Part 51

517 51 5
                                    

Zefa terdiam di tempat duduknya saat melihat banyak sekali makanan yang tersaji di meja itu. Disana hanya terdapat Zio, entah kemana perginya Ken. Tidak seperti biasanya.

"Atasan lo yang kampret itu kemana?" Tanya Zefa pada Zio yang setia berdiri tengah mengawasi dirinya.

"South Korea!" Singkat Zio. Zefa hanya tertawa hambar.

"Gak lucu ngalawaknya. Gue serius nanya, dimana Ken?"

"Apa nada bicara saya terdengar seperti sedang melucu?" Tanya Zio dingin.

"Jadi dia beneran ke Korea Selatan?"

"Hmmm." Jawab Zio.

"Ngapain? Sejak kapan? Tadi pagi dia ada kok ngajar di kelas gue. Cepet banget perginya."

"Ada urusan menyangkut Club malamnya disana, sekitar jam sembilan dia berangkat dan akan kembali lagi malam ini. Anda sudah puas?" Ucap Zio dengan enggan.

"Pantes tadi di kelas cuma sebentar doang!"

"Sepertinya kamu sudah mencintai pak Ken?" Zefa melirik Zio.

"Gak!"

"Jika tidak cinta, kenapa kamu peduli dengan kegiatan pak Ken?"

"Penasaran aja." Jawab Zefa sekenanya.

Zio hanya mengangguk. Zefa melihat wajah dan penampilan Zio dengan intens.

"Ada apa?" Tanya Zio yang merasa tidak nyaman mendapat tatapan itu.

"Kalo dilihat-lihat lo itu masih muda, Zio. Lo udah punya istri atau anak?" Tanya Zefa. Zio menggeleng.
"Pacar?" Lanjut Zefa.

"Itu privasi saya. Walaupun saya melajang sekalipun, saya tetap berpegang teguh pada ucapan saya sebelumnya, bahwa saya tidak mau menikah dengan kamu."

"Hei! Ge-er banget sih. Gue nanya gitu karena gue penasaran aja. Gue juga gak mau nikah sama lo. Idih!" Ucap Zefa bergidik geli.

"Maksud gue itu disini, kalo lo jomblo cepetlah cari cewek. Kasian gue sama lo yang suka emosi mulu. Takutnya semakin lama lo jomblo semakin terlihat penuaan di wajah lo. Nanti cewek-cewek pada gak mau dideketin sama lo." Ucap Zefa panjang lebar.

"Setua apapun saya, kalo selagi saya punya uang, wanita mana yang mau menolak saya? Menurut saya pemikiran kamu itu tidak luas, kecil!" Ujar Zio membentuk sebuah lingkaran kecil pada jari jempol dan telunjuknya.

"Ada yah pria kayak lo di dunia ini. Gue tau uang itu bisa beli apapun, tapi soal cinta gak bisa di beli, bro. Emang lo bisa yah hidup dalam hubungan yang sama tapi salah satu pihak gak mencintai lo? Semua penuh keterpaksaan gitu?"

"Bisa! Contohnya kamu!" Jawab Zio enteng.

Zefa menggertakkan giginya, ia melemparkan sebuah jeruk tepat ke kepala Zio sampai pria itu sedikit meringis.

"Rasain!"

"Sudah cepat makan! Setelah itu kamu cepat ke kelas! Saya tidak tau dosa apa yang telah saya lakukan, sampai di masa sekarang saya harus mengurus gadis seperti kamu." Ujar Zio menggelengkan kepalanya.

Zefa hanya diam dan enggan menjawab. Ia memilih untuk menyuapkan makanan saja. Perutnya sudah sangat lapar. Tidak Ken, tidak Zio, dua-duanya tidak punya perbedaan apapun. Padahal mereka dilahirkan oleh orang tua yang berbeda. Tapi kenapa sifatnya bisa sesama itu. Jangan-jangan mereka dilahirkan oleh orang tua yang sama, namun salah satunya dibuang? Zefa menggeleng cepat. Bisa-bisanya ia berpikiran hal sedramatis itu.

"Lo juga makan sini! Gue tau lo pasti belum makan!" Ucap Zefa.

"Tidak."

"Gak usah gengsi. Disini makanannya banyak, gue gak akan mungkin bisa ngabisin semuanya. Cepetan!"

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang