Part 18

1.9K 70 7
                                    

Hari terus berlalu, waktu begitu cepat merangkak maju. Tak terasa acara Cloud Class sebentar lagi di laksanakan di sekolah Zefa. Sudah tiga hari telah Zefa lalui, kehidupannya berubah. hari-hari yang sangat hampa. Ia tidak punya jalan keluar untuk membebaskan Alwi dari penjara. Seperti orang bodoh bahkan mungkin bisa dibilang jahat karena membiarkan orang tak bersalah tersiksa.

Zefa baru saja sampai di sekolahnya. Seperti apa yang di katakan tadi, acara Cloud Class akan dilaksanakan besok. Semua murid tengah sibuk mempersiapkan segalanya. Acara di lakukan di taman sekolah. Tapi entah mengapa dekorasi tenda atau panggung belum terpasang. Mungkin pihak sekolah akan memasangnya nanti malam. Mereka mungkin ingin memberikan kejutan, dengan dekorasi acara yang di rahasiakan.

Zefa dan Rendra berjalan beriringan menuju kelas mereka. Tepat di koridor, Rendra berpisah dengan Zefa. Mereka pergi ke kelas mereka masing-masing. Seperti biasa Zefa berjalan dengan angkuh, tatapan tajam dan hentakan kaki yang terdengar jelas membuat semua orang segera menghindar darinya. Zefa menghentikan langkahnya saat Ken berjalan berlawanan arah dengannya. Zefa menunggu akan apa yang akan pria itu lakukan padanya. Namun Ken tetap berjalan tanpa mau melihat ke arah Zefa. Zefa hanya mendengus sebal.

"So ganteng banget!" Ketusnya. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Setelah pertemuan malam itu, saat Ken berada di Club malam lalu mengantarkan Zefa pulang, tak ada hal yang terjadi. Sikap Ken berubah 180°. Saat di sekolah Ken tak pernah melirik atau mengganggu Zefa lagi. Ken seperti tidak pernah mengenal Zefa dalam hidupnya. Hal itu cukup mencurigakan bagi Zefa.

Zefa memasuki kelas, semua teman sekelasnya tengah berkumpul di teras dengan duduk melingkar. Kedatangan Zefa disana membuat semua orang menatap padanya. Zefa tak suka dengan tatapan mereka.

"Bisa gak usah liatin?!" Tegasnya.

Mereka semua akhirnya menunduk, saat Zefa memberikan peringatan. Zefa menaruh tasnya di bangku kosong kemudian duduk disana tanpa mau menghampiri teman-temannya.

Gavin melihat ke arah Zefa. Wanita itu tengah asik memainkan handpone nya. Gavin tidak bisa membiarkan itu. Zefa harus bergabung bersama mereka untuk mendengar arahan perlombaan untuk besok. Jika tidak, itu bisa berakibat fatal pada perlombaan besok. Dengan perlahan Gavin menghampiri Zefa, ia mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

"Fa?" Lirihnya. Suaranya pelan sekali, nyaris tak terdengar.

"Ngomong yang bener!" Ujar Zefa.

"E-eu Fa, gabung yuk sama yang lain?" Ajak Gavin hati-hati.

"Udah berani yah lo sekarang!"

"Ma-maaf Fa, tapi kamu harus gabung. Eummm biar nanti perlombaan yang kamu ikuti besok sesuai arahan. Yuk Fa!" Ucapnya.

"Gak ah, males!"

"Jangan gitu Fa. Ini demi kebaikan kamu sama kelas kita juga."

"Kok maksa sih!" Ketus Zefa.

"Ma-maaf Fa, tapi emang ini harus dipaksa." Gavin bersiap untuk membopong tubuh Zefa untuk bergabung dengan yang lainnya.

"Eh-eh apa-apaan lo?" Baru saja Gavin mengangkat tangannya, seketika ia langsung berhenti.

Zefa mendorong tubuh Gavin dengan kasar, sampai tubuh belakang Gavin menyentuh meja.

"Argghhh awww." Ringis Gavin. Punggungnya terasa panas dan sakit akibat benturan yang cukup keras.

"Jangan coba-coba sentuh gue! Gue bisa jalan sendiri!" Zefa bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia duduk bergabung disana.

Dengan langkah tergopoh-gopoh, ia berjalan menyusul Zefa. Setidaknya rasa sakit yang Gavin dapatkan menghasilkan sesuatu. Akhirnya Zefa mau menuruti ajakannya untuk bergabung.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang