Part 7

3.5K 78 2
                                    

Pagi telah tiba, burung-burung berkicau merdu tidak terdengar mengganggu di telinga. Zefa telah sampai di sekolahnya kembali. Sekolah adalah salah satu kewajiban yang harus ia lakukan. Seperti biasa, Zefa selalu ditemani oleh pria yang tak pernah menghilangkan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Hentakan langkah kaki Zefa penuh wibawa, matanya penuh intimidasi pada apa saja yang mengganggu serta sedikit mencurigakan. Setiap ada orang yang berpapasan dengannya Zefa selalu melempar tatapan yang penuh selidik. Tetapi orang-orang itu seolah takut dan tak berani untuk mengangkat wajah mereka.

Tak ada keanehan yang mendasar, semuanya nampak seperti normal. Zefa tak bisa mendapatkan satupun hal janggal. Merasa frustasi, Zefa memilih fokus kembali pada arah tujuannya.

"Ikut gue? Atau ke kelas?" Tanya Zefa tiba-tiba. Rendra yang merasa di tanya segera menoleh pada Zefa.

"Eummm A-aku ke kelas aja deh Fa. Aku takut keburu ada guru masuk kalo ikut kamu. Nanti ketinggalan pelajaran." Ujar Rendra hati-hati. Ia takut Zefa akan marah karena Rendra memilih hal yang bertentangan dengan kemauan Zefa.

"Fine!" Singkat Zefa kemudian pergi dari sana.

Zefa akan pergi ke tempat biasa, tempat dimana ia akan menyendiri. Di tengah perjalanan tiba-tiba suara derap sepatu yang sangat cepat terdengar ketelinga Zefa. Zefa segera menghentikkan langkahnya tanpa menoleh.

"Syukurlah, eummm F-Ff." Suaranya tercekat, seperti takut untuk sekedar mengeluarkan suara.

"Bicaralah!" Perintah Zefa masih tetap pada posisinya.

"Mohon maaf sebelumnya Fa, eummm ini,,, ini,,, ini ada formulir yang harus kamu isi dari Bu Dina. Bu Dina nyuruh kami untuk memberikan ini." Ujar Salah seorang teman sekelas Zefa.

Zefa membalikkan tubuhnya, dengan cepat teman-teman Zefa menundukkan wajah mereka. Zefa mengambil alih formulir itu dari tangan temannya dan hanya menggenggamnya tanpa dibaca terlebih dahulu.

"Thanks!" Ucap Zefa kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Sesampainya di tempat yang ia tuju, Zefa mendudukkan tubuhnya kemudian mulai membaca ketikan demi ketikan yang tertera dalam kertas itu.

Formulir itu berisi tentang perlombaan yang akan Zefa ikuti. Disana banyak sekali peraturan serta ada tema yang harus Zefa pilih. Diantaranya Cute girl, tradisional serta Mafia. Disana Zefa bebas memilih tema apa yang cocok dengannya. Zefa menarik satu kursi lalu duduk disana. Sebelum mengisi formulir, ia terlebih dahulu mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya dan menghisapnya.

Zefa mengambil pulpen dan mulai menulis beberapa hal yang menurutnya harus ia isi. Kepulan asap menghiasi ruangan itu. Ekor mata seseorang bergerak melihat ke arah Zefa dari celah jendela. Dengan wajah dingin, ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangan dimana Zefa berada.

Pintu dibuka tanpa permisi, mata Zefa beralih. Ia menghentikkan aktivitasnya dan melempar tatapan datar.

"Sedang apa kamu disini? Seharusnya kamu berada di kelas! Kamu masih seorang murid!" Tatapannya kini fokus pada sebatang rokok yang masih menyala.

Ia mendekat pada Zefa dan mengambil rokok itu lalu mematikan dan membuangnya.

"Pada peraturan sekolah telah di tegaskan tidak ada yang boleh merokok, baik untuk siswa maupun siswi! Harap di patuhi!" Lanjutnya lagi.

Zefa menghembuskan nafas kasar dan berdiri tegak. Ia menatap pria itu malas.

"Tolong jangan campuri urusan gue!!!" Tegas Zefa tanpa rasa takut.

"Ini sekolah saya! Saya berhak mencampuri urusan kamu." Jawab pria itu yang tak lain adalah Ken.

"Gue tau ini sekolah Lo! Lagian gue sekolah disini juga bayar. Jadi gak ada alasan lo ngatur gue!" Emosi Zefa sudah tidak dapat di tahan. Entah siapapun itu, Zefa tidak pernah suka dengan orang yang berani untuk ikut campur serta mengaturnya.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang