Part 29

991 58 10
                                    

Cahaya matahari menyorot tepat di wajah gadis yang masih nyaman dalam tidurnya. Matanya perlahan terbuka, helaan nafas kasar keluar begitu saja dari mulutnya. Ia meraba tubuhnya yang tertutup oleh selimut. Ternyata kejadian semalam bukanlah sebuah mimpi, itu nyata. Zefa dapat mengingat semua memorinya dengan Ken. Mengingat nama itu, membuat Zefa merasa jijik. Dibalik topeng malaikat ternyata dia seorang iblis. Saat helaan nafas lega ia dapat, seketika dalam hitungan detik berubah menjadi sesak dan menyedihkan. Hidup ini tidak adil, begitu mudahnya mempermainkan sebuah takdir.

Tak ada semangat dalam dirinya, Zefa menyingkirkan selimutnya. Ia tidak peduli bagaimana kondisi tubuhnya yang tak tertutup sehelai benangpun. Saat kaki Zefa mulai menyentuh lantai, ia meringis menahan sakit di area Miss V nya. Zefa mencoba memejamkan mata dan melawan rasa sakit itu. Ia bersiap untuk berdiri. Namun saat kakinya mencoba menopang tubuhnya, tubuh Zefa kembali terduduk diatas ranjang. Merasa frustasi dengan kasar ia melemparkan selimutnya ke sembarang arah. Saat itu terlihat noda merah diatas sprei yang sudah tidak beraturan bentuknya. Air mata tanpa mau ditahan keluar begitu saja.

"Begitu kejamnya takdir ini! Kenapa mahkota gue yang harus direnggut? Pria bajing*n! Bangs*t! Brengs*k!" Monolog Zefa penuh amarah.

Zefa kembali berdiri ia berusaha menahan rasa sakitnya. Dengan langkah yang sedikit sulit, Zefa mengambil semua pakaiannya yang tergeletak di tempat yang berbeda. Setelah semua terambil, ia segera memakai pakaiannya. Setelah semua terpakai, Zefa bersiap untuk pergi dan pulang ke rumahnya.

Baru saja selangkah di depan pintu, pintu terbuka menampilkan sosok wanita yang tengah membawa makanan.

"Non udah bangun?" Zefa tak menjawab ia hanya menaikkan alis kanannya.

"Tuan Ken memerintahkan saya untuk menyiapkan makanan dan memberikannya pada non. Ini dimakan dulu..." Ucap wanita itu.

"Gak! Gue mau balik!" Ketus Zefa.

"Amanat dari tuan Ken, non tidak boleh dulu pulang sebelum memakan sarapannya." Ujar wanita itu lembut.

"Gausah maksa! Gue bilang gak mau ya gak mau!" Tegas Zefa.

"Maaf non, ini perintah! Di depan sana ada banyak bodyguard yang menjaga. Kalau non belum memakan sarapannya maka mereka tidak akan memberikan jalan untuk non kembali ke rumah." Jelas wanita itu.

Zefa terdiam, ia melihat ke arah jendela. Benar saja, disana banyak bodyguard yang menjaga. Dengan terpaksa Zefa mengambil makanan di tangan wanita itu.

"Yaudah gue makan!" Wanita itu tersenyum dan mengangguk.

Zefa duduk di kursi kebesaran milik Ken, ia memakan makanannya dengan lahap. Tak bisa di pungkiri Zefa memang sangat lapar apalagi semalam energinya terkuras habis. Asisten itu berjalan mendekat pada nakas lalu mengambil paperbag gold disana. Ia menghampiri Zefa dan memberikan paperbag yang entah isinya apa.

"Ini dari tuan, sebelum pergi dia sempet ngasih amanat agar non menerima hadiah ini." Ucap Asisten itu.

Zefa terdiam,

"Setelah apa yang terjadi, pria brengsek itu pergi? Gila, dia emang anggep gue pelacur! Setelah kehancuran gue terima seenaknya dia seneng-seneng tanpa peduli dengan penderitaan gue saat ini!" Batin Zefa.

Zefa mengusap air matanya kasar.

"Non ini hadiahnya, mohon diambil!" Ucap Asisten itu.

"Buat lo aja!" Singkat Zefa. Ia berdiri, menyimpan piring di atas kursi. Lalu menatap asisten itu.

"Gue udah selesai makan! Jadi gak ada alesan lagi buat halangi gue buat pulang!" Tegas Zefa.

"Tapi hadiahnya harus diambil dulu non!"

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang