Part 21

1.5K 64 6
                                    

Di ruangan wakil kepala sekolah, pak Leo tengah terduduk dengan wajah memelas. Rasa sakit yang ia terima dari pukulan Ken bukan seberapa, pak Leo sangat cemas dengan perlakuan Ken selanjutnya. Ia hanya bisa menunduk, untuk mengangkat wajah saja ia tak sanggup. Mata dari para bodyguard Ken begitu tajam menatap padanya. Mereka terus mengawasi gerak-gerik pak Leo tanpa mau beralih sebentar.

Keinginannya tidak bisa didapatkan, pak Leo gagal dalam memberi pelajaran pada Zefa. Sekarang ia harus memikirkan cara akan nasibnya. Semoga Ken tak akan menjebloskannya ke penjara atau sampai mengeluarkannya dari sekolah.

Tak berkisar lama Ken datang, Pak Leo masih setia menundukkan wajahnya. Ken duduk di bangku yang berhadapan dengan pak Leo. Tatapannya penuh intimidasi, ia menatap wajah pak Leo dengan tatapan serius.

"Angkat wajahmu!" Perintahnya.

Dengan perlahan pak Leo mengangkat wajahnya. Ia berusaha memberanikan diri agar matanya dapat menatap manik mata Ken. Namun ia tidak bisa! Ketakutan lebih mendominasi pada dirinya.

"Saya di depan kamu! Bukan di bawah!" Tegas Ken saat melihat bola mata Pak Leo hanya melihat pada sepatunya.

Pak Leo terperanjat kaget,

"Ma-maafkan saya pak Ken. Saya khilaf, kejadian itu terjadi tidak dibawah kendali saya. Kejadian itu terjadi begitu saja. Sa-saya tidak tau mengapa saya melakukan itu." Ucap Pak Leo tiba-tiba.

Ken menyilangkan kakinya dan melipat tangannya di depan dada.

"Saya tidak yakin kamu khilaf melakukan itu! Dari yang saya lihat semuanya seperti telah di rencanakan." Ujar Ken.

"Sa-saya ti-dak ber-bohong! Sa-ya benar-benar khilaf." Ucap Pak Leo sedikit gugup.

Ken hanya tersenyum miring.

"Kamu berbohong! Nada bicaramu sudah menjelaskan semuanya!"

"Ma-maafkan saya pak, saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi. Saya berjanji bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Tolong ampuni saya pak, tolong jangan hukum saya." Pak Leo berlutut tepat di hadapan Ken.

"Saya senang melihat ini! Saya senang jika ada seseorang yang memohon seperti ini! Tapi saya masih butuh alasan kenapa kamu melakukan itu?"

Pak Leo mendongakkan wajahnya, namun tubuhnya masih tetap berlutut.

"Sebelumnya wanita itu telah menghina saya! Dia telah mempermainkan perasaan saya! Wanita itu dengan seenaknya membuat gairah saya memuncak kemudian meninggalkan saya begitu saja. Bukankah itu sebuah penghinaan?" Ujarnya.

Ken mengerutkan keningnya.

"Apa yang dia lakukan?"

"Di-dia membuat tanda di leher saya, kemudian--"

"Hentikan!" Ken tidak dapat mendengar semuanya. Tanpa di jelaskan lebih jauh ia sudah paham.

"Di sekolah ini Zefa sangat terkenal dengan skandalnya. Orang-orang bahkan menjulukinya wanita lacur! Dia wanita penuh dengan dosa. Saat penghinaan kita dapat bukankah seharusnya penghinaan lagi yang kita balas!!!" Ujar pak Leo. Dimatanya terpancar sebuah kebencian yang sangat amat besar.

"Perilaku itu tak seharusnya kamu lakukan! Sebagai manusia kamu tidak bisa mendahului tuhan dengan mengatakan bahwa dia wanita yang penuh dosa. Kita tidak tau, siapa yang akan berakhir di surga dan siapa yang akan berakhir di neraka!" Jelas Ken.

Pak Leo menatap wajah Ken serius,

"Sekali lagi saya minta maaf pak. Saya tau saya salah! Saya mohon jangan hukum saya. Jangan masukkan saya ke penjara dan jangan keluarkan saya dari sekolah ini. Saya punya anak istri yang harus saya nafkahi pak." Mohon pak Leo.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang