Part 42

517 46 8
                                    

Di tengah pembelajaran, terdengar suara ketukan pintu, suara itu membuyarkan lamunan semua orang yang tengah fokus pada guru yang tengah menerangkan. Pak Jaya pun menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah sumber suara.

"Maaf pak saya mengganggu sebentar."

"Tidak apa-apa pak, ada keperluan apa yah pak Zio?" Tanya Pak Jaya sopan.

"Saya ada perlu dengan Zefa. Saya mohon izin untuk membawa Zefa sebentar pak!"

"Oh iyah-iyah. Silahkan saja pak." Zio mengangguk.

"Zefa mari ikut dengan saya!" Zefa melihat Zio dengan tatapan tidak suka.

Jika Zio ada perlu dengannya, itu sudah pasti mengenai hukuman atas tindakannya kemarin. Tapi haruskah sekarang? Bahkan suasana hatinya belum pulih setelah bertubi-tubi masalah datang dari tadi pagi. Gavin memegang tangan Zefa dengan lembut.

"Gak usah pergi kalau kamu gak mau, aku bakal ngomong sama pak Zio. Nanti aku bilang kamu lagi sakit." Ujar Gavin. Zefa menggeleng dengan cepat.

"Engga, Vin! Gue baik-baik aja." Ucap Zefa melepaskan tangan Gavin dari tangannya. Ia kemudian bergegas untuk mengikuti langkah pria itu.

Zefa tidak banyak bicara sekarang. Zio pun merasa kebingungan dengan sikap gadis itu. Dalam sekejap ia berubah seperti kehilangan arah. Tak tau tujuan dan hanya mengikuti kemana arah kakinya melangkah saja.

Saat tepat di depan ruangan Ken, Zefa menghentikan langkahnya. Zio membalikkan tubuhnya dan menatap gadis itu.

"Masuklah! Jangan diam disitu!" Perintah Zio.

Dengan ragu, Zefa mengikuti perintah pria itu. Diambang pintu, Zefa dapat melihat Ken tengah duduk dengan santai di ruangannya. Dua cangkir kopi sudah tersedia diatas meja dengan beberapa cemilan disana.

Zefa melangkahkan kakinya, lalu ia mengambil tempat duduk di hadapan Ken.

"Kalau begitu saya pergi dulu, pak!" Ucap Zio membungkukkan badannya.

"Silahkan!"

Zio berbalik, senyuman iblis tercetak tepat di bibirnya. Diam-diam Zio menutup pintu dan mengunci pintu ruangan Ken.

"Semoga obat perangsangnya bekerja!" Monolog Zio. Kemudian pergi dari sana.

Ken mengetahui dengan jelas rencana dari bawahannya itu. Ia sempat menghentikan Zio agar tidak mencampurkan obat perangsang itu ke dalam kopi. Namun pria itu tetap bersikeras. Dia bilang ini rencana terbaik agar Ken dapat merasakan kenikmatan malam yang indah lagi, di siang hari.

"Hukuman apa yang mau lo kasih ke gue?!" Tanya Zefa enggan.

"Saya tidak akan memberikan kamu hukuman. Saya hanya menginginkan kamu untuk beristirahat dulu disini. Kamu masih belum sehat." Jawab Ken.

"Kalo kayak gitu, mending gue masuk ke kelas aja!" Zefa akan bangkit, namun dengan cepat Ken menahannya.

"Jangan! Jangan dulu pergi! Saya sudah menyiapkan ini semua. Apa kamu tidak menghargai usaha saya? Setidaknya minum dulu kopinya dan makan beberapa cemilan." Ujar Ken.

Zefa berdecak kemudian duduk kembali di kursinya. Hari ini ia tidak ingin mengeluarkan banyak energi untuk berdebat. Ken orang yang seperti apa, Zefa tau betul. Zefa akan meminum sedikit kopi lalu setelahnya ia akan langsung pergi ke kelasnya kembali.

Zefa mengambil gelas yang berisi kopi, sedangkan Ken duduk dengan perasaan gugup meskipun sesaat hatinya terasa bergemuruh.

Saat ujung gelas sudah berada di bibirnya, tiba-tiba gadis itu langsung menyimpannya kembali membuat Ken kebingungan. Zefa menutup mulutnya dengan perasaan kalut.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang