Part 59

443 44 4
                                    

Hari ini Zefa sudah tinggal di rumah milik Ken. Setelah sampai tadi, Ken langsung ke ruang kerjanya karena harus menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Zefa tengah tidur terlentang di atas ranjang sembari menatap langit-langit kamar.

Pintu kamarnya terbuka, Zefa tersenyum dan langsung bangkit untuk duduk. Namun senyumnya kembali hilang ketika melihat siapa yang datang. Dia adalah Zio dan bukan Ken. Pria itu terlihat membawa satu koper besar berisi pakaian-pakaian Zefa.

"Saya taruh dimana ini?" Tanya Zio.

"Disitu, samping lemari." Jawab Zefa.

"Pak Ken dimana? Saya tidak melihatnya disini?" Tanya Zio. Setelah datang kesana, Zio tidak terlalu memperhatikan apa yang di lakukan atasannya.

"Di ruang kerjanya. Tadi dia bilang harus menyelesaikan beberapa pekerjaan." Jawab Zefa.

Zio mengangguk. Pria itu terlihat mendekat pada Zefa. Zefa mengerutkan keningnya ketika Zio berdiri tepat di hadapannya.

"Apa?" Tanya Zefa malas.

"Sudah cukup lama saya ingin menanyakan ini. Apa kamu sungguh-sungguh sudah mencintai pak Ken?" Tanya Zio serius. Zefa menaikkan alis kanannya.

"Udah. Kenapa?"

"Saya hanya tidak mengerti dengan pikiran kamu. Apa semudah itu jatuh cinta? Apalagi kamu dan saya tau bahwa pak Ken itu bisa di bilang pelaku pemerkosaan. Apa kamu tidak sedikitpun merasa trauma?"

Zefa menatap manik mata Zio serius.

"Gak semudah itu, gue jatuh cinta juga perlu waktu. Dia selalu ngetreat gue kayak ratu. Wanita mana yang gak luluh? Gue udah lupain masa-masa itu. Gue cuma pengen fokus pada kehidupan gue yang sekarang, membangun keluarga kecil yang bahagia." Jelas Zefa.

"Bukannya gitu, Fa. Saya merasa bahwa kamu menormalisasikan tindak kejahatan. Apa yang dilakukan pak Ken bukan kejahatan kecil. Apa kamu tidak pernah berpikir seperti ini, sesuatu yang di mulai dengan cara yang salah, akan berjalan dengan banyaknya kesalahan juga. Pernah berpikir seperti itu?"

Zefa memicingkan matanya. Ia tidak mengerti mengapa Zio tiba-tiba mengatakan hal itu.

"Lo kenapa Zio? Lo kan bawahan Ken, lo itu salah satu orang yang paling di percaya sama Ken. Kenapa sekarang lo kayak menyudutkan bos lo?"

"Alasan saya simple, saya hanya ingin tahu saja. Saya tidak menyudutkan pak Ken, saya hanya mencoba menanyakan hal yang normal. Jika orang lain tahu tentang ini, mereka juga pasti akan menanyakan hal yang sama." Jawab Zio.

"Nih yah bukannya gue menormalisasikan sebuah tindak kejahatan, hanya saja wanita sering kali mengambil keputusan lewat perasaannya, tidak seperti laki-laki yang selalu menggunakan logikanya. Jadi cara Ken memperlakukan gue dengan sangat baik, itu juga menjadi acuan paling penting kenapa hati gue bisa cinta sama dia." Ucap Zefa.

"Saya pikir anda berbeda dengan wanita pada umumnya, ternyata sama saja. Semua wanita terlalu bodoh dalam menggunakan perasaannya." Imbuh Zio.

"Anjir si cowok bangsat!"

Bughhh

Zefa menendang dengkul Zio sampai pria itu meringis kesakitan.

"Mulai jurus kungfu pandanya dikeluarkan!" Ketus Zio di sela ringisannya.

"Udah balik sana ke tempat lo! Ada lo disini selalu bikin mood gue ancur tau!" Ujar Zefa tak kalah ketus.

"Memangnya mood saya baik kalau berada di dekat kamu? Dasar wanita tidak berperasaan!" Ujar Zio.

Pria itu pun segera pergi ke luar dari kamar Zefa. Zefa menghembuskan nafas kasar lalu kembali merebahkan tubuhnya.

"Semakin lama sikap Zio semakin terlihat aneh." Batin Zefa menggelengkan kepalanya lelah. Ia memejamkan matanya dan mulai pergi ke alam mimpi. Tidur adalah satu-satunya cara untuk menghilangkan stress akibat ulah dari Zio.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang