Part 35

641 49 8
                                    

Pagi yang cerah, hari ini Zefa kembali pada rutinitasnya untuk bersekolah. Perasaan Zefa sudah lebih baik dari kemarin. Ia tidak akan memakai seragam sopan lagi seperti kemarin. Kesedihannya hanya berlangsung sebentar. Awalnya ia tidak menerimanya, namun mau seperti apapun waktu tidak bisa di putar kembali ia tidak akan mungkin bisa memperbaiki kehormatannya. Zefa memilih memakai seragam sekolah yang biasa ia pakai. Seragam ketat yang memperlihatkan kemolekan tubuhnya. Ia juga memilih menggerai rambutnya saja. Melihat penampilannya pagi hari ini Zefa berdecak kagum.

"Karakter yang dibuat tidak akan pernah terhapus hanya karena seseorang! Semakin lo lemah, semakin diinjak harga diri lo! Tetap tegak dan jalanin hidup sesuai kemauan lo!" Monolognya menatap dirinya di depan cermin.

Zefa mengambil tas tak lupa kunci mobil. Tumben sekali pagi ini Rendra belum datang kerumahnya. Biasanya sebelum Zefa bangun, pria itu sudah lebih dulu datang dan bertindak semaunya. Zefa bergegas menuruni anak tangga.

"Fa, sini sarapan dulu!" Teriak seseorang yang sudah pasti Zefa sangat mengenalnya. Itu Rendra! Zefa bisa melihat pria cupu itu tengah lahap menyantap nasi goreng yang tersaji di meja makan. Zefa berjalan menghampiri Rendra lalu duduk di seberang pria itu.

"Wuihhh ganti model rambut tuh! Amazing, makin cantik aja nih!!" Goda Rendra. Zefa tak menanggapi ia memilih untuk meminum air putih di gelas.

"Enak yah, makan gratis!" Sindir Zefa.
Rendra hanya terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hehe soalnya ibu pergi ke rumah nenek Fa. Gak ada makanan dirumah. Untung tante Lidya masak jadi aku bisa numpang sarapan." Ucap Rendra.

Zefa juga merasa heran kenapa hari ini mamihnya belum pergi bekerja. Ia sangat tau minggu-minggu ini orang tuanya sangat sibuk. Mereka seringkali berangkat di jam setengah enam pagi. Bahkan Zefa tidak akan pernah bertemu di pagi hari dengan orangtuanya terkecuali hari libur atau orangtuanya sedang cuti.

"Gak berangkat kerja mih?" Tanya Zefa datar.

Lidya yang selesai menyiapkan sarapannya ikut duduk di samping Zefa.

"Mamih udah resign dari pekerjaan mamih." Jawabnya. Zefa terkejut mendengar penuturan Lidya.

"Resign? Kenapa?"

"Mamih cuma pengen punya banyak waktu buat kamu, biar kamu gak sendirian lagi. Kamu anak mamih satu-satunya jadi mamih harus mulai memperhatikan kamu mulai dari sekarang."

"Dari kecil Zefa udah terbiasa dengan kesendirian. Kalau mamih mau kerja, kerja aja. Kalau mau memperhatikan Zefa itu harusnya dari Zefa kecil, bukan sekarang!"

Rendra hanya diam menyantap makanannya. Ia berusaha tidak memperhatikan pertengkaran antara Zefa dan Lidya. Lidya menggenggam jemari Zefa.

"Mamih minta maaf, mamih tau mamih salah. Makanya mamih pengen kita memperbaiki semuanya. Yah, sayang?" Dari lubuk hatinya, Zefa merasa kasihan dengan Lidya. Tetapi luka yang dulu orangtuanya tanamkan sudah mengakar disana.

Zefa menghela nafas panjang.

"Baiklah, Zefa akan coba. Tapi Zefa gak pengen mamih atur-atur Zefa dan menaruh ekspetasi tinggi sama Zefa. Zefa cuma pengen hidup semau Zefa aja!" Lidya tersenyum bahagia.

"Menjadi lebih baik itu emang perlu waktu. Mamih gak akan atur-atur kamu. Tapi mamih yakin kamu akan menjadi lebih baik dengan jalan kamu sendiri." Saat itu Zefa menarik sudut bibirnya. Lidya terlihat senang melihat senyuman yang tercetak dibibir Zefa, setelah ia menginjak usia remaja dan paham akan kehidupan, Lidya tidak pernah melihat senyum itu lagi.

"Zefa pamit mau berangkat sekolah." Zefa bangkit dari tempat duduknya diikuti Rendra.

Zefa mengulurkan tangannya, namun entah mengapa Lidya hanya diam di tempat dan melihat uluran tangan Zefa saja.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang