Part 30

804 47 7
                                    

Kepulan asap rokok menghiasi kamar Zefa. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan, Zefa tidak peduli. Ia duduk diatas balkon menatap langit yang sudah gelap, tak ada satupun bintang yang bersinar disana. Angin berhembus kencang, udara di luar sangat dingin namun Zefa enggan untuk pergi dari sana.

Setelah sebungkus rokok ia habiskan, Zefa bangkit. Malam ini ia butuh minuman beralkohol entah itu wine, Vodka, ataupun bir. Zefa ingin melupakan sejenak beban pikirannya. Ia berjalan mengambil jaket dengan hanya menggunakan celana pendek Zefa bersiap untuk pergi keluar. Malam ini ia harus bersenang-senang, mabuk tanpa batasan.

Zefa mengambil kunci mobil, ia berjalan menuruni anak tangga. Zefa dapat bernafas lega karena orangtuanya tidak ada di ruang tamu. Ia bisa menghindari berbagai macam pertanyaan. Dengan hati-hati Zefa berjalan keluar dari rumah. Ia berusaha agar suara langkah kakinya tak terdengar. Zefa sudah berada di luar, ia segera memasuki mobil dan melajukan mobilnya.

Zefa tidak akan pergi ke tempat club malam favoritnya, karena kemungkinan besar ia dapat bertemu dengan pria brengs*k itu. Zefa memilih untuk membeli minuman alkohol di warung langganannya. Zefa membeli sebanyak lima botol untuk simpanannya nanti. Setelah membeli minuman Zefa kembali melajukan mobilnya dan mencari tempat yang nyaman dan aman. Pilihannya tertuju pada sebuah taman yang cukup sepi. Ia menepikan mobilnya di bawah sebuah pohon yang rindang.

Zefa menyandarkan punggungnya dengan santai dan membuka tutup botol minuman tanpa kesulitan. Tanpa menunggu lagi ia segera menenggak minumannya.

"Hidup tak selamanya indah, tak ada salahnya juga menikmati hidup meskipun orang bilang mabuk itu dosa! Toh sudah di cap sebagai wanita pendosa ya terobos aja!!" Monolog Zefa. Ia kembali meminum minumannya.

Tak terasa satu botol telah ia habiskan, Zefa kembali membuka botol kedua. Sedikit demi sedikit ia mulai merasa mabuk. Zefa membenturkan kepalanya pada kursi mobil. Mengapa bayangan semalam terus memutar bagai kaset kusut? Dengan cepat-cepat Zefa menenggak kembali minumannya. Ia ingin melupakan hal itu, ia tidak ingin mengingatnya kembali.

Angin berhembus melewati kaca mobil, tatapan Zefa kosong ke depan dengan tangan memegang botol. Dari kejauhan seorang pria dapat melihat bagaimana kacaunya gadis itu. Ia dapat melihat gadis itu mencoba untuk membuka botol selanjutnya. Dari botol pertama dibuka, sampai botol ketiga ia memperhatikan gadis itu. Ia melajukan mobilnya dan mendekat pada mobil Zefa. Kemudian ia turun dari sana.

Prayyy

Pria itu membuang botol minuman yang di pegang Zefa ke arah taman. Hingga botol itu pecah terbentur pohon.

"Hentikan!" Tegas pria itu.

Tatapan Zefa berubah tajam, ia mengepalkan tangannya. Dengan penuh amarah ia menoleh pada pria itu.

"Bangs*t!" Umpatnya.

Plakkk

Tamparan begitu keras mengenai wajah pria itu. Zefa menatap sengit manik matanya. Tatapan penuh kebencian tersirat disana. Kemudian ia mencengkram kerah jasnya.

"LO LAGI LO LAGI! BELUM PUAS LO HANCURIN HIDUP GUE?! SEKARANG TANPA TAU MALU LO MUNCUL DI HADAPAN GUE! BANGS*T BANGET!" Teriak Zefa. Emosinya tak terbendung, Zefa meluapkannya penuh dengan kekesalan.

"Tidak seharusnya kamu meminum banyak alkohol. Itu tidak baik untuk kesehatan kamu." Ucap Ken lembut. Zefa hanya berdecih.

"Hidup gue udah hancur, matipun bukan hal yang perlu disesali."

"Berhenti bicara omong kosong!"

"Enteng banget lo bilang omong kosong?! LO UDAH AMBIL KEPERAWANAN GUE! LO UDAH HANCURIN MASA DEPAN GUE! GAK NGERASA BERSALAH BANGET!"

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang