Part 1

11.5K 140 8
                                    

Suara musik menggema di seisi ruangan. Semua orang bergoyang mengikuti irama, beban yang mereka pikul seolah tengah dibebaskan dengan kebahagiaan. Aroma alkohol menyeruak masuk ke hidung, tak ada yang tidak meminumnya. Begitupun dengan wanita yang tengah duduk sembari menenggak segelas bir.

Ia menghentak-hentakkan kepalanya mengikuti suara alunan musik. Sesekali tersenyum walaupun hanya senyum tipis. Di depannya, seorang pria hanya menggelengkan kepalanya.

"Udah fa, pulang aja yuk?" Ujar Rendra. Pria itu tidak senang dengan suasana Club, padahal hampir setiap malam ia diajak oleh Zefa kesana.

"Nanti! Nih minum dulu!" Ujar Zefa menyodorkan segelas bir pada Rendra.

"Enggak ah, udah tadi." Tolak Rendra.

"Baru segelas. Sayang kalo cuma segelas, gak happy!" Ucap Zefa dengan mata sayu.

Zefa kembali menyodorkan segelas bir yang ada di tangannya, Rendra menutup mulutnya kemudian menggeleng. Merasa kesal, Zefapun menaruh gelasnya dengan kasar.

"Argh gak asik lo!" Zefa bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia memilih untuk pergi keluar dari Club dengan berjalan sempoyongan. Rendra berusaha mengejar, namun ia kehilangan jejak karena banyaknya orang di dalam Club, serta banyaknya lampu kerlap-kerlip di ruangan itu. Entah kemana Rendra harus mencari Zefa.

Racauan tidak jelas keluar dari bibir gadis itu. Zefa berjalan ke arah kiri. Ia hanya mengikuti instingnya, seketika ia tidak tau arah jalan untuk pulang. Pandangannya terlihat kabur.

Brukkk

Zefa tersungkur ke depan, lalu jatuh menimpa seseorang. Ia tidak tau siapa itu, Zefa tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Samar-samar ia dapat melihat style rambut Front puff, dan tentunya itu seorang pria.

"Shitt!! Bau alkohol!" Gerutu pria itu. Zefa berusaha untuk berdiri, namun karena efek alkohol yang ia minum tadi, ia kembali jatuh menimpa pria itu. Pria itu hanya bisa meringis.

"Owww sorry..." Ucap Zefa.

Pria itu tidak bisa menunggu lagi, ia segera menahan tubuh Zefa dan mendorongnya untuk duduk. Ia membersihkan kotoran yang menempel pada tuxedonya. Kotoran itu cukup menganggu penampilan- nya. Sedangkan Zefa hanya menunduk dengan mata terpejam. Pria itu mencoba menegakkan tubuh Zefa dan menyingkirkan setiap anak rambut yang menutupi wajahnya. Ekspresinya berubah, wajah Zefa seolah-olah tengah menghipnotis dirinya. Tatapan yang sulit untuk di artikan pun tersirat  di matanya.

Pria itu melihat sekeliling, ia tidak dapat menemukan siapa-siapa disana. Jalanan terlihat sepi, bahkan untuk kendaraan saja hanya bisa terhitung oleh jari.

"Dimana rumahmu?" Tanya pria itu.

"Hmmm?" Zefa menaikkan dagunya.

"Percuma berbicara dengan orang mabuk!" Monolog pria itu.

Tanpa menunggu lama lagi, pria itu membopong tubuh Zefa menuju mobilnya. Setelah berada di dalam mobil, ia kemudian memakaikan seat belt pada tubuh Zefa. Jika tidak memakai sabuk pengaman, dengan kondisi gadis itu yang tidak sadarkan diri, itu bisa saja membuat tubuhnya terpental ke depan.

Pria itu kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Wajahnya dingin tanpa ekspresi. Ia merogoh ponselnya, kemudian mengetik nama yang ada di kontak ponselnya.

Siapkan kamar di hotel kempinski, sekitar 10 menit lagi saya sampai.

                           Baik

Setelah itu telepon dimatikan, pria itu nampak melirik sebentar wanita yang ada di sampingnya. Kemudian kembali melihat depan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang