Part 22

1.5K 77 11
                                    

Sekitar satu jam lagi bell pulang sekolah berbunyi, namun Zefa memilih untuk pulang lebih awal. Tidak ada jam pelajaran maka Zefa punya kebebasan untuk pergi. Di sampingnya, Rendra nampak ragu. Hal ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. Zefa pasti selalu pulang di jam yang sesuai, tetapi kali ini entah kenapa ia ingin pulang lebih awal. Rendra takut jika ini akan menjadi masalah di sekolah.

Zefa memasukkan tasnya serta tas Rendra kedalam paperbag yang terdapat kostum lomba. Sedangkan kostum lomba ia masukkan kedalam tasnya serta tas Rendra.

"Fa,,, yakin nih mau pulang jam segini?" Tanya Rendra hati-hati.

"Yakinlah!"

"Aku takut Fa, aku takut ketahuan. Walaupun hari ini free Class tapi tetep aja Fa kita harus pulang satu jam lagi. Itu udah menjadi aturan sekolah."

Zefa mencengkram kerah seragam Rendra dengan kuat.

"Kalo lo takut, lo bisa kembali ke kelas! Pulang nanti lo bisa naik angkot! Gue gak maksa! Lo kan yang ikut sendiri!" Tegas Zefa. Ia kemudian melepas cengkeramannya dengan kasar.

"Gak mau aku gak mau kembali ke kelas. Aku gak mau pulang naik angkot. Aku ikut kamu aja Fa."

Zefa memutar bola matanya malas.

"Makanya diem! Jangan ngerusak rencana gue!" Ucap Zefa penuh peringatan. Rendra hanya mengangguk takut.

Hanya ada beberapa orang saja yang berada disana. Mereka tak ada yang curiga dengan gerakan Zefa. Bahkan guru-guru pun yang berpapasan dengan mereka tak mengatakan hal apapun. Zefa melihat ke pos di dekat gerbang sekolah. Disana terdapat satpam yang tengah berjaga.

"Masalah kita cuma ini! Setelah ini selesai kita bisa langsung keluar dengan aman." Ujar Zefa.

"Om Asep permisi, bisa bukain gerbangnya?" Tanya Zefa yang sudah berada di pos.

"Kalian mau kemana?!" Tanyanya memasang wajah garang.

Zefa mendorong tubuh Rendra agar bicara. Rendra menunjuk dirinya sendiri tak percaya.

"Aku?" Tanya Rendra ragu. Ia memberikan isyarat pada Zefa bahwa ia tidak bisa. Namun Zefa melemparkan tatapan tajam. Rendra menelan salivanya susah payah, selain Zefa satpam disekolah salah satu orang yang ia takuti.

"Begini om,,, euuu kita disuruh sama wali kelas buat nganterin beberapa pakaian buat acara besok ke tukang jahit. Jadi bisakah bapak buka gerbangnya, kita mau pergi ke luar sebentar." Tatapan satpam itu terlihat penuh selidik.

"Mana surat ijinnya? Kalian harus punya surat ijin dari guru piket." Zefa memejamkan matanya sebentar, ia lupa soal itu. Ia lupa bahwa jika ingin ijin keluar harus punya surat yang diberikan oleh guru piket.

"Soal itu om, semua guru sedang mengadakan rapat di kantor. Tidak mungkin kami nyelonong masuk untuk mengganggu rapat para guru. Jadi kami ijin tanpa membawa surat dari guru piket."

"Tidak bisa!" Tegasnya.

Zefa berdecak sebal, ia harus memutar otak untuk bisa segera keluar dari sekolah. Ia ingin pulang lebih cepat untuk bersenang-senang. Zefa membuka matanya, ia tersenyum saat satu ide muncul di otaknya.

"Dra, sini!" Bisik Zefa.

Rendra yang melihat itu, segera menghampiri Zefa.

"Lo udah dapet uang bulanan dari ortu lo kan?"

"Iyah, emang kenapa?"

"Mana sini gue pinjem 500 ribu dulu."

Rendra mengernyit bingung

"Udah sini! Mana?! CK nanti gue ganti." Dengan enggan Rendra merogoh saku celananya dan memberikan lima lembar uang seratus ribu.

Zefa tersenyum, ia langsung menghampiri satpam itu.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang