Part 6

4.1K 79 5
                                    

Ceklek

Suara pintu kamar terbuka tanpa di mintai izin. Zefa yang tengah tertidur dengan seragam sekolah yang masih ia kenakan tak menyadari akan siapa yang masuk ke kamarnya. Tidurnya sangat lelap, bahkan variasi mimpi membuatnya enggan untuk sekedar sadar.

"Zefaaa!!!" Teriak seseorang. Seketika Zefa langsung bangkit dan terduduk dengan mata yang refleks terbuka. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit sembari berdecak sebal.

"Anj*Ng berani banget yah lo!" Ketusnya yang tak habis pikir dengan kelakuan pria yang ada di depannya ini.

"Hehe ya maaf Fa, lagian kamu kan udah punya janji sama aku kalo malam ini kita mau nonton drakor." Ujar Rendra.

Zefa melihat jam yang terpasang di dinding kamarnya. Ternyata sudah pukul delapan malam. Setelah meminum alkohol, ia tertidur. Jika Rendra tak membangunkannya mungkin Zefa akan bablas dan bangun di pagi harinya.

"Ckkk!" Decaknya.

"Ihhh kamu jorok belum mandi. Cepet mandi Zefa! cepet ganti seragamnya!" Ucap Rendra.

"Ishhh nanti lah." Rendra menajamkan penciumannya. Ia mencium aroma yang tidak ia sukai saat Zefa berbicara. Rendra menerawang mencari hal yang menjadi dugaannya. Matanya terhenti pada tiga botol alkohol yang tergeletak di atas nakas, dua botol kosong dan satu botol masih utuh.

"Tuh kan kamu juga abis minum-minum lagi. Udah sana Zefa cepet mandi. Jangan sampe kamu ngingkarin janji kamu. Aku tau kamu orangnya itu kalo punya janji suka di tepatin. Aku udah ga sabar nih pengen nonton drakor. Cepeett Fa!" Ujar Rendra panjang lebar.

Zefa hanya memasang wajah datar. Ia tidak ingin membuat perdebatan demi perdebatan yang buat sakit kupingnya. Zefa bangkit dari tempat tidur.

"Dasar Bawel!" Zefa kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

"Oke, kalo gitu aku tunggu di ruang tamu yah Fa." Zefa tak menjawab.
Tak menunggu jawaban dari Zefa, Rendra memilih pergi ke ruang tamu terlebih dahulu.

Cuaca malam sangat tidak cocok untuk dipakai mandi. Sebenarnya Zefa enggan, tapi bagaimana lagi Rendra tetaplah Rendra tak bisa jika tidak dituruti. Seperti magic, Rendra tau hal apa yang bisa meluluhkan diri Zefa.

Sekitar 30 menit Zefa mandi dan berganti pakaian. Ia kemudian bergegas untuk menghampiri Rendra. Alis kanan Zefa terangkat saat melihat banyak sekali makanan dan minuman di meja ruang tamu.

"Hal konyol apalagi yang lo lakuin Rendra?!" Tanya Zefa dengan nada gemas.

Rendra menoleh dan menampilkan deretan giginya yang putih.

"Ini aku udah nyiapin banyak makanan sama minum,jadi kita bisa khusyu nonton dramanya. Ayo cepet Fa sini!" jawab Rendra.

Zefa hanya memijit pelipisnya lelah.
Ia duduk di sofa tepat di samping Rendra. Rendrapun segera memutar drama yang akan ia tonton. Awalan drama Korea pun di mulai.

"Film apa ini?"

"Ini itu drakor yang lagi happening akhir-akhir ini Fa. Judulnya business proposal, kata orang-orang sih seru makanya aku ajak kamu nonton ini. Biar kita seru sama-sama." Ucap Rendra.

"Action?"

"Bukan! Ini tuh kayak comedy romance gitu." Ucap Rendra.

Zefa hanya diam, meskipun ia tak menyukai genre drama seperti itu. Namun ia mencoba untuk menghargai Rendra. Kadang menyebalkan tetapi Rendra adalah seseorang yang selalu menemaninya. Zefa cukup mengakui hal itu.

Sudah lima episode mereka tonton, Zefa sudah merasa muak serta bosan. Sedangkan Rendra terlihat sangat menikmatinya.

"Berapa episode lagi?"

"Tujuh lagi Fa."

"What?!"

"Kan semuanya 12 episode, jangan kaget lah Fa. Itu tuh episode nya dikit, nggak kayak sinetron Indonesia yang beratus-ratus episode. Apalagi ini alurnya seru banget, kisah Kang Tae mo sama Shin ha ri bikin aku melting tau." Ujar Rendra panjang lebar.

"Udah ah, besok lagi. Gue ngantuk!" Zefa bangkit berdiri.

"Kan tadi udah tidur?"

"Tadi tidur siang, sekarang tidur malam, udah ah Bye!" Zefa melangkahkan kakinya menuju kamar.

"Dasar kebo! Gak bisa apa nikmatin malam ini buat seneng-seneng? Hmmm Zefa, Zefa! Yaudah deh aku nonton sendiri aja." Rendrapun kembali melanjutkan aktivitasnya. Ia pun mengklik episode ke 6. Gelak tawa, senyuman serta rasa kesal mendominasi diri Rendra saat menonton drama itu.

Zefa sudah berada di kamar, ia menghempaskan bokongnya dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Zefa memainkan ponselnya sebentar. Tak ada yang istimewa dari isi ponselnya. Ia kemudian menaruhnya kembali.

Zefa menghela nafas panjang, tatapannya kosong ke depan. Hidupnya terus saja di penuhi rasa bosan. Tak ada sesuatu yang memberikan kegembiraan, semuanya terasa flat. Zefa kemudian beralih pada botol alkohol yang masih tersisa satu. Tak ada pilihan lain selain menenggaknya.

Dengan sangat mudah Zefa membuka tutup botol alkohol itu. Ia kemudian melemparkan tutupnya ke sembarang arah. Baru saja Zefa akan meminumnya, tiba-tiba.

Prayyy!

Sebuah botol kaca terlempar masuk melalui jendela yang sengaja tidak di tutup. Zefa menyimpan kembali botol alkoholnya kemudian berjalan cepat mencari siapa pelakunya.

"Bangs*t heh Lo! JANGAN LARI!" Teriak Zefa saat melihat seseorang dengan jubah hitam berlari menjauh. Mengejar pelakunya itu tidak akan mungkin bisa. Zefa pasti akan kehilangan jejak. Kecepatan larinya sangat luar biasa.

Brukkk!

Pintu kamar terbuka, Rendra segera menghampiri Zefa dengan wajah panik.

"Fa ada apa? Kamu gak papa kan?" Zefa tak menghiraukan ucapan Rendra. Sebaliknya ia malah mendekat pada pecahan botol yang tergeletak di atas lantai.

"Fa awas hati-hati." Ujar Rendra yang sangat khawatir.

Zefa mengambil secarik kertas yang berada disana. Ia kemudian membuka kertas itu, disana terdapat sebuah tulisan dengan tinta warna merah. Zefa mulai membacanya begitupun Rendra yang merasa penasaran.

*Matahari datang saat siang tiba, bulan datang saat malam tiba. See you!*

Zefa dan Rendra hanya saling menatap bingung. Keduanya tidak mengerti dengan maksud dari surat itu.

"Kayaknya ini ada yang neror kamu deh Fa, ihhh serem banget." Ujar Rendra bergidik ngeri.

Zefa merobek kertas itu dan membuangnya. Ia kemudian pergi keluar dari kamar.

"Panggil bi Ijem suruh beresin kamar!" Perintah Zefa pada Rendra.

"Lah kamu mau kemana Fa? Jangan keluar, nanti takut kenapa-napa." Ucap Rendra.

"Rumah lo!" Rendra mengerutkan keningnya.

"Ngapain?" Tanya Rendra.

"Numpang tidur." Singkatnya.

"Owalah ceritanya takut nih, makanya nginep di rumah aku." Goda Rendra.

"Bacot!" Teriak Zefa yang sudah pergi menjauh dari sana.

Rendra melihat sekeliling kamar, nampak sangat berantakan seperti kapal pecah. Kondisinya sama seperti adegan yang ada pada salah satu drama yang ia tonton. Drama tentang psikopat, memikirkan itu membuat Rendra lagi-lagi bergidik ngeri. Ia segera pergi kesana dan berlari keluar. Dari kejauhan terdapat  seorang pria yang memperhatikan kearah kamar Zefa, ia hanya menampilkan wajah dingin tanpa ekspresi. Setelahnya iapun pergi dari sana dengan mengendarai mobilnya. Zefa harus segera melakukan penyelidikan, jika tidak maka siapa yang jamin bahwa hidupnya akan tenteram dan aman.

To be continue

Jangan lupa vote dan koment yah💚
Menurut kalian siapa nih yang neror Zefa?

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang