Part 23

1.5K 65 8
                                    

Disaat perdebatan mereka suara pintu akan dibuka terdengar. Zefa panik, ia harus bisa menyembunyikan kejadian hari ini. Zefa melihat wajah Ken, pria itu masih berada disini. Jika itu orang tuanya maka tamatlah sudah riwayat Zefa. Zefa menarik lengan Ken.

"Sini, sini ikut!" Zefa pergi ketoilet di dekat dapur. Ia membuka lalu memasukkan Ken kesana.

"Kamu ngapain bawa saya kesini?" Ucap Ken kebingungan.

"Udah diem! Ini juga salah lo!" Zefa mengambil kunci kemudian menutup pintu dan mengunci Ken di sana. Zefa berusaha menutupi tanda merah yang Ken buat dengan handuk. Zefa bergegas mendekat pada pintu. Pintu perlahan terbuka, Zefa harus bisa menyiapkan jawaban jika itu orang tuanya.

"Ya Allah!" Pekiknya saat melihat Zefa berada di depan pintu.

"Fa, ngapain kamu disitu?" Zefa berusaha menyembunyikan rasa paniknya. Ia cukup tenang itu bukan orang tuanya tetapi itu Rendra.

"Ini rumah gue! Ya terserah gue lah." Ketus Zefa.

"Mana baru abis mandi lagi belum pake baju. Idihhh, inget Fa aku juga pria normal. Jangan sembarangan kayak gitu." Ucap Rendra.

"Ckkk, mau ngapain lo kesini?"

"Aku kan udah bilang tadi pas pulang sekolah. Malam ini aku mau main kesini." Zefa tidak lupa, ia hanya berpura-pura lupa.

"Malam ini gue gak bisa! Gue mau tidur lagi, pala gue pusing nih."

"Kok gitu? Kan kita mau nonton aja, gak main yang capek-capek. Kamu mah gitu."

"Sorry yah dra, tolong hargai keputusan gue. Malam ini kita gak maen dulu. Gue harus istirahat!" Zefa terpaksa harus mendorong Rendra agar pergi keluar dari rumahnya.

"Ah gak asik. Fa,,, ayolah maen aku bosen." Gerutu Rendra.

"Sorry yah." Zefa menutup pintu kemudian menguncinya. Ia hanya menghembuskan nafas kasar. Gara-gara Ken, Zefa harus mengalami masa sulit seperti ini.

Zefa kembali mengingat pria itu. Zefa segera membuka pintu toilet. Zefa bisa bernafas lega kalo pria itu baik-baik saja dan tidak mati karena sesak nafas akibat Zefa mengunci pintunya. Ken melihat kearah Zefa kemudian segera keluar dari sana.

"Sumpah gara-gara lo semua kacau! Lo itu emang pengen gue dalam masalah terus yah, Ken! Dasar cowok gila!" Ujar Zefa. Ia masih kesal dengan kelakuan Ken.

"Apa yang saya lakukan saat ini, sama sekali tidak gila. Bahkan saya bisa melakukan hal yang lebih gila lagi!" Tiba-tiba Ken memerangkap tubuh Zefa. Ia memeluk tubuh Zefa dari belakang.

"Kennn...!!!" Zefa melepaskan pelukan Ken dari tubuhnya.

"Inget gue itu salah satu murid di sekolah lo! Lo mau masa depan gue ancur karena hal ini?! Udah sana-sana pulang!!!" Cerocos Zefa.

"Hmmm baiklah saya tidak bisa memaksa. Saya akan pulang sekarang."

"Baguslah! Pulang, dan jangan pernah kembali!"

"Setelah apa yang saya lakukan, mungkin kamu akan meminta saya untuk datang kembali. Saya dapat melihat kamu menikmati setiap cumbuan yang saya berikan."

Zefa berusaha mengalihkan tatapannya ke arah lain. Apakah semuanya dapat terlihat jelas? Zefa berusaha bersikap senormal mungkin.

"Enak aja! Sotau lo! Udah sana ah pulang!"

Ken tersenyum tipis, ia menatap wajah Zefa cukup lama.

"Karya seni yang sangat indah." Gumam Ken namun dapat terdengar ditelinga Zefa.

Zefa segera merapatkan handuknya berusaha menutupi tanda merah yang Ken buat. Ken kemudian bergegas untuk pergi dari rumah Zefa.

Setelah kepergian Ken, Zefa mendudukkan tubuhnya diatas sofa diiringi hembusan nafas kasar. Ia masih tak habis pikir dengan tindakan Ken yang seberani itu. Biasanya Zefa yang sering melakukan hal itu pada orang yang dengan berani menentang dirinya. Tetapi tujuan Zefa hanya untuk sekedar memberikan pelajaran pada orang tersebut. Tetapi ini berbeda, ini seperti sebuah obsesi yang sangat amat dalam namun baru tertuntaskan.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang