Part 34

641 53 10
                                    

Suara dering ponsel Zefa berbunyi, wanita itu tengah merias dirinya di depan cermin. Tak perlu polesan tebal, cukup polesan tipis saja cantiknya tidak memudar. Zefa mengambil ponselnya, tertera nama Gavin di layar ponselnya itu. Zefa menggeser tombol hijau kemudian mengarahkan ponsel pada telinganya.

"Hallo Vin?"

 "Aku udah di depan rumah kamu
nih!"

"Masuk aja!"

"Aku malu."

Zefa hanya menghembuskan nafas kasar

"Gak usah malu! Disitu kan
ada satpam bilang aja lo temen
gue."

"Eumm i-iyah deh aku coba."

Tak menunggu lagi, Zefa segera menutup panggilan telepon. Gavin ini sangat berbeda dari Rendra. Rendra biasanya langsung nyelonong masuk tanpa permisi. Tapi Gavin? Pria itu mendadak jadi pemalu seperti itu. Zefa telah selesai berdandan, ia kemudian menyemprotkan minyak wangi kemudian mengambil tas dan bergegas menuruni anak tangga.

Mata Zefa berhenti saat melihat Gavin tengah mengobrol dengan mamihnya. Dengan langkah malas, Zefa berjalan ke arah mereka. Ia tidak tau sejak kapan mamihnya sudah berada di rumah. Tidak seperti biasanya ia pulang lebih awal.

"Tumben udah pulang?" Tanya Zefa.

"Pekerjaan mamih sudah selesai. Tadinya mamih mau ajak kamu makan diluar, tapi sepertinya kamu akan pergi."

"Owh!" Singkat Zefa.

Melihat interaksi antara keduanya Gavin dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara Zefa dengan mamihnya sedang tidak baik. Dari cara omongan Zefa yang terkesan cuek dan ketus, itu sudah sangat jelas.

"Mamih baru aja ngobrol, dia bilang namanya Gavin. Apa dia pacar kamu? Kalau emang iyah, Mamih tidak tau kalau kamu sudah punya pacar."

"Iyah dia pacar Zefa!" Gavin hampir saja tersedak saat mendengar jawaban Zefa. Sejak kapan dia berpacaran dengan gadis itu? Nembak aja belum pernah,cinta juga enggak. Dengan mudahnya Zefa mengatakan bahwa Gavin adalah pacarnya.
"Mau tau bagaimana, dirumah aja jarang apalagi lihat perkembangan anaknya!" Ketus Zefa.

"Maafin mamih, mamih tau mamih salah. Sekarang mamih akan coba untuk meluangkan waktu buat kamu. Tidak apa-apa jika kamu berpacaran, apalagi dengan nak Gavin ini. Mamih lihat dia anaknya sopan dan baik."

"Udahlah mih, gak usah lagi ada yang di perbaiki! Sekarang semuanya terlambat! Semakin mamih dan papih mencoba untuk menjadi orang tua terbaik, Zefa malah semakin jijik!"

Keringat dingin mulai membasahi wajah Gavin. Ia takut jika antara Zefa dengan mamihnya akan terjadi perdebatan yang panjang.

"Jangan kayak gitu sayang... Mamih sama papih udah sadar. Kita kembali lagi seperti awal yah, mari kita perbaiki sama-sama."

Zefa hanya memutar bola matanya malas.

"Terserah! Udah Zefa gak punya banyak waktu lagi. Zefa mau main dulu. Yuk Vin!" Zefa melangkah lebih dulu tanpa memperdulikan perasaan mamihnya. Gavin membungkukkan badannya agar terlihat lebih sopan.

"Gavin pamit dulu Tante. Mari, permisi." Ucap Gavin dengan sopan, tangannya terulur untuk mencium telapak tangan mamih Zefa.

Gavin berjalan mengekori Zefa di belakang. Setelah keluar dari rumah Zefa, akhirnya Gavin dapat menghirup udara dengan lega. Sebelumnya berdiri diantara perdebatan antara Zefa dengan mamihnya sendiri, bukan sesuatu yang ia bayangkan. Ia tidak tau bahwa ternyata hubungan Zefa dengan orang tuanya sangat tidak baik. Gavin berpikir bahwa sikap nyeleneh Zefa hanya dikeluarkan di dalam sekolah saja, ternyata itu tidak benar. Dirumah pun Zefa tidak jauh berbeda seperti di Sekolah.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang