Part 38

531 39 9
                                    

Setelah membaca semua isi surat yang tiba-tiba datang padanya, Zefa memutuskan untuk membuang semua surat-surat itu ke dalam tempat sampah. Alasannya karena ia sangat membenci surat cinta dari pria yang tak sedikitpun mengundang ketertarikannya. Godaan dan kata-kata alay banyak tertulis di selembar surat itu. Mereka merancang desain semenarik mungkin, agar surat itu terlihat lebih indah. Tentu saja hal itu membuatnya merasa muak dan jijik. Tidak dapat dipungkiri beberapa surat terdapat kata-kata puitis yang mungkin akan membuat banyak wanita luluh, terkecuali Zefa.

"Haduh kepala gue pusing banget!" Gerutu Zefa. Tangannya terangkat untuk memegang keningnya dan memijatnya pelan.

Suasana kantin sudah sangat sepi, hanya tersisa dirinya dan para pedagang makanan di Kantin saja. Rendra sudah lebih dulu berpamitan ke kelasnya, pria kutu buku seperti Rendra mana mungkin mau berlama-lama diluar kelas dan bolos di jam pelajaran. Itulah mengapa Zefa menganggap bahwa pria itu sangat membosankan. Sebelum kembali ke kelas, Zefa menggelengkan kepalanya untuk meminimalisir rasa pusing yang menjalar di kepalanya.

"Penyakit si Ken kayaknya nular nih sama gue! Tau gitu gak mau gue deket-deket!" Monolognya kesal.

Zefa bergegas pergi ke kelasnya, setelah membayar makanan yang ia beli tadi. Murid-murid yang lain sudah berada di kelas mereka dan memulai pembelajaran di jam ketiga.

Di tengah perjalanan, mata Zefa tiba-tiba menangkap sosok wanita dengan pakaian sexy turun dari sebuah mobil. Wanita itu berjalan lenggak-lenggok memperlihatkan lekuk tubuhnya, yang dapat mengunci tatapan para pria. Zefa menyipitkan matanya berusaha melihat lebih jelas wajah dari wanita itu. Make-up tebal dengan bibir merah bata menghiasi wajahnya. Zefa tidak mengenal wanita itu sama sekali. Wajahnya terasa asing, entah siapa dia dan apa tujuannya. Wanita itu terus berjalan dengan sepatu heels dengan tinggi 5cm itu. Kedatangan wanita itu menarik rasa penasaran Zefa. Perlahan ia mulai mengikuti langkahnya di belakang.

Wanita itu berhenti tepat di ruangan Ken dan mulai mengetuk pintu. Setelah pintu dibuka, wanita itu bergegas masuk dengan senyum mengembang.

"Jalangnya si Ken tuh pasti!" Tebak Zefa tak habis pikir. Untuk memastikan ucapannya benar atau tidak, Zefa memilih mendekat dan mengintip sedikit dari celah pintu.

Zefa terpaku, ia menahan nafasdan menutup mulut dengan telapak tangannya saat melihat adegan di depannya sekarang. Dengan jelas Zefa dapat melihat wanita itu mencondongkan tubuhnya dan mencium Ken dengan penuh gairah. Ada hal lain yang membuatnya tak percaya, ia melihat bagaimana tangan Ken melingkar di pinggang wanita itu dengan membalas setiap pagutan yang tak kalah menggairahkan. Tiba-tiba jantungnya berdebar tak karuan. Ada rasa aneh yang merambat pada tubuhnya.

Tak ingin berlama-lama lagi, Zefa segera menyudahi dan kembali ke kelasnya. Tak ada pria baik di dunia ini, Zefa dapat menyaksikan bagaimana pria brengsek itu melakukan hal tak senonoh setelah tadi pagi ia mengajak Zefa untuk menikah. Sehat kah akalnya? Ucapan Zefa ternyata tak meleset, wanita itu ternyata benar jalangnya Ken Nalendra.

Pembelajaran tengah dilakukan saat Zefa tiba di kelasnya. Disana materi bahasa Indonesia sedang dijelaskan oleh wanita paruh baya dengan nama Yuni dari nametag yang terpasang di seragam kerjanya. Wanita itu tidak menggubris kedatangan Zefa dan tetap melanjutkan pembelajarannya. Baginya atau guru lain, perilaku Zefa sudah dianggap biasa. Ia sangat terkenal dengan kenakalannya yang selalu tak tepat waktu dan mangkir dari pelajaran sekolah. Jika di marahi, maka wanita itu akan berani untuk melawan dan tak segan untuk berdebat dengan kalimat kasar, sampai akhirnya para guru kalah dengan ucapannya. Mereka memilih membiarkan saja perilaku Zefa sampai kelulusannya. Untuk berdebat dengannya semua orang angkat tangan.

"Minggir!" Pinta Zefa pada wanita yang duduk di samping Gavin. Wanita itu mengangguk, namun dengan cepat Gavin menahan tangannya.

"Windi! Udah diem, disini aja!" Ucap Gavin. Gavin tidak ingin terus berada di dekat Zefa. Ia merasa risih dan tak nyaman.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang