Part 57

432 48 8
                                    

Zefa tengah memainkan handphonenya, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Ia pun menaruh handphonenya dan bergegas untuk membukakan pintu.

Pintu terbuka, disana seorang pria tengah berdiri dengan tatapannya yang dingin. Zefa memutar bola matanya malas kemudian berbalik tanpa menutup pintu kembali.

"Di malam pertama itu yang gue pengen liat suami gue, bukan cowok sialan kayak lo!" Gerutu Zefa berjalan kembali ke tempat tidurnya.

"Saya pun tidak ingin untuk berada disini. Sebagai bawahan dari pak Ken, saya hanya bisa menurut saja." Jawab Zio, menutup pintu dan menyusul Zefa. Ia duduk tepat di sebuah sofa panjang disana.

"Apa Ken bilang sesuatu sama lo, Zio?"

"Tidak. Dia hanya mengatakan akan pergi dan kembali besok. Saya di perintahkan untuk menjaga kamu, hanya itu saja tidak ada yang lain."

"Ohhh."

"Kalau saya boleh tau memangnya pak Ken mau pergi kemana?"

Zefa melihat wajah Zio dengan ekor matanya.

"Dia pergi untuk menemui adiknya yang baru saja pulang dari rumah sakit."

"Adiknya? Rumah sakit?" Tanya Zio dengan nada heran.

"Iyah. Kenapa? Lo gak tau sama adiknya Ken?"

"Saya hanya tau orang tua dan kakeknya. Pak Ken tipikal pria yang sangat menjaga privasinya. Saya tau dia punya adik, tapi saya tidak tau nama dan rupa adiknya bagaimana. Saya juga baru tau kalau adiknya itu baru kembali dari rumah sakit." Jawab Zio.

Zefa memicingkan matanya,

"Padahal lo kan orang kepercayaannya, masa hal kayak gitu aja gak tau."

"Setiap manusia punya privasinya masing-masing. Saya hanya di percaya dalam urusan pekerjaan saja. Tidak lebih dari itu." Ucap Zio.

Zefa hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Seketika perutnya terasa lapar sampai menimbulkan bunyi. Zio dapat mendengar itu. Ia melihat pada Zefa kemudian perutnya.

"Lapar?" Tanyanya. Zefa mengangguk.

"Yoi, lapar nih. Pesenin makanan dong!"

Zio menghembuskan nafasnya kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Tidak perlu memesan, saya yang akan memasaknya."

"Yakin lo?"

"Tentu saja. Kamu pikir saya tidak punya keahlian memasak?"

"Orang kayak lo, mana bisa! Zio, Zio, ngelawak aja!" Ucap Zefa terkekeh pelan.

"Mari kita lihat! Saya akan buktikan bahwa masakan saya enak! Saya jamin kamu akan terkejut ketika merasakan betapa enaknya makanan yang saya buat nanti!"

"Yaudah kalau gitu jangan banyak ngomong, Cepet buat! Gue percaya kalau udah ada hasilnya!" Tantang Zefa.

"Oke!"

Zio bergegas pergi ke dapur untuk memasak makanan yang tidak akan mungkin mengecewakan Zefa. Ia senang dengan tantangan, ia pastikan hasilnya akan sangat lezat dan gadis itu akan memberikan applause  untuknya.

Melihat kepergian Zio, Zefa hanya menggelengkan kepalanya.

"Terlalu percaya diri! Mana ada seorang pria seperti Zio, bisa memasak makan-makanan enak?  Mustahil!" Gumam Zefa.

Zefa memilih memainkan game di handphonenya sembari menunggu Zio selesai memasak. Mau tidak mau ia harus bersabar dan menunda rasa laparnya. Jika makanan yang Zio buat nanti tidak enak, Zefa tidak akan segan untuk menyalahkan pria itu. Melihat kepercayaan diri Zio, Zefa merasa tak ada salahnya jika ia mencoba. Semoga hasilnya tidak mengecewakan.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang