Part 48

491 53 4
                                    

Langit sudah semakin gelap, Zefa tengah berada di kamarnya dengan perasaan tak karuan. Ia tidak punya cara untuk menghalangi rencana Ken yang akan datang melamarnya. Ken punya segalanya, ia punya kekuasaan, harta dan juga rasa egois. Setelah mengantarkan Zefa pulang ke rumahnya, kalimat yang baru saja Ken ucapkan begitu menggila di pikirannya.

"Pakailah pakaian terbaik, saya harap kamu bisa menyambut saya dengan tulus, walaupun cinta itu belum tumbuh di hati kamu. Tetap saja saya ini calon suami kamu!"

Kata 'calon suami' begitu terdengar memuakkan bagi Zefa. Kemarahan dan kekecewaan pasti akan ia terima dari bibir kedua orang tuanya. Disaat hubungan antara orang tua dan anak telah membaik, sebentar lagi akan kembali hancur dengan kabar yang akan pria brengsek itu bawa.

Suara deru mobil terdengar memasuki halaman rumahnya. Zefa sudah dapat dengan jelas menebak siapa orang itu. Petaka akhirnya tiba, dia datang, malaikat mautnya datang, apa yang harus ia lakukan selain hanya bisa pasrah.

Zefa tidak menuruti perintah Ken untuk menggunakan pakaian terbaik. Ia memilih menggunakan kaos oblong dan celana pendek untuk menemui pria itu. Zefa bergegas menuruni anak tangga. Disana ia dapat melihat Ken datang dengan Zio dan empat bodyguardnya. Kedua orang tuanya ada disana dan tengah menyambut kedatangan Ken yang masih berada di depan pintu.

Mata Ken dan mata Zefa saling beradu. Mereka saling melihat dengan ekspresi berbeda. Ekspresi Zefa lebih dominan gelisah serta penuh ketakutan, berbeda dengan Ken yang lebih antusias dan bahagia.

"Pak Ken? Silahkan masuk, pak. Kenapa tidak bilang jika akan datang kesini? Jika saya tahu, mungkin saya dan suami saya akan bersiap-siap terlebih dahulu." Ucap Lidya.

"Siapa?" Tanya Haris yang tidak mengetahui siapa pria dewasa di depannya itu.

"Dia pak Ken, pemilik sekolah, sekolahnya Zefa, pih."

"Ohhh astaga! Mari-mari masuk pak." Ken mengangguk. Ia mengikuti langkah Lidya dan Haris di belakang, begitupun Zio dan empat bodyguard nya yang lain.

Ken duduk di sofa ruang tamu, Zefa langsung bergabung bersama dengan mereka tanpa menunggu untuk di panggil. Ken melihat penampilan Zefa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Keempat bodyguard membawa banyak hadiah dan meletakkannya tepat di atas meja ruang tamu itu. Alis Lidya dan Haris saling bertaut, sedangkan Zefa hanya bisa meremat jarinya dengan keringat sebesar biji jagung jatuh di pelipisnya.

"Kenapa repot-repot sekali membawa banyak hadiah seperti ini, pak? Sebenarnya ada apa ini?"

"Saya ingin melamar Zefa untuk menjadi istri saya!" Ucap Ken to the point.

Zefa memejamkan matanya tak percaya, tanpa basa-basi pria itu langsung mengatakan hal inti. Tentu saja pernyataan itu dianggap lelucon oleh kedua orang tua Zefa.

"Pak Ken bisa saja. Ternyata anda punya selera humor yang bagus juga sebagai pemilik sekolah." Ucap Haris terkekeh.

"Saya serius! Saya tidak bercanda. Saya ingin melamar putri anda." Ucap Ken diangguki oleh Zio.

Baik Haris maupun Lidya, Keduanya kompak melihat ke arah Zefa. Wanita itu masih saja diam tanpa mengucap sepatah katapun. Bibirnya seakan mati rasa untuk mengatakan hal yang tidak masuk akal sekalipun.

"Saya masih tidak mengerti dengan ucapan pak Ken. Anak saya ini masih sekolah dan untuk menikah rasanya, dia belum siap dan belum cukup umur. Apalagi, maaf usia pak Ken dengan putri saya pasti sangatlah jauh berbeda. Mana mungkin saya menerima lamaran pak Ken." Ucap Haris.

Ken hanya menyandarkan punggungnya dengan santai.

"Menikahi putri anda berdua adalah bentuk pertanggungjawaban saya sebagai seorang pria." Tambah Ken.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang