Part 8

3K 69 4
                                    

Zefa tengah duduk di bangkunya kembali dengan Gavin di sampingnya. Kali ini Gavin tidak merasakan canggung ataupun takut karena Zefa yang memintanya. Gavin memegang tablet dan menscrol beberapa busana yang ia rekomendasikan untuk Zefa. Dengan detail Zefa memperhatikan semuanya.

"Sejauh ini, apa ada yang nyantol di kamu, Fa?" Tanya Gavin. Sedari tadi tak ada kata yang keluar dari bibir Zefa, seakan-akan hanya tatapan kosong saja yang keluar.

Zefa menoleh pada Gavin seperti biasa tatapan mematikan yang ia lemparkan.

"Semua harus perfect tidak bisa di pilih asal!" Tegas Zefa. Gavin hanya mengangguk tanpa mau menyela, ia tidak ingin berurusan dengan Zefa, itu sama saja merelakan diri untuk dimangsa.

Zefa mengambil alih tablet di lengan Gavin, kemudian ia melanjutkan untuk menscrol semuanya, sebentar lagi layar akan berhenti pada bagian akhir, namun dengan cepat Zefa menghentikannya. Zefa menyukai desain pakaian mafia yang terkesan sexy. Dan pilihan Zefa berhenti pada pakaian yang terbilang mengumbar aurat. Pakaian terbuka dengan nuansa hitam yang elegan serta terlihat kuat.

"Ini!" Singkat Zefa. Mata Gavin terbuka lebar, ia sangat terkejut dengan apa yang Zefa pilih.

"Kamu yakin?" Tanya Gavin sekali lagi.

"Ya!" Jawab Zefa mengangkat bahunya.

"Bajunya sangat sexy Fa, usia kamu baru saja menginjak 18 tahun dan ini diselenggarakan di sekolah yang notabene semuanya para pelajar. mana mungkin bisa, Fa!" Jelas Gavin.

"Bisa!" Tegas Zefa.

"Gak mungkin sih Fa kayaknya." Balas Gavin tak percaya.

"Tidak ada di peraturan! Itu hak kita!" Ujar Zefa.

Gavin hanya menghela nafas panjang, jika sudah kemauan Zefa sudah tidak bisa di bantah lagi. Tidak ada salahnya jika harus menyetujui apa yang Zefa mau. Meskipun ia tidak tau akhirnya nanti bagaimana.

"Udah! Gaada pelajaran?"tanya Zefa. Gavin menggeleng pelan.

"Gue cabut!" Ujar Zefa. Kemudian pergi keluar dari kelas.

"Zefa-zefa kapan sih kamu berubahnya, gak cape apa hidup dalam karakter seperti itu." Monolog Gavin menatap punggung Zefa yang sudah menjauh.

Zefa berjalan melewati setiap koridor, beberapa kelas tengah melaksanakan pelajaran dan beberapa kelas lagi tidak ada kegiatan belajar mengajar. Mereka tengah asik dengan aktivitas mereka masing-masing. Kaki Zefa terus melangkah, tak tau arah dan tujuan. Sampai pada akhirnya ia harus melewati ruang kepala sekolah. Di depan ruangan itu terdapat Ken yang tengah memperhatikan area sekolah.

Zefa hanya berjalan santai melewati Ken begitu saja. Tanpa mau sekedar menyapa ataupun bersalaman.

"Hei!" Teriak Ken dingin. Zefa menghentikan langkahnya tanpa menoleh.

"Sini kamu!" Perintah Ken. Zefa memutar bola matanya malas dan langsung menghampiri Ken.

"Hmm?" Zefa memasang wajah songongnya.

"Tidak jadi!" Jawab Ken dingin. Zefa mengerutkan keningnya.

"Aneh! Terhitung berapa langkah gue balik lagi. Waktu itu berharga, pak!" Ketus Zefa yang tak terima dengan ucapan Ken.

"Kan saya sudah bilang ga jadi. Apa ada hal yang harus didebatkan?" Ujar Ken.

"Terserah lo aja deh!" Ucap Zefa yang tak ingin berlama-lama lagi disana. Zefa melangkahkan kakinya, namun sesaat kemudian,

"Roknya jangan terlalu pendek! Ini sekolah bukan Club malam." Ucap Ken yang segera masuk ke dalam ruangannya.

Zefa membalikkan tubuhnya, ia memasang ekspresi kesal. Jika saja Ken bukan pemilik sekolah mungkin tanpa berpikir dua kali Zefa akan menendang anunya Ken. Kali ini ia tidak bisa melakukan hal terlalu jauh, karena bagaimanapun hidupnya di sekolah itu ditentukan oleh Ken.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang