Zefa.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang