Part 45

509 47 3
                                    

Zefa tengah menunggu hasil dari testpack yang baru saja Rendra beli. Tak hanya Zefa, Rendra pun ada disana. Setelah membelinya, Rendra tidak berniat untuk kembali ke rumahnya. Ia juga sangat penasaran dengan hasilnya. Semoga tebakannya salah.

Zefa tidak tinggal diam. Ia berjalan mondar-mandir dengan perasaan kalut. Persetan dengan hal apapun, jika ia benar mengandung anak dari Ken, maka tanpa banyak berpikir lagi Zefa akan mengaborsi kandungan itu.

Detik demi detik berlalu. Setelah waktu dirasa cukup, Ia mengambil benda itu dan mulai melihatnya. Tubuh Zefa seketika menegang, ia menutup mulutnya tak percaya. Garis dua terlihat di sana. Zefa tidak menyangka jika ketakutannya benar terjadi, ia tidak menyangka jika detik ini ia tengah mengandung bayi dari pria brengsek itu. Hatinya terasa berderak, tungkai kakinya melemas hingga ia terduduk di atas lantai.

"Gimana hasilnya? Positif?" Tanya Rendra. Zefa meremas testpack itu dan melihat wajah Rendra dengan tatapan kosong.

"Masa depan gue hancur! Sekarang semuanya akan hancur, Dra!"

Rendra tidak percaya dengan apa yang Zefa katakan. Mendengar ucapan itu, ia bisa langsung menarik kesimpulan bahwa sahabatnya itu benar-benar tengah hamil.

"Gue harus aborsi kandungan gue besok! Benar, gue harus aborsi!"

"Aborsi?! Kamu tau? Aborsi sama aja dengan kamu membunuh bayi yang tidak berdosa. Jangan berpikir hal-hal buntu yang nantinya akan menjerumuskan kamu!" Ujar Rendra.

"Tapi gue gak bisa nerima bayi ini! Adanya bayi ini di dalam perut gue, jelas ini adalah musibah!"

"Jangan ambil keputusan sepihak. Kamu juga harus meminta pertanggungjawaban dari ayah bayi itu."

Zefa terdiam. Ayah bayinya?! Maksudnya Ken? Jelas mungkin pria itu akan senang dan akan langsung menikahinya. Tapi tidak dengan dirinya! Hidup dengan Ken bagaikan hidup di neraka. Pria itu telah menanam benihnya dengan paksa di rahim Zefa tanpa persetujuan darinya. Saat itu kebencian mendarah daging dalam hatinya. Pantas saja tadi ia hampir kehilangan akal saat bersama dengan Ken, ternyata jelas pelakunya adalah bayi di dalam perutnya. Belum keluar saja, dia sudah bisa membuat masalah. Hampir saja tadi Zefa terbuai dengan sentuhan pria itu.

"Kalo kamu gak mau, maka aku yang akan memintanya bertanggung jawab. Katakan saja siapa yang berani melakukan hal ini padamu?" Ucap Rendra berlagak gentle.

Zefa hanya memicingkan matanya jengah.

"Mana berani lo ngomong sama dia. Lo itu cupu! sama temen sendiri aja takut gimana sama ayah bayi ini!"

Zefa bangkit dari tempat duduknya, menyimpan testpack itu di dalam dompet yang berada di dalam laci nakas. Kemudian merebahkan tubuhnya.

"Pulang sana, gue mau tidur!" Perintah Zefa. Rendra hanya mengerucutkan bibirnya, Zefa selalu saja meremehkan dirinya. Padahal dia punya niat baik untuk membantu Zefa.

"Baiklah, selamat beristirahat. Aku cuma mau ingetin kamu, jangan berbuat gegabah. Kalo kamu gak mau urus anak itu, aku dengan senang hati yang akan mengurusnya nanti." Ucap Rendra tersenyum senang.

"Gue gak janji!" Jawab Zefa enggan. Rendra hanya menggelengkan kepalanya dan hendak melangkahkan kakinya.

"Tutup mulut lo soal masalah ini!awas aja kalo sampe ada orang lain yang tau! Gue gak akan segan buat bikin hidup lo gak tenang!" Ancam Zefa penuh penekanan.

"Iyah tenang aja Fa." Jawab Rendra. Setelah mengatakan hal itu, ia langsung bergegas pergi dan meninggalkan Zefa disana. Ancaman Zefa selalu saja berhasil membuatnya bergidik ngeri. Kata-kata yang keluar dari bibirnya seolah tersirat sebuah kesungguhan.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang